Dengan berdebar-debar akupun bergegas mengintip dari pintu, ternyata Anita! Ketika aku bukakan pintunya, Anita langsung bergegas masuk meninggalkan aku di depan pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu Anita menggunakan kaus hitam berkerah rendah dilapisi dengan bleser coklat tua, dengan rok berbahan kulot bercorak coklat tua. Begitu sudah di dalam Anita langsung membuka blesernya yang ternyata memperlihatkan kausnya berlengan buntung. Menambah kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sementara aku hanya menggunakan T-Shirt dan bercelana pendek. Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur, menghadap ke TV.
“Kenapa sih lu, bengong gitu liatin gue?” kata Anita.
“Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka bletser terus duduk nonton TV”
“Siapa yang mau nonton, gue kan cuma baru dateng. Sori, yah, gue nggak nyapa lu dulu. Malah nyelonong masuk. Terus terang gue bingung, jantung gue deg-degkan nih” kata Anita.
Akupun menyadari suasana seperti itu, kemudian aku menawarkan minum kepada Anita untuk mengendurkan suasana yang kaku. Setelah aku membuatkan teh yang diminta Anita, akupun duduk di bawah sambil bersandar ke tempat tidur. Anita yang berada didekatku meminum teh suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur. Posisi ini membuat aku bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang bagus, yang sejak dulu aku kagumi, karena tepat berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa noda. Sekali kali aku membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja. Maksud aku hanya untuk mengendurkan suasana, dan ternyata aku berhasil. Aku dapat melihat bahwa Anita sudah dapat rilex dengan susasana ini karena dapat menimpali pembicaraanku dengan cepat dan sekali-sekali tertawa mendengar celotehanku.
Setelah Anita minum teh, dia berdiri dan meletakkan gelasnya di atas meja di samping TV, kemudian duduk dibawah, disamping kananku dengan bersandar pada tempat tidur. Sambil terus berbicara, aku mencoba memeluk pundaknya dari samping, dan tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil terus kami berbicara, aku mencoba merasakan kehalusan kulitnya dengan sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang aku lakukan. Dari pundak aku sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti. Sentuhan-sentuhan lembut yang aku lakukan tidak di pungkiri membuat Anita terpengaruh, walaupun dia tetap saja berbicara. Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri, karena ulahku itu. Ditambah lagi sekali-kali aku mencium pundaknya. Sentuhan tangan kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, kini berpindah ke perutnya, sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan pada tangan kirinya. Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik, sampai aku menyentuh payudaranya walau masih di balut dengan bra dan kausnya. Lama aku melakukan aksi tersebut sambil memberikan sentuhan dari luar.
Kemudian tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian meyusupkan ke dalam kaus Anita. Sentuhan pada perutnya aku langsung berikan tanpa halangan dari kausnya. Terus naik ke atas sampai aku menemukan payudaranya yang masih terbungkus payudara. Begitu kenyal dan nikmat sekali rasanya, meremas-remas payudaranya dengan lembut, kemudian aku berusaha mencari-cari putingnya sambil terus meremas lembut serta memberi kecupan pada pundaknya. Anita yang sudah mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan matanya, sudah terdiam sejak tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil menarik tanganku dari balik kausnya, “Sudah, yah..” kemudian dia mengecup bibirku, yang di jawab dengan lumatanku sambil terus memberi sentuhan. Kali ini yang manjadi sasaranku adalah kakinya, karena posisi Anita agak sedikit miring ke arah aku. Sedikit demi sedikit tanganku meraba, dan menyentuh kakinya sampai aku menyusupkan dibalik roknya. Didalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal pahanya yang masih tertutup dengan celana dalamnya.
Rangsangan yang aku berikan mungkin menambah panas suasana, karena Anita menyambut lumatanku dengan bergairah. Kemudian tanganya mulai meraba-raba gundukan di balik celana pendekku yang sejak dari tadi menegang hebat, yang kemudian aku membimbing tangannya untuk memasukkan ke dalam celanaku. Terus aku melanjutkan aksiku di dalam roknya. Aksinya yang memijat nikmat penisku dari dalam celana, membuat aku bernafsu sekali. Akupun menyudahi lumatanku dan kecupanku pada lehernya, dan langsung menurunkan kepalaku ke bawah, untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya. Dari bawah, terus ke arah pangkal kaki, sedikit demi sedikit aku memberi sentuhan, kecupan dan jilatan pada kedua kakinya. Sampai akhirnya di pangkal kakinya, dengan menyibakkan roknya sedikit demi sedikit, akhirnya aku dapat melihat celana dalamnya yang berwarna coklat yang sangat muda. Akupun lebih bernafsu untuk memberikan jilatan disekitar pangkal pahanya. Begitu aku berniat untuk menurunkan celana dalamnya, Anita tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir tempat duduk. Posisi aku yang sudah terlanjur memegang karet CD-nya, malah membuat turun agak kebawah karena Anita berdiri. Anita yang tahu hal itu langsung menurunkan roknya dan duduk di samping tempat tidur.
“Kita jangan sampai ML, yah?” kata Anita.
“Memangnya kenapa? Tuang spermanya gimana? Gini aja, gue akan merangsang lu sampai keluar, setelah itu gue masukin punya gue dan tumpahkan sperma gue didalem, gimana? Soalnya kalau numpain doang mah, yang enak gue aja dong?” pintaku kemudian.
“Sama aja donk kita ML?”.
“Nggak lama kok, paling kalau gue sudah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit!” sergahku.
“Makanya lu gue buat klimaks dulu, baru gue masukin”.
“Tapi..” belum sempat Anita meneruskan aku sudah melumat bibirnya yang seksi itu, sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik rok. Terasa basah disitu. Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku dari bawah, Anita merebahkan dirinya diatas kasur dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah tempat tidur. Akupun masih terus bergerilya, atas-bawah. Kemudian aku menurunkan arah seranganku ke bagian bawahnya. Dari leher, pundak, aku remas payudaranya, terus ke perutnya, sampai dengan aku menyibakkan kembali roknya. Disitu aku melihat posisi celana dalamnya yang sudah merosot ke bawah, walaupun masih diatas dengkul, tapi sudah memperlihatkan bulu-bulu yang hitam dan halus serta terawat dengan rapi.
Untuk beberapa saat aku masih kagum dan takjub dengan pemandangan itu. Dari posisi di samping Anita, akhirnya aku memberi sentuhan halus melalui bibir dan kecupanku di sekitar selangkangannya. Sedikit demi sedikit memberi kecupan dan sentuhan, dan terus turun ke kakinya, sampai aku turun dari atas tempat tidur memberi kecupan pada kakinya yang menjuntai kebawah. Kemudian masih terus mengecup kakinya dari bawah terus ke atas lagi, dan sedikit demi sedikit aku menarik turun celana dalamnya sambil memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang aku kagumi itu. Setelah celananya aku lepas, dalam posisi duduk di bawah dan menghadap ke arah selangkangan Anita, aku membuka kakinya lebar-lebar kemudian dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku, dan aku langsung melahap vaginanya yang terawat sangat rapih sekali. Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki Anita sangat bagus sekali. Yang membuat diriku jadi bernafsu sekali dan ingin sekali menyutubuhinya. Aku melumat vaginanya dengan sangat bernafsu sekali, sampai terdengar erangan lepas Anita yang sudah tidak tertahankan sambil menggeliat kekiri dan kekanan.
Erangan-erangan Anita tersebut membuat diriku lupa, dan terus melumat dan menjilat vagina nan indah itu, sambil memberi elusan kepada kedua pahanya dengan kedua tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke atas. Dari balik kausnya aku memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya, sampai akhirnya aku memeras halus kedua payudaranya yang sebelumnya sudah aku keluarkan dari ‘cup’ yang hanya menutup setengah dari payudaranya. Remasan halus yang aku berikan memberikan nuansa kenikmatan tersendiri bagiku.
Karena selain kulitnya yang sangat halus, ukuran dan kekenyalannya membuat aku makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Walaupun aku belum melihat payudaranya secara langsung, karena masih tertutup di balik kaus. Setelah beberapa menit, tiba-tiba Anita mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah selangkanganku. Sambil setengah teriak yang tertahan Anita berkata,
“Nnnto, .. Aku mau keluarr.. Aduhh!!” kemudian Anita mengejang untuk beberapa saat.
Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah Anita terhempas lemas, aku masih saja membersihkan cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah itu baru aku merangkak naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya, setelah terlihat, aku menjilatinya dengan lahap. Anita yang masih keletihan setelah orgasme yang pertama, hanya terlihat pasrah saja. Karena aku sudah sangat bernafsu sekali, aku langsung melepas celanaku. Rotanku yang sudah sangat keras memang sedari tadi sudah membuat aku tidak nyaman. Dalam keadaan Anita yang pasrah tersebut, Aku langsung memasukkan penisku dalam lubang cinta milik Anita. Seret, tapi nikmat sekali.
“Aduh! Ahh..” desah Anita sambil memejamkan matanya.
Sedikit demi sedikit aku masukkan, kemudian aku tarik sedikit, aku masukkan lagi yang lebih dalam, yang akhirnya aku menyodoknya dalam-dalam sampai mentok dengan pangkal penisku. Kamipun menyatu, dan keinginan aku tadi untuk menyutubuhinya sudah terpenuhi. Karena desahan-desahan Anita yang membuat aku sangat bernafsu sekali, sambil memeluk tubuh Anita yang masih berpakaian lengkap aku segera menggenjot tubuhnya dengan cepat. Akhirnya dengan hitungan cepat pula, akupun sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panasku. Aku langsung mendekap Anita kencang-kencang sambil menekan dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya.
“Ahh, .. Gue keluar” akupun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim Anita. Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku. Untuk beberapa saat aku masih mendekap tubuh Anita karena belum mau melepaskan rasa nikmatku itu. Beberapa saat kemudian akupun bergulir terlentang disamping Anita. Sambil memegang tangannya, akupun berkata,
“Enak banget punya lu, Nit. Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar gue jadi males kekantor gara-gara nafsu terus ama lu”.
“Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat!” kata Anita, “Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy. Soalnya gue ngerasa agak mampet di vagina gue”.
“Masa sih? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet banget. Abis gue sudah nafsu banget pingin nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada waktu gue sudah nafsu banget dan sudah masukin barang gue tiba-tiba lu tadi nolak, atau kabur? Kan gue yang rugi. Mending gue nyetubuhin elu dengan cepat. Yang penting nafsu gue tersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kita coba lagi, yah?”.
“Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek?” kata Anita sambil tertawa renyah, saking gemasnya membuat aku langsung melumat bibirnya yang seksi itu. Lama aku melumatnya, yang kemudian aku bangun meninggalkanya untuk pergi membersihkan penisku di kamar mandi.
Di kamar mandi aku membersihkan sisa-sisa cairan cintaku yang masih melekat dengan air hangat shower. Tidak lama setelah aku masuk ke dalam kamar mandi, Anita ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang keluar dari vaginanya. Sambil mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke cermin besar, Anita membersihkan vaginanya dengan tisyu WC. Sementara aku yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk, terus memperhatikan kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas Anita. Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau dilihat dari belakang yang tiba-tiba membuat libidoku naik.
Rupanya Anita juga memperhatikan aku melalui pantulan cermin di depannya (shower berada di depan cermin). Dia tersenyum melihat aku tidak berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh.
“Nit, jangan senyum-senyum gitu, napa?” kataku dengan gemas.
“Lhaa, emang kenapa? Kan lu juga ngeliatin gue terus, kan?” kata Anita. Aku menghampiri Anita yang masih sibuk membersihkan cairan yang merembes di paha sisi dalam.
“Kok, di bersihin, Nit? katanya mau di jadiin?”
“Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada sperma di paha gue”. Sambil Anita bicara, aku mencium lehernya yang putih itu, sambil memeluknya dari belakang.
“Ihh, geli doonk!” protes Anita, karena membuat tidak leluasa membersihkan pahanya. Aku nggak peduli, sambil jongkok malah terus menciumi kakinya yang terangkat itu sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang berpijak di lantai, kemudian sedikit demi sedikit terus ke atas, sampai kemudian aku menciumi lehernya kembali. Dalam posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang, aku terus menerus menciumi Anita yang sudah mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju selangkangannya dan bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan sekitar vaginanya. Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari daging-daging kenyal yang tertutup bra.Sedikit demi sedikit Anita terpengaruh dengan aksiku itu. Tanpa membuang waktu lagi aku menyodorkan penisku yang sudah setengah online ke vaginanya. Perlahan tangan kananku itu membimbing penisku ke vagina Anita dari belakang, sementara Anita memberi peluang dengan meninggikan pantatnya dan tanganya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat dan hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina Anita. Kemudian aku menyodoknya perlahan sekali untuk memberi nuansa yang lebih nikmat dan sensual, sementara aku memeluknya dari belakang dan memeras lembut payudaranya, sambil terus mengecup tengkuknya dan lehernya. Perlakuanku tersebut membuat kami benar-benar menikmati persetubuhan kami itu. Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut Anita mengeluarkan suara desahan lembut. Aku menyetubuhinya berdiri dari belakang sambil memperhatikan Anita dari kaca, melihat gocangan payudaranya, desahannya, dan ekspresi mukanya yang sensual, menambah gairahku saat itu.
Di menit yang kesekian, Anita menurunkan kakinya dari atas closet dan masih bertumpu di depan cermin, dia menunggingkan pantatnya ke belakang yang membuat aku dapat menikmati bongkahan pantat yang indah. Sambil sekali-sekali meremas pantatnya itu, aku menyodoknya terus menerus yang diimbangi oleh Anita dengan goyangan pada pantatnya dan menekan ke pangkal penisku.
Menit demi menit berjalan dengan nikmat. Kami masih bertahan dengan posisi yang sama. Sampai aku merasakan denyutan halus di dalam vagina Anita yang makin terasa. Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Anita dalam posisi nungging menyondongkan badannya ke belakang membuat aku dapat meremas payudaranya dengan mudah.
“Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, gue mau sampai, To..”
“Tahan sebentar yah Nit, gue juga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar..”
Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang kemudian Anita mulai mengejang. Akupun yang sudah sampai puncaknya, dengan rapat memeluknya dari belakang serta memberi sodokan-sodokan terakhir penisku dengan keras. Kamipun bergetar hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama. Sementara cairan cintaku yang aku tumpahkan di dalam vagina Anita terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan kami itu dirasakan oleh kami berdua, terbukti dengan bulu halus pada tengkuk Anita terlihat berdiri, yang kemudian aku kecup dengan lembut.
Anita berbalik diperperlakukan seperti itu, kemudian mengecup lembut bibirku, yang aku jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula dibibirnya yang seksi. Entah kenapa, aku merasa senang sekali memperlakukan Anita seperti itu. Sentuhan, kecupan yang lembut, aroma tubuh dan hembusan nafas serta dekapan kami berdua menambah mesra suasana romantis saat itu. Sementara suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kita dari Titi Dj,
“Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang.. Menjaga cinta, kita, slalu bersama.. Sungguh cinta kita tiada.. Duanya..”.
Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan. Hembusan nafas yang memburu menambah gairah kami, yang sebelumnya telah melakukan persetubuhan dengan kenikmatan sensual dan romantis. Sambil berpagutan, aku mendorong Anita perlahan-lahan ke tempat tidur. Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur, aku pangku Anita tanpa melepaskan pagutan kami berdua, yang menambah panas suasana di ruangan itu. Anitapun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa, sementara akupun tidak tinggal diam. Kaus Anitapun aku buka, dan terpampanglah buah dada yang kenyal itu, sedikit terbungkus dengan bra. Aku langsung menciumi buah dada Anita sambil membuka ikatan dari depan. Setelah terbuka, aku pelintir putingnya dan aku sedot puting satunya. Dicium, menjilati, dan aku remas dengan lembut buah dada Anita yang indah itu dengan penuh kasih sayang. Desahanan Anita menjadi-jadi, setelah ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan sekali. Sambil memeluk Anita, aku menciumi seluruh area dadanya, tanpa kecuali bahu dan ketiaknya, Sementara Anita perlahan tapi pasti menaik-turunkan tubuhnya dengan sekali-sekali memutar pantatnya dengan halusnya tatkala penisku tertancap jauh di dalam vaginanya.
Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan perlakuan kami berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang. Goyangan Anita pun menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah kami berdua. Tatkala gerakan Anita bertambah cepat, akupun mendekapnya dengan erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas, sampai jeritan panjang Anita yang merasakan ejakulasi setelah mendapat orgasmenya tersebut. Tanpa melepaskan pelukan, aku mengejang untuk beberapa saat dan menikmati persetubuhan kami yang nikmati dan kemudian memberikan kecupan sayang kepada Anita yang telah memberikan kenikmatan dalam persetubuhan. Sambil memeluk Anita, Aku ambuk ke belakang. Aku membelai rambutnya, mengecup kening dan bibir Anita yang terlihat sangat letih tapi terlihat cantik, walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya basah bermandikan keringat.
“Lu keliatan capek, Nit. Istirahat dulu aja,” kataku.
“Nggak ah, gue emang capek, tapi seneng banget ngelayanin lu. Abis enak banget!” kata Anita kemudian.
“Enak barang gue, atau lu emang doyan sex?”
“Dua-duanya sih.. Hahaha, tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah gue berkobar! Touch of Art..”
Aku tertawa mendengar kelakar Anita tersebut. Kemudian aku bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta kami berdua, sementara Anita Anita bergerak ke arah bantal besar diatas tempat tidur. Di kamar mandi aku menyempatkan untuk menghisap sebatang rokok kesukaanku. Sambil menghisap aku memandang cermin di depanku,
“Bermimpikah aku ini” batinku. Aku cubit-cubit mukaku, perih.
“Berarti aku nggak mimpi. Aku menyetubuhi Anita? Wah..”
Sambil menghisap rokokku, aku tersenyum bangga sekali, karena bisa tidur dengan Anita. Setelah hisapan terakhir rokokku, aku berkumur dengan pengharum mulut dan kembali ke ruang tidur.
Di atas tempat tidur, ternyata Anita sudah tertidur lelap. Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya. Pemandangan erotis yang aku lihat, pantatnya yang bulat, dengan posisi seperti ini membuat libidoku naik dengan cepat. Perlahan-lahan aku merangkak menghampiri Anita. Dalam posisi yang sama, vagina Anita aku masukkan dengan penisku yang sudah setengah tegang, bless. Sedikit-demi sedikit aku masukkan dengan bantuan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya. Setelah penisku masuk hampir semua, aku maju-mundurkan perlahan-lahan, sementara kedua tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya. Sodokan-sodokan halus yang aku lakukan ternyata tetap membuat Anita tersadar dari tidurnya, yang kemudian menoleh ke arahku.
“Auhh.. uhh, To.. Belai aku dong.. Nikmat juga nih! Geli..” kata Anita kemudian.
Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur tubuh serta meremas halus buah dadanya.
Setelah puas, aku menyuruh Anita untuk tengkurap, dengan pantat ditinggikan. Dalam posisi tersebut, aku setubuhi Anita dari atas yang mengerang dan mendesah erotis sekali. Bongkahan pantat Anitapun tak luput dari remasan tanganku. Setelah aku bergerilya di seluruh tubuhnya, buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan tanganku. Sodokan demi sodokan aku berikan serta keringat kami yang membanjir, menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua.
Erangan, desahan kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami membuat gelora birahi kami memuncak. Sampai pada puncak gairah kami itu, aku menyuruh Anita untuk terlentang. Dengan gaya konvensional tersebut, aku setubuhi Anita sambil memeluk erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan aku buat dan pagutan kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan. Bermula dari aku yang mengejang sambil mendekap erat tubuh Anita serta mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian Anita menyusul dengan mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku, menambah pesona tersendiri bagi kami berdua karena menambah masuknya penisku ke dalam vagina Anita. Setelah itu aku memberikan ciuman mesra kepada Anita dengan rasa sayang.
Menit berikutnya aku ambruk disampingnya. Peluh kami sudah tidak terkira banyaknya disertai nafas kami berdua yang tersenggal. Setalah itu kamipun mandi berdua, sambil bercanda aku dan Anita saling memandikan dengan mesranya. Setelah selesai, kami mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada rasa canggung. Sementara di TV menampilkan lagu ‘Bilakah’ dari grup musik Ada Band, kamipun kemudian tertidur pulas.
Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur, sampai kurasakan ada sesuatu yang geli pada selangkanganku. Sewaktu terbangun, kulihat Anita sedang mengulum dan menjilati penisku seperti makan candy. Dari mulai biji pelir sampai lubang penisku, tidak luput dari sergapan lidah dan kuluman Anita. Rasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku tatkala Anita mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya di ujung penisku. Penisku yang sudah mengeras bertambah keras diperlaskukan sedemikian rupa olehnya. Setelah itu Anita mengambil posisi berjongkok di atas penisku. Sambil mencengkram dan membimbing penisku ke arah lubang cintanya, sedikit-demi sedikit penisku masuk. Kemudian ditarik kembali, digosok-gosokkan di sekitar lubang vaginanya dan dimasukkan kembali. Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir kemaluiannya, Anita mulai menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan.
Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada buah dadanya. Anita yang bergerak naik turun dengan cepat kemudian memutar-mutar pantatnya diatasku, membuat rasa sensualitas pada gairah kami berdua. Kemudian dia menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas dadaku, yang aku balas dengan dekapan mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir dan lehernya sambil memberikan sodokan keras dari bawah. Aku kemudian meminta Anita untuk memutar tubuhnya membelakangi diriku. Dalam posisi tetap di bawah, aku dapat memelihat bongkahan pantatnya menghantam penisku dengan mantap. Akupun dapat leluasa meremas pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya. Menit berlalu tanpa terasa, dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan sensualitas bersama.
Setelah itu aku meminta Anita untuk menungging. Dengan posisi doggy style aku menyetubuhinya sambil meremas buah dadanya dengan lembut. Sodokan-sodokan yang lembut, gigitan kecil dan usapan lembut pada sekujur tubuh Anita membuat diriku tidak dapat membendung gairah puncakku itu. Yang kemudian aku meminta Anita untuk kembali pada posisi awal, aku dibawah dan Anita diatas untuk dapat mendekapnya dengan mesra. Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan Anita dari atas menambah menit akhir orgasme kami kian dekat. Sambil menyodok dari bawah akupun mengusap lembut lubang duburnya yang kemudian menambah getaran tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya. Pada posisi tersebut dan saling mendekap erat, kami mengakhiri persetubuhan kami itu dengan tubuh kami yang saling mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim Anita. Setelah berakhir, Anita jatuh disisiku dengan rasa yang sungguh nikmat.
“Uhhff.. Baru kali ini gue ngerasain enaknya bercinta,” kataku kemudian.
“Kalau tahu seperti ini, mungkin dari dulu gue sudah minta ke elu sebelum elu digosok abis ama laki lu..”
“Enak aja lu! Emang gue mau ngasih perawan gue ke elu! Jangan konyol..” kata Anita sambil melempar bantal ke arahku.
“Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita?”
“Iya siih, tapi kan karena gue mau cepet dapat anak. Kalau perawan gue tetep dikasih ke suami gue, donk”
“Seett, pelit amat sih lu!!” kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh Anita. Aku yang sudah tahu gelagat dapat menghindari lemparan tersebut dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai giliran Anita untuk membersihkan diri.
Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Anita pamit kepadaku untuk kembali ke rumah. Akupun mendekapnya dengan mesra serta memberinya kecupan pada kening dan bibirnya. Setelah itu kamipun berpisah, Anita pulang dan aku tetap di hotel, kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras. Aku memang berminat checkout pagi-pagi setelah sarapan.
Hari-hari berikutnya di kantor, aku tetap bertemu dengan Anita. Bila bertemu dan berbicara, kami berbicara dan bersikap seperti biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apapun pada kami berdua. Sampai kira-kira pada minggu ke-2 atau ke-3 setelah kejadian itu, Anita memberi kabar bahwa dia hamil. Dan Anita memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anakku, karena disesuaikan dengan umur kandungan dan peristiwa yang kami lakukan. Dari perselingkuhannya dengan aku pertama kali hingga kini, aku telah melakukan persetubuhan dengannya dua kali lagi, dimulai dari Anita memberitahukan bahwa dirinya hamil. Walaupun kami tidak melakukannya seperti pertama (kami hanya melakukan sekali setiap pertemuan), karena takut merusak janin yang ada dalam kandungannya. Sampai kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi, mengingat tujuan perselingkuhan kami semula, dan untuk menghormati suami Anita.
Kisah ini memang benar terjadi dalam diriku. Tapi karena sudah berlalu, ada beberapa pembicaraan kami yang mungkin aku tambahkan, karena aku terus terang lupa dengan detil pembicaraan kami berdua, khususnya sebelum kejadian waktu itu. Tapi untuk waktu dan tema pembicaraan memang benar adanya. Untuk nama tempat atau lokasi juga kami samarkan, demi kerahasiaan kami berdua.