Namaku Lina. Sejak aku kuliah semester awal, aku telah memutuskan untuk mengenakan busana Muslimah termasuk mengenakan Jilbab yang menutupi Kepalaku. Meski demikian pakaian tersebut tak mampu menutupi lekuk liku tubuhku yang indah. Terutama pada bagian dada 34C ku yang memang sangat menonjol itu.
Jika pada umumnya wanita lain mengenakan busana muslimah dengan ukuran longgar, aku memilih mengenakan pakaian yang ketat hingga membentuk tubuhku dengan jelas. Jika pada umumnya wanita lain mengenakan Jilbab yang panjang hingga sampai ke perut, aku justru memilih Jilbab pendek yang bahkan tidak sampai menutupi dadaku. Karena terus terang saja, aku memang sangat bangga pada bentuk dadaku yang besar, montok menggelayut indah. Jika mengenakan BH yang tepat, dipadu dengan baju yang ketat, maka akan terlihat menonjol dan menantang sekali.
Pacarku sangat tergila-gila pada bentuk dadaku. Setiap kali kami bertemu, pasti disempatkannya untuk mencumbu dadaku. Sementara kedoyananku pada kontol bermula ketika aku masih duduk di bangku SMA. Saat itu aku hanya berani menyentuh kontol pacarku saja. Menyentuh, mengelus-elus. Tidak lebih dari itu.
Lagipula ketika SMA itu pacarku memang tidak pernah menuntut lebih. Dia sudah cukup keenakan hanya dengan kusentuh-sentuh saja. Bahkan seringkali aku hanya menyentuh kontolnya dari luar celananya.
Namun semuanya berubah ketika aku mulai kuliah di Jakarta. Perkenalanku dengan cowok-cowok Jakarta yang ternyata penuh pengalaman membuat hidupku berubah.
Sejak pertama kali pacarku meminta aku mengisap kontolnya, aku langsung suka . Dan sejak itu aku jadi wanita berjilbab yang doyan kontol.
***
# Sebuah Permulaan
Pagi ini hangatnya mentari yang menerobos jendela kamarku membuatku terbangun dari tidurku yang lelap setelah semalam memekku luluh lantak dijilat pacarku.
Masih terbayang bagaimana lidahnya menari-nari di dalam memekku. Masih terbayang juga bagaimana kontolnya memenuhi rongga mulutku sampai muncrat dengan derasnya di dalam mulutku. Saking derasnya sampai-sampai tumpah meleleh membasahi leherku.
Malas-malasan kusingkirkan selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Kubiarkan angin menerpa tubuh mulusku. Sambil tanganku meraba-raba bulu memekku yang tipis, aku membayangkan kembali kejadian-kejadian di masa lalu saat pertama kali aku mengenal kontol.
***
Saat itu aku masih kelas 3 SMA. Sebenarnya saat itu aku belum boleh pacaran. Tapi mana bisa aku tahan. Maka dengan diam-diam aku tetap menjalin hubungan dengan teman sekelasku.
Ceritanya waktu itu aku janjian dengan pacarku mau nonton film di bioskop. Sekitar jam 6.30 sore aku bergegas pergi tanpa pamit.
Sesampai di bioskop pacarku menyambut dengan senyum lebarnya. Langsung digandengnya tanganku menuju teater 3 karena pertunjukan sudah hampir dimulai.
Ternyata da memilih tempat duduk paling belakang dan paling ujung. Benar-benar tempat yang strategis dan aman untuk pacaran. Kami pun langsung duduk manis di pojok bioskop ini.
Belum lagi pertunjukan dimulai, tangannya sudah mulai bergerilya meraba-raba pahaku yang terbungkus rok longgar dengan potongan agak pendek. Perlahan dia menyentuh lututku yang tidak tertutup rok. Padahal lampu bioskop belum dimatikan. Tapi kudiamkan saja perbuatannya itu. Karena kulihat di barisan tempat kami duduk tidak ada penonton lain. Jadi bisa dipastikan tidak ada yang melihat gerakan jemarinya di lututku.
Mungkin karena merasa tidak ada penolakan dariku membuat jemarinya semakin berani. Perlahan jari-jemarinya bergerak ke atas menggeser rokku hingga sedikit tersingkap. Bulu kudukku lamgsung meremang menerima serangan seperti ini.
Ini adalah pengalaman pertama aku di raba-raba seperti ini. Biasanya pacarku hanya berani menggandeng dan menggenggam tanganku saja. Kejadian ini benar-benar pengalaman pertama buatku.
Perlahan jemari di atas pahaku semakin bergerak ke atas. Perasaan aneh menyelimuti diriku. Geli… tapi nikmat. Hingga akhirnya rokku benar-benar tersingkap sampai atas. Dan celana dalamku pun terpampang dengan jelasnya sementara lampu bioskop masih terang benderang. Sejenak ada terbersit rasa takut ketahuan. Tapi rasa nikmat mengalahkan pikiran sehatku. maka kubiarkan saja jemari kasar itu terus bermain-main di atas pahaku. bahkan kemudian kurasakan jemarinya mulai menyentuh belahan memekku dari luar celana dalam.
Aku tersentak nikmat. Rasa nikmat yang belum pernah kurasakan.
Sedang kunikmati gesekan jemarinya di belahan memekku, tiba-tiba lampu padam. Ah, pertunjukan akan dimulai.
Aku tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar. Langsung kurengkuh wajah pacarku ini. Kucium bibirnya penuh nafsu. Lidahku bermain-main di rongga mulutnya. Saling membelit, melilit, menjilat-jilat dengan liar. Padahal ini adalah ciuman pertama bagiku. Aku hanya mengikuti naluri nafsuku saja.
Menerima perlakuanku yang penuh nafsu itu membuat dia bertambah semangat. Jemarinya langsung menerobos celana dalamku. Dan akupun terpekik pelan saat kurasakan jemarinya menyentuh memekku secara langsung. Perlahan dibukanya belahan memekku sambil mencari-cari klitorisku. Dan saat benda kecil itu tersentuh, sungguh rasanya seperti melayang ke langit ke tujuh. Luar biasa nikmatnya. Jika saja aku sedang tidak di dalam bioskop, aku pasti sudah berteriak histeris penuh nikmat.
Saat kurasakan tangan pacarku agak terhambat celana dalam, tanpa ragu-ragu segera kupelorotkan celana dalamku dan kuletakkan celana dalamku itu di kursi sebelah. Lalu kubentangkan kakiku lebar-lebar agar memekku bebas terhidang dengan lezatnya. Dengan demikian jemari nikmat itu semakin mudah mengobok-obok memekku yang sudah banjir bandang.
“Aaaaah… gosok terus, sayaaang…” aku mengerang perlahan takut terdengar penonton lain. kugoyang-goyangkan pinggulku agar jemarinya menyentuh itilku. Setiap kali itilku tersentuh, rasanya seperti ada ribuan jemari yang menggelitik sekujur tubuhku.
Nikmaaaaaat… Oooooh…!!!
Tak cukup sampai disitu, segera kubuka kancing-kancing kemejaku. Kubuka semuanya sampai tubuh bagian depanku terbuka bebas. Lalu kubuka kancing BH ku dari belakang. Tak ayal kedua payudaraku yang berukuran extra itu langsung melompat mencari udara segar.
Kubuka BH-ku lewat kedua lenganku dan kuletakkan di kursi sebelah bersama CD-ku yang sudah nangkring duluan. Kini dadaku terpampang dengan indah. Lalu kuremas-remas sendiri mengimbangi gerak jemari pacarku yang masih asik bermain-main di memekku.
Tak lama kurasakan ada sesuatu yang mendesak akan meledak dari dalam tubuhku. Seluruh otot ditubuhku mengejang. Terutama otot memek. Beberapa kedutan kurasakan dengan rasa nikmat yang tak terkira. “Aaaaaaaah… sayaaaaanggg… enak bangeeeeet…”
Masih tersisa beberapa kedutan lagi sampai akhirnya tubuhku lemas tak berdaya. Rasanya bagaikan tulang-tulang di seluruh tubuh ku di lepas satu per satu.
Aku masih terbuai dengan rasa nikmat yang tiada tara saat kurasakan puting dadaku ada yang mencium. Oooh… nikmat itu datang lagi. Lalu pacarku berbisik lembut di telingaku. “Lin, gantian pegang kontolku donk…”
Aku hanya mengangguk sambil menjawab “Iya…” dengan perlahan. Dalam hatiku muncul rasa penasaran seperti apa bentuk kontol itu sebenarnya.
Dengan agak terburu-buru kekasihku menurunkan celana berikut celana dalamnya sampai sebatas lutut. Dan terlihat lah benda bulat panjang yang mengacung dengan gagahnya.
Agak ragu kusentuh benda yang katanya bisa bikin enak memek itu.
Melihat aku ragu-ragu, pacarku langsung menyambar tanganku dan membimbingnya untuk menggenggam kontol besar itu. Baru sekali itu aku melihat langsung kontol yang sedang ngaceng. Karena belum mengerti harus bagaimana, aku hanya mengelus-elus perlahan sambil kubolak-balik memperhatikan bentuknya.
Sedang seru-serunya menggenggam kontol, tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Aku panik bukan main. Buru-buru kukancingkan bajuku tanpa sempat memakai BH. Bahkan celana dalam pun belum sempat kukenakan.
Jadilah aku pulang dengan tanpa BH tanpa celana dalam…
***
# Ancol Kenangan
Selepas SMA, aku melanjutkan kuliah ke Jakarta di sebuah perguruan tinggi yang lokasinya dekat dengan Ancol. Disaat kuliah inilah aku memutuskan untuk memakai busana muslim lengkap dengan Jilbab yang menutupi kepalaku.
Di bulan ketiga aku kuliah, aku berkenalan dengan seorang cowok dari fakultas teknik. Wajahnya lumayan ganteng, tubuh atletis karena memang dia rajin berolah raga. Dadanya bidang tegap dengan bongkahan pantatnya yang membulat bikin ngences. Doni benar-benar punya bentuk tubuh yang sangat menjanjikan.
Kencan pertama kami pergi nonton di bilangan Kelapa Gading. Saat film dimulai, Doni mulai menggenggam jemariku. Kemudian dia mencium jemariku. Aku menunggu dengan berdebar langkah berikutnya.
Tapi ternyata serangannya hanya sampai di situ saja. Hingga film usai, dia hanya menciumi jemariku tidak lebih. Ah, padahal aku ingin lebih. Ingin rasanya aku memulai, tapi malu juga. Apalagi ini baru kencan pertama. Akhirnya kami pulang tanpa meninggalkan kesan apapun.
Hari-hari berikutnya aku disibukkan dengan kuliah hingga tidak terlalu sering bertemu dengan dia.
Namun selang 3 hari, kembali Doni mengajakku kencan. Mau makan malam katanya. Akupun langsung menyetujui dan minta dia menjemputku di tempat kostku.
Jam 8 malam dia datang menjemput, dan kami langsung menuju Ancol dengan mobilnya. Awalnya kami hanya berputar-putar saja di kawasan ancol. Mungkin karena dia mengira aku belum pernah ke ancol. Maklum baru 3 bulan di Jakarta.
Akhirnya kami parkir di tempat yang agak sepi. Sebenarnya aku bingung juga, ngapain ngobrol di mobil. Katanya mau makan malam. Tapi belum sempat aku bertanya, tiba-tiba dia sudah langsung mencium bibirku. Ciumannya begitu menghanyutkan membuat aku benar-benar terlena. Apalagi tangan kanannya langsung meremas dada kiriku dengan lembut. Lalu tanpa sempat aku menolak, Jilbabku di buka. Aku ingin mencegah, tapi kupikir pacaran begini pake jilbab, ya malu sama jilbab lah. Maka kubiarkan saja jilbabku melayang entah kemana.
Perlahan ciumannya berpindah ke kupingku yang sudah tak tertutup jilbab lagi. Langsung aku gemetar merasakan geli-geli enak yang luar biasa. Setelah itu lidahnya turun menjilati leherku yang putih mulus. Aku semakin melayang.
Perlahan tangannya membuka kancing-kancing bajuku sampai copot semua. Dengan semangat, kemejaku di kuakkannya hingga terbuka lebar. Lalu tangannya bergerak ke punggungku dan ‘Tasss !’ kancing BH-ku dilepas. Dadaku yang besar langsung melompat indah.
Dengan penuh nafsu dia angkat BH-ku keatas, dan tampaklah payudaraku yang putih besar dengan putingnya yang sudah mengacung keras. Sejenak dipandanginya kedua buah dadaku. Lalu perlahan diusapnya putingku. Dipencet-pencet, dipelintir pelan, ooooh…. rasanya tidak kuat lagi. Langsung kutarik kepalanya minta diisep.
Rupanya dia mengerti keinginanku. Langsung lidahnya bermain-main di putting susuku. Ujung pentilku di sentil-sentil dengan lidahnya. Rasanya bukan main. Enaaakkk sekali…
“Aaaaah… Sayaaaang…. Isep, sayaaang…” tak mampu kutahan kejolak nafsuku. Saat mulutnya melahap dadaku, eranganku semakin menjadi. “Aaaaaaghhhh… terus, sayaaang… isep yang kenceeeng…” Lupa sudah aku dengan Jilbabku. Yang kuinginkan saat ini adalah kenikmatan yang lebih dan lebih …
Celana dalamku rasanya sudah basah. Maka agar dia langsung menuju memekku yang sudah becek ini, kuangkat kakiku dan ngangkang selebar-selebarnya. Rok-ku tersingkap sampai perut. CD-ku terlihat dengan bebasnya. Benar saja. Melihat gayaku seperti itu, tangannya langsung dimasukkan ke dalam CD-ku.
“Ooooooooogh… iya itu, sayang… mainin yang itu…” aku benar-benar sudah lupa diri. Saat itilku dimainkan, teriakanku semakin menjadi-jadi. Kugoyang-goyangkan pantatku mencari kenikmatan lebih. Kuimbangi gerakan jarinya di memekku dengan goyangan pinggulku.
Sampai akhirnya desakan di memekku semakin kuat. Otot-otot memekku mengejang, dan… “Oooooooooghhh… sayaaang… enaaaaaaak!!” Memekku berkedut-kedut beberapa kali. Rasanya sungguh luar biasa. Bagaikan dilempar ke angkasa, kemudian dihempaskan kembali ke bumi dengan nikmat.
Aku lemas, tersandar, ngangkang…
Kubiarkan kakiku ngangkang dengan lebarnya beberapa saat. Sambil kuresapi kenikmatan barusan. Saat kubuka mataku, tampak senyum lebar pacarku. Langsung kukecup mesra bibirnya. Lalu dia bangkit dan merebahkan sandaran kursinya. Dia pun terlentang di kursinya, dan tampaklah kontolnya mengacung dengan gagahnya, Rupanya saat aku terpejam tadi dia sudah membuka celana berikut CD-nya.
Aku tertegun menatap kontolnya yang sudah ngaceng itu. Wuiiiih… Gede banget. Tegak berdiri, Urat-uratnya tampak bertonjolan di sekitar kontolnya. Kepala kontolnya begitu besar seperti helm tentara. Nafsuku langsung bangkit lagi.
Perlahan kugenggam kontol besar itu. Waaaw, tanganku yang mungil ini hampir tidak cukup menggenggamnya. Kontolnya kuremas-remas, kuusap-usap, seperti yang biasa dulu kulakukan dengan pacarku saat di SMA.
“Diisep donk, say…” kata pacarku tiba-tiba.
Aku terkejut. ”Kok diisep? kenapa ?”
“Ya biar enak”. jawabnya.
Karena penasaran, kucoba mencium kepala kontolnya perlahan. Lalu kujilat batang kontolnya dari bawah ke atas. Tapi dia rupanya belum puas kalau belum kukulum. Dia minta aku memasukkan kontolnya ke mulutku. Meski agak jijik, tapi karena memang pengen tau, kumasukkan kontol gede itu ke mulutku yang lebar. Kuisap, kepalaku naik turun dengan sendirinya. Ternyata enak juga.
Gesekan kontol besar itu di mulutku menimbulkan sensasi nikmat sendiri. Aku semakin semangat mengelomoh kontolnya yang luar biasa itu. Sesekali kujilati kepala kontolnya. Lalu lubang kencingnya kubuka-buka dengan lidahku. Dia sampai merem melek akibat perbuatanku itu. Kubasahi seluruh batang kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok dengan kuat pake tangan. Saat kontolnya agak kering, kumasukkan lagi ke mulutku. Lalu kukocok lagi.
“Iyaaaah… terus, sayang… isep yang kenceng…. Ooohhh…” pacarku benar-benar keenakan. Melihat kondisi pacarku seperti itu, aku semakin bersemangat memberikan kenikmatan padanya.
“Oooogghhh… kamu pinter, sayang… kocok terus, sayaaaang…” rintihnya.
Sampai kurasakan kontolnya semakin membesar, lalu tiba-tiba… “Craaaaattttss…!!!” air maninya menyembur saat kukocok dengan kencang. Aku tak sempat mengelak hingga mukaku terkena muncratan air maninya. Begitu juga leher dan dadaku.
Terus kukocok kontolnya sampai tidak ada lagi air mani yang keluar. Lalu kujilati kontolnya sampai bersih. Tampak pacarku begitu puas. Dan aku juga sangat puas. Pertama kali ngisep kontol dan pertama kali melihat sperma laki-laki.
Sejak itu, aku semakin doyan ngisep kontol. Setiap ada kesempatan aku selalu minta untuk ngisep kontolnya sampai dia muncrat keenakan…
***
# Kontol Sore-Sore
Aku masih bengong sendirian di kamar. jam baru menunjukkan pukul 4 sore, Sudah seminggu lewat sejak terakhir aku ngisep kontol. Dan malam ini pacarku mengajakku jalan malam lagi. Ugh… masih lama. Padahal aku udah kangen banget sama kontolnya. Kangen pengen kuisep-isep lagi.
Sedang aku termenung sendiri, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar kostku. Dengan agak malas aku membuka pintu.
Saat pintu terbuka, ternyata pacarku yang datang lebih awal. Aku terkejut sekaligus senang dengan kedatangannya. “Kok udah dateng am segini? Aku belom mandi lho…”
Pacarku tersenyum sambil melangkah masuk ke dalam kamarku. Katanya dia udah kangen. Gak tahan nunggu sampai malam.
Aku senang mendengarnya. Supaya bisa cepat berangkat, aku pamit mau mandi dulu. Tapi pacarku mencegah. Dia bilang mandinya nanti aja. Sekarang ngobrol-ngobrol dulu katanya. Lalu dia menutup pintu kamar. Ups! Cepat-cepat aku cegah. Soalnya di tempat kostku ini kalau ada tamu cowok boleh aja di bawa ke kamar. Tapi gak boleh tutup pintu.
Pacarku sepertinya kecewa. Untung aku cepat dapat ide. Segera aku minta pacarku menggeser tempat tidurku ke balik pintu kamar. Sehingga pintu hanya bisa di buka sepermpat. Dan ruang dibalik pintu menjadi agak lega dan aman. Kalaupun ada yang masuk, pasti kita yang di dalam udah tau duluan.
Mendengar itu pacarku langsung semangat. Dengan badannya yang kekar itu sebentar saja tempat tidurku sudah berpindah posisi. Dan benar. Posisi di balik pintu benar-benar aman.
Dengan agak tergesa tubuhku di dorong hingga jatuh telentang di atas tempat tidurku di bagian yang terlindung. Dan dengan tergesa juga tiba-tiba dia sudah menindih tubuhku. Bibirku langsung dilumatnya dengan penuh gairah. Lidah kami langsung saling melilit. Bahkan lidahnya sampai menggaruk-garuk langit-langit mulutku.
Dengan cepat gairahku naik. Memekku langsung terasa lembab dan berdenyut minta di jilat.
Ciuman pacarku mulai bergerak dari bibirku bergeser ke kupingku. Daerah paling sensitive yang bisa bikin aku menggelinjang hebat. Kalau bukan karena pintu yang masih terbuka, pasti aku sudah mengerang-ngerang keenakan. Terpaksa aku tahan suaraku agar tidak terdengar dari luar. Benar-benar tersiksa rasanya. Tersiksa dalam penjara kenikmatan birahi yang luar biasa.
Lalu lidahnya meluncur turun ke leherku. Digigit-gigit kecil leherku, bikin aku tambah kelojotoan. Aku tidak perduli walau leherku penuh dengan bekas gigitan. Toh kalau keluar aku selalu pakai jilbab. Gak bakal keliatan.
Sambil terus menjilat leherku, tangannya mulai menggerayangi dadaku. Diremas-remas begitu benar-benar bikin aku tidak tahan. “Hhhhhhh… sayaaang…” erangku pelan takut terdengar dari luar. Kurasakan jemari tangan pacarku mulai bekerja membuka kancing-kancing kemejaku. Ups! segera kucegah. Aku takut kalau aku sampai telanjang lantas tiba-tiba ada yang masuk, bisa berabe.
Akhirnya pacarku hanya meremas-remas dadaku dari luar bajuku saja. Tidak berhenti disitu, tangannya dengan cepat mengangkat rokku sampai ke perut. Maka memekku yang masih tertutup CD langsung terhidang dihadapannya. Tidak menunggu lama-lama, jemarinya langsung menyelinap kebalik CD-ku dan menari-nari di lubang penuh nikmat itu.
Aku benar-benar tidak sanggup lagi bertahan. Tubuhku menggelinjang dan bergetar dengan hebat. Setiap gesekan jemarinya membuat aku melayang-layang tidak karuan. Tiba-tiba tangannya berusaha menarik lepas CD-ku.
“Jangan!” meski sudah dipenuhi birahi, aku masih sempat kuatir jika nanti ada yang masuk secara tiba-tiba.
Untunglah pacarku tidak protes. “Ya udah, kalo kamu gak mau buka celana, aku aja deh.” katanya sambil langsung membuka celananya sampai sebatas lutut.
Woooow… aku terbelalak melihat kontolnya yang gede panjang sudah berdiri tegak siap tempur. Belum sempat aku meraih batang kontol besar itu, pacarku sudah menindih tubuhku lagi. Kontolnya yang sudah keras itu di gesek-gesekkannya ke memek aku yang masih tertutup CD.
Ampuuuunnn…. rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Enaknya luar biasa.
Terus saja dia gesek-gesek kontolnya ke memekku. Terkadang malah kepala kontolnya di tusuk-tusukkan ke lobang memekku. Membuat tubuhku semakin bergetar.
Akhirnya aku tak mampu lagi bertahan. Bagaikan bendungan yang jebol, seluruh hasratku memancar dengan derasnya. Memekku berkedut-kedut dengan gencarnya. CD-ku basah, benar-benar banjir. Tubuhku lemas lunglai, kunikmati terjangan gelombang orgasme ini dengan kaki mengangkang lebar. Nikmaaaaat…
Setelah dilihatnya napasku mulai teratur, tanganku ditariknya sampai aku terduduk di kasur. Lalu disodorkannya kontolnya yang besar itu ke mulutku. Aku mengerti keinginannya. Langsung saja kuraih batang enak itu, kuelus-elus sejenak sebelum kumasukkan ke dalam mulutku.
Aku selalu suka jika batang kontol besar memenuhi rongga mulutku. Dengan semangat batang kontol itu aku isap, kujilat, mulutku maju mundur dengan teratur.
Setelah kontolnya basah dan licin, segera kukocok kontol itu dengan tanganku. Kuisap lagi, kocok lagi begitu seterusnya, sampai tiba-tiba tubuh pacarku menegang dan… Craaaaat…!! air maninya memancar seperti pemadam kebakaran. Banyak sekali. Langsung saja kutelan semua air mani itu sambil kubersihkan kontolnya dengan lidahku.
Akhirnya malam itu kami tidak jadi keluar. Kami lebih suka menghabiskan malam dengan ngobrol di kamarku sambil sedikit raba-raba. Malah aku masih sempat ngisep kontolnya sampai ngecret di mulutku sekali lagi.
***
# Sehari Dua Kontol
Hubunganku dengan Doni sudah berjalan hampir setahun. Selama kami berpacaran, entah sudah berapa kali kontolnya yang besar itu menyemburkan air maninya di dalam mulutku.
Untunglah aku masih bisa bertahan untuk tidak menyerahkan keperawananku pada Doni. Betapapun menggairahkannya kontol Doni, namun aku tetap pada prinsip bahwa perawanku hanya untuk suamiku kelak.
Belakangan frekuensi pertemuan kami semakin berkurang. Terkadang sampai sebulan kami tidak bertemu sama sekali.
Di tengah jarangnya pertemuanku dengan Doni, aku berkenalan dengan Sam, mahasiswa di kampusku juga. Pemuda asal Padang ini lumayan ganteng. Badannya juga gak kalah dengan Doni. Malah mungkin bisa dibilang lebih bagus, lebih berisi.
Hubungan kami dimulai dengan ngobrol di kantin, makan bareng. Hanya di kampus. Aku belum berani menerima ajakan Sam untuk jalan, karena kuatir ketauan Doni. Bagaimanapun sampai saat ini statusku masih pacar Doni.
Saat makan siang hari ini, Sam mengajak aku menemaninya besok siang ke tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar. Semula aku menolak, tapi melihat wajah Sam yang kecewa, akhirnya aku bersedia.
Begitu juga saat Sam memaksa untuk mengantarkanku ke tempat Kost, aku tidak menolak. Kupikir toh Doni tidak akan tahu. Dia kan sedang ke Bandung dengan teman-temannya.
Sesampai di tempat kost, aku sengaja tidak mengajak Sam ke kamarku karena ini adalah kunjungan pertamanya. Dia hanya kuajak ngobrol di ruang tengah yang biasanya dipakai untuk menerima tamu.
Saat ngobrol, Sam mulai berani menyentuh tanganku. Jemariku diremas-remas, terkadang dikecup lembut. Gairahku mulai terpancing, tapi aku masih menunggu Sam yang memulai. Untungnya saat ini tempat kost ku sedang sepi.
Sampai akhirnya Sam mencium bibirku. Ciumannya panjang dan lama sekali. Seolah tak mau berhenti. Tapi kurasakan bahwa Sam belum banyak pengalaman dengan perempuan. Ciumannya terasa biasa-biasa saja. Saat aku baru akan mulai melayani ciumannya dengan penuh gairah, Sam malah menghentikan ciumannya. Dia pamit pulang. Aaah… nanggung banget rasanya…
Saat pulang Sam sempat mengingatkan soal rencana besok ke tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar. Aku katakan untuk bertemu di kampus saja. Aku janji jam 10 pagi sudah bisa meninggalkan kampus.
***
Pagi-pagi sekali aku sudah siap untuk berangkat kuliah. Aku teringat dengan janjiku dengan Sam jam 10 nanti. Artinya hari ini aku hanya akan mengikuti satu mata kuliah saja.
Namun betapa terkejutnya aku saat membuka pintu kamar, Doni sudah berdiri di depan pintu dengan senyumnya yang khas. Tanpa kupersilahkan masuk, Doni sudah melangkah ke dalam kamarku.
“Eh… ngapain masuk? Yuk berangkat. Aku mau kuliah.” kataku. Tapi Doni hanya senyum-senyum sambil merebahkan tubuhnya di kasur.
“Lho… kamu gak mau kuliah, Don?” tanyaku. Lagi-lagi Doni hanya tersenyum sambil menarik tanganku sampai aku terjatuh menimpa tubuhnya.
“Aku kangen,” kata Doni singkat dan langsung mencium bibirku. Aku tidak bisa apa-apa selain meladeni ciuman Doni yang memang jago ciuman itu. Perlahan gairahku bangkit. Lumatan lidahnya di dalam rongga mulutku membuat aku melenguh nikmat.
Tapi saat Doni akan membuka jilbabku, cepat-cepat aku menolak. Aku teringat akan janjiku dengan Sam. Gawat… bisa telat nih. Jadi kupikir, supaya cepat selesai, lebih baik biar aku saja yang memuaskan Doni. Segera lidahku bermain di sekujur wajah Doni. Lalu ciumanku turun ke lehernya. Mulai dari leher bagian bawah, ke jakun sampai dagu kujilati naik turun. Doni tampak mulai keenakan. Kepalanya sampai mendongak ke atas.
Lalu kubuka kancing baju kemejanya, dan langsung kujilati dadanya yang bidang bikin ngiler itu. Puting susunya kujilati, kusedot-sedot dan kusentil-sentil dengan lidahku. Doni mulai mendesah nikmat. Jilatanku turun lagi sampai ke perutnya yang rata dan kencang. Lubang pusernya kujilati hingga terlihat perut Doni bergerak karena menahan napas.
Puas menjilati perutnya, kubuka resleting celana Doni. Lalu kuturunkan celananya berikut CD nya sekaligus. Wooow! kontolnya sudah ngaceng dan keras sekali. Aku sangat suka dengan kontol Doni. Apalagi sudah sebulan aku tidak bertemu dengan Kontolnya ini. Langsung saja kontolnya yang besar itu kukulum dan kuisap-isap dengan kuat. Aku berharap Doni cepat keluar supaya aku tidak terlambat menepati janjiku dengan Sam.
Namun sepertinya kali ini Doni benar-benar hebat. Sudah hampir 1 jam aku mengulum kontolnya yang besarnya minta ampun ini. Tapi belum juga ada tanda-tanda dia mau keluar. Sementara waktu sudah semakin siang. Bisa-bisa aku terlambat. Sam pasti sudah menungguku.
Kujilati kontol besar panjang itu mulai dari bijinya yang kencang, terus kujilat ke atas sampai kepala kontolnya. Turun lagi sampai ke bijinya. Lalu kubolak balik kontol besar itu. Kujilat bagian atasnya, lalu kujilat bagian bawahnya yang banyak urat-uratnya. Lalu kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku sambil lidahku bermain-main di kepala kontolnya.
Tidak itu saja, aku mengocok kontol Doni dengan mulutku sambil menghisapnya. Saat mulutku maju dan kontolnya masuk ke dalam mulutku, lidahku bermain-main di batang kontolnya. Saat mulutku mundur kuhisap kontol Doni dengan kuat sambil kukeluarkan sampai batas kepala kontolnya.
Gayaku ini tampak membuahkan hasil. Doni mengerang-ngerang keenakan. Lalu kukocok kontolnya dengan tanganku. Kuhisap lagi, kukocok lagi. Kubasahi kontol Doni dengan ludahku supaya licin. Kemudian kukocok dengan cepat. Sampai akhirnya terasa Kontol itu semakin membesar dan semakin keras. Lalu bisa kurasakan ada kedutan-kedutan di urat-uratnya yang sudah sangat kuhapal. Doni mau keluar. Cepat kumasukkan kontol itu ke dalam mulutku dan kuhisap kuat-kuat.
Crooooot… croott… air maninya menyembur ke dalam mulutku. Kutelan semuanya sambil terus kuisap kontolnya sampai tidak ada lagi tetesan air mani yang keluar.
Akhirnya… aku lega.
Cepat aku membersihkan diri, merapikan pakaian dan menyemprotkan parfum di bajuku. Aku takut nanti Sam mencium bau sperma di mulutku. Bisa gawat.
Setelah semuanya rapi, Doni mengantarkanku ke kampus. Doni tidak kuliah. Mau istirahat di rumah, katanya. Aku lega sekali. Berarti dia tidak akan tahu aku pergi dengan Sam hari ini.
***
Meski agak terlambat, aku dan Sam tetap pergi ke tempat perkumpulan Mahasiswa Sumbar sesuai rencana. Ternyata tempatnya berupa mess atau guest house yang dihuni oleh para mahasiswa asal Sumbar.
Hari ini mess tersebut terlihat sepi. Menurut Sam kalau jam segini memang biasa sepi. Baru ramai nanti sore menjelang malam. Sam membawaku ke sebuah kamar dan menguncinya dari dalam. Aku langsung duduk di tepi tempat tidur. Tidak menunggu lama, Sam langsung menciumku dengan penuh semangat. Tapi seperti kemarin, Sam hanya menciumku lamaaaa tapi tidak melakukan hal-hal yang lain. Jika kemarin aku masih ja’im, tidak hari ini. Langsung kudorong tubuh Sam hingga terlentang di kasur. Kakinya masih menjuntai ke lantai.
Kucium bibir Sam dengan ganas, lidahnya kubelit dengan lidahku. Sam tampak gelagapan tidak menduga aku yang pakai jilbab bisa seganas ini. Lalu bibirku mulai turun menjilati lehernya, kupingnya, kembali lagi ke lehernya. Lalu kubuka kancing baju kemejanya, dan langsung kujilati dadanya. Puting susunya kujilati, kusedot-sedot dan kusentil-sentil dengan lidahku. Sam semakin kelojotan.
Jilatanku turun lagi sampai ke perutnya yang rata dan kencang. Lubang pusernya kujilati hingga terlihat perut Sam bergerak-gerak dengan cepat. Lidahku terus menari-nari di sekitar pusarnya sambil kuusap-usap perut bawahnya. Lalu lidahku turun lagi sampai ke perut bawahnya. Kemudian kubuka kubuka resleting celananya. Sam sempat mencegah dengan memegang tanganku erat. Tapi sambil tersenyum dan menatap matanya, kusingkirkan tangan Sam yang mencegah perbuatanku.
Celananya kuperosotkan ke bawah. Terlihat gundukan besar di dalam CD nya. Kuciumi gundukan besar itu. Lalu kuturunkan CD nya menyusul celananya yang sudah merosot duluan.
Oooowwgh… besarnyaaa…!!! ternyata kontol Sam lebih besar dari kontol Doni. Tidak sabar, langsung aku merosot berjongkok di lantai dan kujilati batang kontol yang luar biasa indahnya itu. biji pelernya kuremas-remas lembut sambil terus kujilati batang kontolnya.
Lalu mulai kumasukkan batang kontol itu ke dalam mulutku. Kuisap-isap, kuemut-emut dan kujilati dengan penuh nafsu.
Namun, mungkin karena ini pengalaman pertama buat Sam, baru sebentar aku mengisap kontolnya sudah terasa kedutan-kedutan tanda Sam mau muncrat. Cepat kukeluarkan kontol itu dari mulutku dan kukocok-kocok. Aku belum mau Sam keluar di mulutku karena ini baru pertama.
Cepat kukocok-kocok kontol Sam sambil aku agak menghindar ke samping. Dan benar saja, tak lama kemudian Sam berteriak tertahan, dan… Crooooootttt…! air maninya mucrat dengan derasnya. Muncratannya sampai mengenai dinding kamar saking kencangnya. Benar-benar kontol perjaka.
Tanganku terus saja bermain-main dengan kontol Sam sampai kontol itu mengecil kembali. Tapi aku tidak berhenti, terus saja kontol itu aku permainkan. Aku begitu terpesona dengan kontol Sam sampai rasanya sayang kalau buru-buru dilepaskan.
Aaaghhh… segarnya. Seharian ini aku sudah dapat 2 kontol.
Saat di jalan pulang, dengan mengendarai motor, tanganku tetap masuk ke dalam celana Sam. Sepanjang jalan aku terus bermain-main dengan kontolnya.
***
# Segarnya Kontolmu Sayang
Sejak kejadian dengan Sam di Mess Mahasiswa Sumbar, hubunganku dengan Sam semakin dekat. Sementara hubunganku dengan Doni semakin merenggang. Terus terang, dibanding dengan Doni, Sam kalah jauh untuk urusan percumbuan. Karena bagaimanapun Doni jauh lebih jago untuk urusan bercumbu. Jilatan-jilatannya pada dadaku, serta permainan jarinya di memekku membuatku benar-benar ketagihan. Belum lagi kontolnya yang besar panjang itu terasa sekali memenuhi rongga mulutku. Aku selalu bernafsu ingin mengisap kontolnya.
Sementara Sam sangat lugu dan kurang pengalaman. Namun kelembutan Sam mampu membuat aku merasa nyaman berada di dekatnya. Siang ini sepulang kuliah seperti biasa aku membonceng motor Sam menuju Kost-ku. Seperti biasa juga sepanjang jalan tanganku masuk ke dalam celananya sambil meremas-remas kontolnya. Aku suka dengan bentuk kontolnya yang gemuk dan kekar.
Tapi di perjalanan aku sempat bingung karena ternyata motor Sam tidak menuju ke tempat kostku. Sebenarnya aku mau protes, tapi akhirnya kubiarkan saja sambil terus menikmati bermain-main dengan kontol Sam yang sudah semakin menegang.
Ternyata aku dibawa ke rumahnya. Saat itu rumahnya dalam keadaan sepi. Langsung aku dibawa ke dalam kamarnya.
“Kamu mau minum apa, Lin?” tanya Sam basa-basi.
Aku tau itu sekedar basa-basi makanya aku menjawab dengan menggoda “Minum kontol kamu aja deh…”
Mendengar jawabanku, Sam langsung mengunci pintu kamarnya, kemudian menubruk tubuhku sampai aku terlentang di tempat tidurnya. Sam mencium bibirku lama sekali. Bibirku di sedot-sedot, berganti-ganti bibir atas dan bibir bawah. Tapi lidahnya sama sekali tidak bermain. Maka aku segera mengambil inisiatif. Kujulurkan lidahku kedalam mulutnya. Kucari lidahnya, kemudian kubelit-belit dengan lidahku. Perlahan namun pasti Sam mulai bisa mengimbangi ciumanku. Lidahnya mulai bisa menari-nari didalam rongga mulutku. Sampai langit-langit mulutkupun di jilatinya. Rasanya cukup membuat aku terangsang.
kemudian tangannya mulai meremas-remas dada kiriku. Aku langsung menggelinjang nikmat. Sam terus bermain dengan dadaku dari luar kemejaku. Tidak sabar, aku buka sendiri kancing bajuku hingga terbuka lebar, Jilbabku kutarik lebih keatas agar dadaku tidak terhalang meski jilbabnya tidak dibuka.
Melihat keadaanku yang sudah terhidang, ciuman Sam langsung pindah ke dadaku. Gumpalan dadaku diciumi dengan penuh nafsu. Terkadang digigit-gigit kecil sampai meninggalkan tanda merah.
Sekali lagi aku merasa tidak sabar. Sam hanya menciumi bukit dadaku sambil meremas tanpa berusaha membuka BH-ku. Langsung saja kukeluarkan toketku dari BH dan kusodorkan puting susuku ke mulutnya seperti ibu yang menyusui bayi. Sam dengan lahap langsung menyedot puting susuku.
“Ooooh… Saaaam… sedot terus, sayaaang… sedot yang kenceeeng…” teriakku tak perduli apakah suaraku terdengar keluar atau tidak. Toh rumah ini sedang sepi.
“Teruuuuss… Saaaam…. sedot teruuuuussss… remes-remes yang kenceng…” pekikanku semakin tidak karuan.
Mendengar eranganku, Sam semakin bersemangat. Dia menciumi dadaku berganti-ganti yang kiri dan kanan. Saat mencium dada kiri, Tangannya meremas dada kananku. Sebaliknya saat mencium dada kanan, tangannya meremas dada kiriku.
Aku benar-benar dibawa ke dunia kenikmatan yang sangat indah. Sambil terus menikmati ciuman Sam pada dadaku, kuangkat rokku sampai ke perut. Hingga tampaklah memekku yang masih tertutup CD. Sudah terasa denyutan di bawah sana minta dicolok.
Kemudian kubuka resleting celana Sam. Rupanya dia mengerti. Dia segera bangkit dan membuka seluruh pakaiannya hingga bugil. Terlihatlah kontolnya yang sudah tegang. Begitu besar dengan urat-urat disekitar batang kontolnya. Setelah itu dia langsung menindih tubuhku lagi. Kontolnya yang tegang di gesek-gesekkan ke memekku yang masih tertutup CD. Rasanya sungguh luar biasa.
Sambil tetap menggesek-gesekkan kontolnya, Sam kembali menciumi dadaku. Dengan tubuh agak membungkuk dia terus menyedot puting susuku sambil kontolnya terus maju mundur menggesek-gesek memekku.
Kutarik tangan Sam dan kubawa ke memekku. Tangannya langsung masuk ke balik CD-ku dan bermain-main disana. Ketika itilku tersentuh, aku spontan terpekik nikmat. “Oooooowwwgh… Saaaaam…. enaaaaak… enak bangeeet, sayaaaang…” Kugoyang-goyangkan pinggulku mengejar kenikmatan yang mendera seiring dengan permainan jari-jari Sam di itilku.
Jari-jari Sam terus meluncur naik turun di memekku. Tekadang dijepitnya memekku dengan jempol dan telunjuknya. Membuat aku semakin berteriak-teriak histeris. “Addduuuh… Saaaam…. enak bangeeet… terus, sayaaaang…”
Sementara bibir dan lidah Sam masih terus saja mengerjai dadaku, membuat aku benar-benar seperti cacing kepanasan. Menggeliat-geliat nikmat. Kutekan kepala Sam lebih keras lagi ke dadaku. Kujenggut-jenggut rambutnya menahan kegelian dan kenikmatan yang tiada tara.
Sampai kemudian kedutan di memekku semakin terasa nyata, dan gelombang kenikmatan seperti mengalir dari sekujur tubuhku menuju memekku, dan… “Aaaaaaaakhhh… Saaaaam…. aku nyampeeee….ooooowhg…!!!”
Pancaran kenikmatan menyembur membasahi memekku. Dan tubuh serasa tersedot menuju lubang yang dalam. Gelap, indah, nikmaaaat…
Setelah mengatur nafas, segera kudorong tubuh Sam hingga ia terlentang di kasur. Lalu kutindih tubuh bugil Sam. Kontolnya kududuki sambil kugoyang-goyangkan pinggulku maju mundur menggesek kontolnya yang besar.
Sam tampak keenakan dengan perbuatannku. Kulanjutkan dengan menjilati lehernya, kemudian kupingnya. Sam semakin kelojotan. Napasnya menjadi tidak teratur.
Ciumanku turun ke dadanya. Puting susunya kujilati. Kugigit-gigit kecil, kemudian kusentil-sentil dengan lidahku. Kujilati terus dadanya kiri dan kanan. Sementara pantatku terus maju mundur menggesek-gesek memekku ke kontolnya yang sudah sangat tegang.
Kontolnya yang besar terasa sekali mengerus belahan memekku meski aku masih mengenakan CD. Walau hanya di gesek-gesek dari luar, rasanya memekku sudah belah menjadi lebar.
Kemudian lidahku turun lagi menyusuri tubuh telanjangnya menuju perutnya. Akupun semakinmerosot ke bawah. Meski sayang kutinggalkan kontolnya dari memekku. Kucium perutnya dan kujilati sekitar pusarnya dengan melingkar. Lalu lidahku terus turun dan menyentuh ujung kontol kerasnya.
Kujilati kepala kontol besar itu. Kujilati lubang kecilnya sambil kubuka-buka lubangnya dengan lidahku. Lalu kujilati batang kontolnya mulai dari bijinya, naik keatas sampai kepala kontolnya. Kujilati lagi terus berulang ulang.
Lalu perlahan kumasukkan batang kontol yang besar itu kedalam mulutku. Kudiamkan sejenak dalam mulutku sambil lidahku bemain-main mengusap batang kontolnya. Baru kemudian perlahan kutarik mulutku keatas sampai ujung, kemudian kuturunkan lagi. Lalu kunaikkan lagi sambil kuisap kuat-kuat. Kuturunkan lagi. Begitu terus, kepalaku naik turun secara otomatis. Penuhnya rongga mulutku dengan batang kontolnya membuat aku semakin bernafsu. Memekku sampai basah lagi.
Jika sebelumnya aku membiarkan Sam muncrat ke tembok, kali ini aku ingin memberi hadiah pada Sam untuk muncrat di dalam mulutku. Cepat kukocok-kocok kontol Sam dengan tanganku. Jika kering kukulum lagi kontolnya sampai licin, kemudian kukocok lagi dengan tanganku.
Saat kurasakan denyutan kontol Sam semakin terasa, buru-buru kontol Sam kumasukkan ke dalam mulutku lagi dan kuisap kuat-kuat. Sampai akhirnya … Crooooottzz…!!! Air mani Sam muncrat kedalam mulutku dengan deras dan banyak sekali. Saking banyaknya sampai-sampai air mani itu tidak bisa kutelan semua dan ada yang meleleh membasahi dagu dan Jilbabku.
Buru-buru aku lari ke kamar mandi membersihkan jilbabku. Kuatir nanti aromanya tercium saat aku pulang nanti.
***
# Ih, Kecil Banget..
Memasuki Semester akhir, hubungan cintaku malah berantakan. Sudah 3 bulan aku menjomblo. Artinya sudah 3 bulan aku tidak ketemu kontol.
Seringkali aku membayangkan saat-saat bercumbu dengan pacar-pacarku dulu. Saat dengan bernafsu kancing bajuku dilucuti, saat BH ku dibuka dan selanjutnya dadaku diremas-remas dengan kuat. terbayang bagaimana lidah mereka menjilati puting susuku. menyentil-nyentil nakal, lalu toketku di hisap dengan gemas. Aaaaah…. nikmatnya.
Kalau sudah begitu biasanya aku langsung buka baju dan BH ku kemudian rebahan di tempat tidur. Kuremas-remas sendiri dadaku sambil membayangkan ada tangan lelaki yang meremasnya.
Lalu terbayang saat ada lidah yang menyusuri tubuhku. Mulai dari dada turun ke perut, berputar-putar di pusarku, lalu turun lagi menjilati bawah pusarku. teruuuuuss… turun sampai menyentuh bagian atas memekku.
Oooowgh… tidak tahan langsung kugosok-gosok sendiri itilku. Daging kecil itupun membesar dan habis kupermainkan dengan jariku. Kugosok, kujepit, kemudian jariku kugosok naik turun sepanjang belahan memekku. Banjir sudah memekku. Terasa semakin licin saja.
Pantatkuku goyang-goyang mengejar kenikmatan yang mulai mendera. Oooooh… aku pengen kontooolll…
Jemariku semakin cepat menggosok-gosok memekku. Pantatku berputar-putar hebat. Sampai akhirnya tubuhku mengejang hebat. Memekku berdenyut-denyut.
Ah, gila. begitu kangennya aku sama kontol sampai-sampai aku bisa orgasme hanya dengan masturbasi begini. Terlalu…
***
Pulang kuliah… aku masih tidak semangat. Masih terbayang kejadian tadi pagi saat aku masturbasi sebelum berangkat kuliah. Memekku gatal lagi.
Sedang aku berjalan sambil melamun jorok, tiba-tiba ada suara orang memanggilku. “Lin, tunggu…”
Aku menoleh mencari arah suara itu. Terlihat seorang cowok ganteng berlari menghampiriku. Oh, si Sony. Teman sekelasku. “Ada apa, Son” tanyaku saat Sony sudah berada dihadapanku sambil aku melanjutkan langkahku.
“Mau pulang bareng gak? Gue anter deh. Kan gue emang selalu lewatin tempat kost kamu.” kata Sony sambil berjalan di sampingku.
Aku katakan pada Sony bahwa siang ini aku mau ke rumah kakakku di Rawamangun. Gak langsung pulang ke kost.
“Ya gak pa pa. Gue anterin aja sekalian ke Rawamangun. Gimana, mau kan?” sahut Sony semangat.
Kupikir, apa salahnya. Lumayan irit ongkos. Dan tentunya lebih enak naik mobil dari pada naik bajaj. Lantas kami segera menuju mobil Sony di tempat parkir.
Di perjalanan berkali-kali tangan Sony seperti tidak sengaja menyentuh pahaku saat memindahkan gigi mobilnya. Semula aku ingin bergeser menghindar. Tapi sentuhan-sentuhan kecil yang seolah tidak sengaja itu justru membawa sensasi tersendiri. Maka bukannya aku bergeser menjauh, justru aku menggeser mendekat. Sempat aku melirik senyum Sony yang merasa berhasil menggodaku. Wah gawat. bisa dikira cewek gampangan nih.
Sesampai di depan rumah aku langsung turun dari mobil sambil mengucapkan terima kasih. Tapi Sony bukannya langsung pergi malah mematikan mesin mobilnya dan ikut turun mengikutiku ke depan pintu rumah.
“Lin, aku boleh mampir ya. ngobrol-ngobrol aja sebentar. Males pulang sekarang.” kata Sony sambil menatap mataku lembut. Aku tidak bisa menolak. Maka kuajak Sony masuk ke rumah.
Seperti biasa, kalau jam segini pasti rumah kakakku kosong. Maka tanpa perlu mengetuk pintu aku langsung membuka pintu dengan kunci cadangan yang selalu kubawa di dalam tasku.
“Wah, kamu bawa kunci sendiri. Rumahnya kosong ya, Lin?” tanya Sony.
“Iya. kalo jam segini masih pada kerja. nanti pulangnya menjelang maghrib.”
“Wah, asik donk..”
“Asik apaan! jangan macem-macem deh.” ancamku pada Sony sambil cemberut. Sony hanya tersenyum sambil ikut masuk ke dalam rumah. Tanpa dipersilahkan Sony langsung menghempaskan pantatnya di sofa.
Aku menawarkan Sony untuk minum, tapi Sony menolak. Katanya mending ngobrol-ngobrol dulu aja. Nanti kalo udah haus baru minum.
Ternyata enak juga ngobrol dengan Sony. Orangnya humoris, sering membuat aku tertawa. Lama kelamaan obrolan kami mulai nyerempet-nyerempet ke hal-hal yang berbau porno . Entah bagaimana mulanya, tau-tau kami sudah berciuman.
Awalnya hanya kecupan-kecupan ringan, sampai akhirnya ketika lidah kami mulai saling melilit ciuman tu berubah menjadi ciuman penuh nafsu yang ganas.
Tangan Sony mulai meremas dadaku dari luar bajuku. Aku langsung tersentak nikmat. Oooh… sudah 3 bulan dadaku tidak disentuh lelaki. Aku begitu menginginkannya. Ingin lebih.
Tangan Sony bergerak ingin membuka jilbabku. Segera kutahan. “Son… kita di kamar aja yuk.”
Sony tersenyum girang mendengar ajakanku. Kamipun bergegas menuju kamar tamu. Sesampai di kamar, Sony menutup pintu dan langsung mendorong tubuhku ke pintu.
Aku dipepet ke pintu dan bibirnya kembali menyergap bibirku. Ciumannya kali ini benar-benar ganas. Jilbabku dibuka, dan langsung leherku diserang dengan jilatan-jilatan yang membuat aku mengerang.
Lalu tangannya mulai mempereteli kancing bajuku satu persatu. Bajuku dilempar begitu saja ke lantai. Sony sempat tertegun memandang dada besarku yang seperti mau melompat keluar dari BH.
Tidak menunggu lama, bibirnya langsung nyosor menciumi dadaku. Sementara tangannya bergerak ke belakang mencari kaitan BH-ku. Aku membantu melepas BH dan membuangnya ke lantai.
Sony semakin bernafsu melihat dadaku yang sudah terhidang bebas di depan wajahnya. Lidahnya pun langsung menari-nari di pentil susuku. Ugh… nikmatnya. Rasa yang sudah lama tidak kudapatkan. Kutekan kepala Sony ke dadaku lebih erat lagi. Sony semakin kuat menyedot pentil susuku. Lalu lidahnya kembali menjalar ke leherku. Lalu bibirku dicium lagi. Kami ciuman panjang dan lama. Lidah kami saling melilit.
Tak sabar kubuka kancing baju Sony, lalu kulepas baju itu dan kubuang ke lantai. Kupeluk Tubuh Sony erat hingga dadaku menempel ketat dengan dadanya. Tangan Sony mengelus punggungku, lalu turun ke bawah ke arah pinggangku. Terus ke bawah lagi. Bongkahan pantatku di remas-remasnya. Aku menggelinjang geli. Goyanganku membuat memekku bergesekan dengan gundukan daging di selangkangannya menambah nikmat percumbuan ini.
Dengan terampil Sony membuka kancing dan resleting rok panjangku. Dan rok itupun meluncur jatuh di kakiku. Kini aku berdiri hampir telanjang dengan hanya mengenakan CD ku saja.
Aku tidak mau kalah, kubuka ikat pinggang celana Sony. Lalu kubuka kancing dan resletingnya. Sony membantu memerosotkan celana panjangnya. Setelah celananya merosot, kembali Sony merangkul tubuhku dengan erat. Ciumannya semakin ganas.
Sangat terasa ada yang mengganjal dan menekan-nekan memekku. Ugh, sepertinya kontol Sony sudah mulai ngaceng walau belum sepenuhnya. Tapi sudah mulai terasa nikmat gesekannya.
Ciuman Sony meluncur turun ke leher, lalu turun lagi ke dadaku. Bergantian puting dada kanan dan dada kiriku di isapnya. “Ooooogh… Sonnn… isep terusssss… iyaaaahhhh…” erangku tak kuasa menahan nikmat. Rasa kangen akan sentuhan yang telah kutahan selama 3 bulan ini benar-benar minta di tuntaskan.
Tubuh Sony mulai merosot sambil terus menjilati tubuhku. Perutku di jilat-jilat. Lidahnya bermain-main di lubang pusarku. Akhirnya Sony berjongkok, dan wajahnya langsung menghadap memekku yang masih terbungkus CD. Dengan sekali tarikan meluncurlah CD ku sampai kaki. Aku membantu mengangkat kaki dan menendang CD ku sampai melayang entah kemana.
Lalu Sony mengangkat kaki kananku dan ditumpangkan dibahunya. Akibatnya memekku langsung merekah lebar menganga di hadapannya. Perlahan lidah Sony menyapu belahan memekku dari bawah ke atas. “Aaaawh! Sonnnn… enaaaaaak, sayaaaanghhh…”
Ini gaya baru. Belum pernah memekku dijilati sambil berdiri begini. Rasanya luar biasa nikmat. Kugoyang-goyangkan pantatku maju mundur mengejar lidahnya yang terus menari-nari di memekku. Terkadang lidahnya terasa menerobos masuk menjilati pinggiran dinding dalam memekku. Aku semakin bergelinjang tak karuan. Teriakanku semakin keras menerima rangsangan yang hebat seperti ini.
“Adddduhh, Son.. enak bangeeeet…. Gilaaa… lu pinter banget sih jilat memeknyaaa…”
Sedang nikmat-nikmatnya dijilat, tiba-tiba Sony menghentikan serangannya dan berdiri. Dia lalu meraih lenganku dan membimbingku ke tempat tidur. Aku langsung berbaring telentang. Kakiku kukangkangkan lebar-lebar menanti serangan Sony berikutnya.
Melihat posisiku yang menantang itu Sony sampai terbelalak. Cepat dia memelorotkan CD nya. Tampaklah kontolnya. Kelihatannya belum ngaceng benar. ukurannya belum maksimal.
Sonny langsung menerkam aku. Tubuhku ditindih, bibirku dicium dengan ganas. Kontolnya di gesek-gesek ke memek. Sempat kurasakan ujung kontolnya menyeruak belahan memekku.
“Son, jangan dimasukin. Gue masih perawan.” desahku di tengah kenikmatan yang menderu.
Sony agak kaget mendengarnya. Untung dia mau ngerti. “Iya. Gak gue masukin deh. Tapi nanti bantu keluarin ya…”
Aku menjawab dengan ciuman penuh nafsu pada bibirnya. Sony bangkit, kali ini langsung nyungsep ke memekku. Jilatan-jilatannya semakin menggila. Aku tidak tahan lagi.
“Soooonnn… gue keluaaarrrr…” aku kejang. Tubuhku tersentak-sentak bersama dengan kedutan-kedutan yang menyembur di memekku. Sony bukannya berhenti malah terus menjilati memekku dengan ganas. Aku bagai kapas yang ditiup dan melayang-layang. Nikmaaaat…
Sony lantas menindihku lagi dan mencium bibirku mesra. Lalu tubuhnya bergulir dan tiduran telentang di sampingku.
Aku mengerti yang diinginkannya. Segera aku bangkit duduk, dan kuraih kontolnya. Kuremas-remas lembut. Kontolnya belum juga membesar meski sudah sangat keras. Aku sempat bingung. Perasaan tadi sudah di puncak nafsu. Kok kontolnya masih kecil gini?
Segera kukulum kontol Sony, kujilat-jilat, kusedot-sedot. Tetap saja kecil. Ah, kayaknya kontolnya memang kecil nih. Cuma sebesar pisang lampung. Seluruh kontolnya bisa masuk ke mulutku dengan mudah. Nafsuku langsung hilang… yaaaaah… kecil bangeeeeettt…
Untuk tidak mengecewakan Sony, kukocok-kocok saja kontolnya dengan tanganku. Kalau kering aku hanya meludahinya saja. Aku malas memasukkan kontol kecil itu ke mulutku. Tidak ada sensasi apa-apa. Terlalu longgar.
Tak berapa lama, Sony ngecret. Langsung saja dia kutinggal ke kamar mandi sambil kubawa semua pakaianku.
Jilatnya pinter sih… tapi kecilnya itu…
***
# Oops!
Petualanganku dengan Sony sempat berlanjut selama beberapa kali. Tapi aku sudah malas untuk ngisep kontolnya lagi. Gairahku langsung hilang bila melihat kontolnya yang kecil itu. Jadi aku lebih suka minta dia menjilat memekku sampai aku selesai, baru kemudian kontolnya kukocok. Paling hanya kukulum sebentar untuk melicinkan kontolnya saja. Toh dengan begitupun dia sudah kelojotan. Begitu dia selesai, gairahku selalu hilang tanpa bekas. Maka biasanya kalau kami bercumbu di rumahku, dia akan langsung kusuruh pulang dengan berbagai alasan. Atau jika di tempat lain, aku akan buru-buru minta diantar pulang.
Tak lama berselang kuliahku selesai. Dan selesai juga hubunganku dengan Sony. Beruntung bagiku selesai kuliah tidak pelu repot-repot mencari kerja. Salah satu familyku mengajakku bekerja di perusahaannya yang baru dibangun.
Berhubung kantornya terletak di bilangan Kebayoran, maka kuputuskan untuk mencari tempat kost di dekat-dekat kantor.
Di kantor ada salah seorang staff yang usianya terpaut 4 tahun lebih muda dari aku. Penampilan Dodi yang energik dan humoris membuat aku betah berlama-lama ngobrol dengannya.
Sebenarnya aku sadar setiap kami ngobrol, mata Dodi seringkali menatap dadaku yang berukuran 34C ini. Dan menyadari hal itu membuat aku ingin menggodanya dengan sering-sering membusungkan dadaku. Terkadang aku sengaja mengangkat tanganku tinggi-tinggi seolah ingin menghilangkan pegal. Padahal maksudnya supaya dadaku semakin terekspos di depan matanya.
Benar saja, setiap kali aku melakukan gerakan-gerakan seperti itu matanya tak berkedip memandang dada besarku.
Sekali waktu Dodi mengajakku nonton ke bioskop sepulang kerja. Karena aku juga tidak ada acara, aku pun menyambut ajakannya. Kami segera menuju kawasan Blok M.
Saat film dimulai, Dodi mulai menggenggam tanganku. Kubalas dengan genggaman yang lembut sambil jemariku bermain mengelus jarinya. Karena dilihatnya aku tidak menolak, Dodi melepas genggaman tangannya dan beralih merangkul pundakku. Akupun segera merebahkan kepalaku di dadanya.
Terasa bahuku diusap-usap dan terkadang diremas dengan keras. Aku membalas dengan mengusap-usap dadanya, kemudian turun ke perutnya. Lama telapak tanganku berputar-putar di perutnya.
Lalu Dodi mengangkat daguku dengan tangannya. Saat kepalaku terdongak ke atas dia langsung mencium bibirku. Bukan ciuman lembut, tapi langsung ciuman penuh nafsu. Ah… dasar anak muda. Maunya langsung-langsung aja. Aku mengimbangi permainan bibir dan lidahnya. Perlahan nafsuku mulai bangkit.
Di tengah pergumulan lidah itu kurasakan tangan Dodi mulai meraba dadaku, Segera kutolak. Ini baru kencan pertama. Meskipun sebenarnya aku sangat menginginkannya, tapi kupikir aku harus jaga image dulu di kantor baruku ini. Aku takut Dodi yang masih muda ini akan membanggakan diri cerita ke teman-teman lainnya. Bisa berabe aku.
Kutepis tangan Dodi sambil aku melepaskan ciuman dan mencoba konsentrasi pada film yang diputar. Sebenarnya bukan konsentrasi, tapi aku harus menurunkan nafsuku sendiri yang sebenarnya sudah mulai bergejolak. Meski terlihat agak kecewa, tapi Dodi tetap merangkul dan mengusap-usap bahuku sampai film usai.
***
Sejak ciuman di bioskop, hubunganku dengan Dodi semakin dekat. Mungkin dia menganggap ciuman itu sudah merupakan tanda bahwa kami resmi pacaran. Padahal bagiku itu tidak lebih dari sekedar ciuman iseng saja.
Jelang 2 hari kemudian, kembali Dodi mengajakku nonton bioskop. Kali ini kami kebagian duduk di barisan agak tengah. Tapi untungnya masih kebagian yang paling pinggir. Jadi tetap bisa mojok walaupun ada resiko telihat oleh penonton yang duduk di barisan atas.
Dasar anak muda, begitu lampu padam aku langsung direngkuhnya. Bibirku dilumat dengan penuh nafsu. Dan tidak menunggu waktu lama tangannya langsung meremas dadaku. Kali ini kudiamkan saja karena aku juga sudah sangat rindu dengan remasan-remasan pada dadaku.
Perlahan tanganku meluncur dari dadanya, turun ke perutnya dan akhirnya mendarat di selangkangannya. Terasa kontol ngacengnya dari balik celananya. Kuremas-remas dan kugosok-gosok kontol itu dari luar celana. Woooow… besaaaar… Jenis kontol yang kusuka. Kugosok-gosok .dan kuremas-remas terus kontolnya. Sesekali kuremas biji-bijinya meski hanya dari luar celananya.
Aku begitu bernafsu sampai tidak menyadari bahwa kancing bajuku telah terbuka semua. Bahkan BH ku telah terlepas ke atas. Aku begitu terkejut saat tiba-tiba bibir Dodi menyergap putting susuku. Owwwgh… What ! Aku sudah telanjang dada?!
Aku kaget bercampur takut ada yang melihat. Soalnya posisi duduk kami sangat tidak aman. Apalagi penonton di barisan belakang cukup ramai. Cepat aku mendorong kepala Dodi agar menghentikan aksinya.
Bukannya berhenti, Dodi malah menyedot puting susuku dengan kuat. Sementara sebelah tangannya meremas susuku yang sebelah lagi. Aku langsung menggelinjang hebat. Betapapun aku takut dilihat orang, tapi rasa nikmat yang mendera tubuhku lebih kuat dari rasa takutku. Akhirnya aku hanya sanggup mengerang pelan sambil kuremas kepala Dodi dan menekannya lebih kuat lagi ke dadaku.
Ciuman dan jilatan Dodi mulai turun ke bawah ke arah perutku. Terus turun sampai di bawah pusarku. Aku semakin kelojotan tidak karuan. Tiba-tiba Dodi membuka resleting celana panjangku dan menariknya turun besama dengan celana dalamku. Aku bukannya mencegah, malah kuangkat sedikit pantatku agar Dodi lebih mudah membuka celanaku. Aku sudah tidak perduli lagi dengan keadaan sekeliling yang mungkin saja ada yang melihat kelakuan kami berdua ini. Nafsu birahi sudah menutupi akal sehatku.
Celana panjang berikut celana dalamku meluncur sampai ke mata kakiku. Dodi mengangkat kaki kananku hingga celanaku terlepas sebelah. Kaki kananku diletakkan pada sandaran kursi hingga posisiku mengangkang dengan lebar. Kemudian Dodi berjongkok di lantai dan menghadap memekku secara langsung.
Dengan penuh nafsu Dodi langsung menjilati memekku dari bawah ke atas. Itilku dijilat dan dipermaikan dengan lidahnya. Terkadang itilku di sedot dengan kuat. Duniaku sudah gelap. Bahkan suara film yang sedang diputar pun sudah tidak terdengar lagi. Yang ada hanya rasa nikmaaaaaat… enaaaaaaaak…
Sampai akhirnya kurasakan denyutan yang sudah sangat kuhapal. Denyutan yang menyerbu memekku dengan deras. Tubuhku mengejang, aku mengerang panjang. ”Oooooooooghhhhh… enaaaaaaaakkkk… aaaaakhhhh…”
Memekku banjir sudah. Aku lemas. Aku terpejam mengangkang menikmati semburan nikmat yang baru saja lewat. Aku tidak perduli dengan keadaanku yang separuh telanjang sambil mengangkang. Sampai tiba-tiba lampu menyala terang benderang. Oops! Filmnya habis.
Aku panik. Segera kukatupkan kemejaku menutupi dadaku yang terbuka. Tapi celanaku belum sempat kupakai. Terpaksa celana panjangku kudorong agak ke bawah tempat duduk. Kuambil tasku dan kuletakkan diatas pahaku menutupi ketelanjangan bagian bawahku.
Kami tetap duduk menunggu seluruh penonton pergi. Entahlah apakah para penonton yang melewati tempat duduk kami menyadari bahwa aku tidak pakai celana. Semoga saja tidak ada yang sadar.
Setelah seluruh penonton meninggalkan ruangan, barulah aku mengenakan celana dan merapikan BH serta kemejaku.
***
# Ke Ancol Lagi
Pengalaman percumbuan di bioskop bersama Dodi waktu itu adalah yang pertama dan terakhir bagiku. Bukan karena aku tidak menyukainya. Bukan… Jujur saja pengalaman bercumbu di depan orang banyak begitu menimbulkan sensasi erotis yang menggairahkan bagiku. Mengingatnya saja bisa membuat memekku basah.
Namun yang membuatku enggan meneruskan petualangan bersama Dodi adalah sikapnya yang menjadi sangat protektif terhadap diriku. Dia benar-benar menganggap aku ini sebagai miliknya yang bisa dikuasai sesuai dengan keinginannya.
Sementara bagiku, Dodi is just another Kontol. Tidak lebih. Dia sudah mulai banyak bertanya jika aku dekat dengan teman pria lain. Atau di lain kesempatan dia mulai mengatur cara aku berpakaian. Dia tidak suka dengan jilbabku yang pendek. Dia meminta aku mengenakan jilbab panjang yang menutupi dadaku. Katanya jilbab yang aku kenakan saat ini justru sangat menonjolkan bentuk dadaku yang besar. Lho… So What ? Memang itu yang kuinginkan.
Atas sikapnya itu aku memutuskan mulai menjaga jarak dan lebih sering menghindar. Beberapa kali ajakannya untuk menonton aku tolak. Walau sebenarnya saat dia mengajak aku nonton di bioskop, langsung terbayang kejadian dimana dia begitu bernafsu menjilat memekku. Ingin sekali rasanya aku mengulangi kejadian itu.
Namun jika mengingat hidupku yang semakin tidak nyaman, aku kuatkan untuk tetap menolak.
“Kamu kenapa sih, gak pernah mau lagi jalan sama aku?” tanya Dodi kesal saat aku kembali menolak ajakannya untuk nonton.
“Gak apa-apa kok. Lagi males aja.” jawabku santai. “Kalau mau jalan, kita makan aja yuk, gak usah nonton” sambungku.
Walau dengan wajah cemberut, akhirnya Dodi setuju untuk pergi makan malam. Akhirnya kami pergi ke Pondok Indah.
“Sebenernya ada apa sih, Lin? Belakangan sikap kamu aneh.” ujar Dodi sambil menunggu makanan pesanan kami datang. Kutatap mata Dodi lekat-lekat. Aku menimbang-nimbang dalam hati. Kubiarkan saja pertanyaannya, atau aku berterus terang saja soal perasaanku padanya yang hanya menganggap teman, bukan pacar.
Kembali Dodi mendesak dengan pertanyaannya, Kutatap lagi matanya.
“Loe beneran mau tau?” tanyaku sambil menatap matanya tajam.
“Ya iya lah. Gak enak pacaran tapi aneh gini.” jawabnya.
Aku mengambil nafas panjang sambil mencari kata-kata yang tepat. “Dod, sebelumnya sorry ya. Gue akui loe orangnya baik, lucu, ganteng. Tapi masalahnya, belakangan gue mulai merasa gak nyaman karna kayaknya gue udah gak bebas lagi sejak deket sama loe.” aku berusaha mengucapkan kata-kata itu dengan sangat sopan.
Tapi tak urung Dodi tersentak kaget. “Gak nyaman gimana maksud kamu, Lin?”
“Ya, belakangan loe udah berani ngatur-ngatur gue, ngatur cara berpakaian gue, ngatur dengan siapa gue bisa berteman, ya gitu deh. Buat gue itu udah bikin gue gak nyaman.” jawabku dengan suara yang kucoba sedatar mungkin.
“Lho… wajar donk, namanya juga orang pacaran…“
“Nah, itu dia masalahnya,“ tukasku memotong ucapannya. “Loe terlalu gegabah menganggap kita pacaran. Sementara gue cuma menganggap loe sebagai teman dekat gue. Gak lebih gak kurang, Dod.”
Dodi tampak terkaget-kaget mendengar ucapanku. “Cuma teman? Trus, gimana dengan hubungan kita selama ini…” tanya Dodi seperti tidak bisa menerima ucapanku.
“Hubungan yang mana…” tanyaku belaga bego.
“Ya hubungan kita. Ciuman-ciuman kita… trus … yang di bioskop…”
Aku tersenyum geli melihat Dodi mencak-mencak begitu. “Dod, ciuman sama loe emang nyaman buat gue. Apalagi kejadian yang di Bioskop. Jilatan loe emang bener-bener hebat. Gue sampe menggelapar waktu itu, Dod. Tapi itu kan gak berarti lantas gue jadi pacar loe? Itu kan hubungan sama-sama enak. Memek gue enak loe jilatin, loe juga dapet rejeki bebas jilatin memek gue. Kurang apa, Dod? Cukuplah hubungan kita sebatas itu aja. Jangan berharap lebih lagi. Soalnya menurut gue itu udah lebih banget. Coba… sampe memek gue aja gue kasih, kurang gimana lagi hayo?!”
Dodi tampak geram mendengar ucapanku. Lalu dengan suara berat dia lanjut bertanya. “Jadi… bukan cuma aku yang kamu kasih jilatin memek kamu?”
Aku menatap tajam matanya mendengan ucapannya yang menurutku cukup kurang ajar. “Itu urusan gue. Loe gak perlu tau!” ujarku ketus sambil tetap menatap matanya dengan tajam.
“Hah, gak nyangka, Lin. Kamu gak beda sama perek-perek di jalan. Percuma kamu pake jilbab. Mending telanjang aja kamu!” Dodi memakiku sambil bangkit dan beranjak meninggalkan aku sendiri di rumah makan itu.
Aku cukup sakit hati mendengar ucapannya. Laki-laki! Waktu dia berusaha menelanjangi tubuhku apa pernah dia berpikir seperti itu. Saat sudah gak dapet memek lagi, langsung pandangannya berubah. Dasar!
Malam itu aku pulang sendiri. Hatiku gundah, sedih, sakit… Belum pernah aku dihina seperti ini. Mantan-mantanku dulu tak pernah menyakitiku seperti ini.
Besoknya aku tidak melihat Dodi di kantor. Besoknya lagi juga tidak. Hari ketiga dia muncul menghadap HRD dan mengajukan pengunduran dirinya. Lalu dia pergi tanpa berpamitan denganku.
Meski begitu, tetap saja rasa sakit hatiku belum bisa hilang. Jika kuingat lagi ucapannya di restoran malam itu, hatiku benar-benar seperti di sayat-sayat. Untunglah beberapa hari kemudian ada karyawan baru yang ganteng dan bertubuh atletis. Tidak membutuhkan waktu lama, aku sudah akrab dengan Torik, karyawan baru tersebut.
Sudah 2 hari berturut-turut kami makan siang bersama. Bukan itu saja, sudah 2 hari berturut-turut pula aku diantar pulang dengan mobilnya. Di hari ke 3, bertepatan dengan akhir pekan, Torik mengajakku jalan-jalan dulu sebelum pulang. Aku setuju saja. Bagaimana mungkin aku menolak ajakan cowok ganteng seperti Torik. Apalagi badannya juga bagus sekali, terutama bagian bokongnya yang terlihat begitu kencang.
Ternyata Torik membawa mobilnya menuju Ancol. Ah… Ancol. Teringat aku pada pengalaman pertamaku ngisep kontol. Di ancol inilah pertama kali aku belajar ngisep kontol pacarku waktu kuliah dulu.
Torik memarkir mobilnya di tempat sepi. Sama seperti kejadian dengan pacarku dulu. Membayangkan hal itu aku sudah panas dingin duluan. Torik memarkir mobil tanpa mematikan mesinnya. Lalu tanpa ba bi bu dia langsung mencium bibirku. Ah… sudah nafsu rupanya. Aku tidak mau tinggal diam, kuladeni ciumannya dengan menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Ugh… cepat sekali birahiku naik.
Kupeluk erat tubuh Torik sambil kubisikkan kata-kata… “Sayang, pindah ke belakang aja yuk…”
Torik tersenyum penuh semangat mendengar ajakanku. Tak menunggu lebih lama lagi kami langsung pindah ke kursi belakang. Begitu sampai di belakang Torik langsung membuka jilbabku. Kemudian diserangnya leherku yang jenjang dengan jilatan-jilatannya yang membuat aku menggelinjang birahi.
Tangannya tak tinggal diam, satu-persatu kancing kemejaku di preteli. Kemudian di lepaskannya kemejaku dan dilemparkan ke lantai mobil. Setelah itu lidahnya langsung pindah menuju bukit dadaku yang hampir melompat keluar dari BH ku. Tidak puas menjilati bukit dadaku, Torik membuka kait BH- ku dan merenggutnya hingga lepas dan terbang entah kemana. Setelah itu lidahnyapun mendarat di puting susuku yang sudah tegak mencuat dan keras.
Aku terhenyak nikmat merasakan sedotan bibirnya pada putting susuku. Aaaaaagh… aku kangeeeennnn sama beginian…
Aku di dorong hingga terlentang di jok mobilnya. Kemudian jilatannya bergeser menuju perutku. Terus turun lagi sampai perut bagian bawah… Oghhh… aku tidak tahan. Pasti memekku sudah banjir.
Dengan penuh nafsu Torik membuka resleting celana panjangku, lalu menarik lepas celana berikut celana dalamku. Dan bugil lah aku. Kemudian Torik bangkit duduk untuk membuka seluruh pakaiannya. Dan wooooowww… kontolnya… Besaaaarrr…!
Memekku sampai berdenyut-denyut melihat kontol Torik yang mengangguk-angguk seolah memanggilku untuk menghisapnya. Dengan tidak sabar Torik melebarkan kakiku sampai terpentang ngangkang. Kemudian dia menindih tubuhku. Sepertinya nafsunya sudah sampai di ubun-ubun. Gerakannya begitu bersemangat.
Kurasakan kontolnya mulai berusaha menerobos lubang memekku. Oh Gawat ! “Sayang, jangan dimasukin! Aku masih perawan!”
Tapi sepertinya Torik tidak perduli. Dia mencium bibirku dengan ganas, dan kontolnya terus berusaha menyodok lubang memekku. “Jangan… oghhh… jangan….. digesek-gesek di luar aja….” erangku antara menolak dan ingin.
Sodokan kepala kontolnya benar-benar nikmat. Aku hampir tidak kuasa lagi untuk menolak kenikmatan ini. Ditengah kebimbangan antara takut kehilangan perawan dan rasa nikmat yang luar biasa, tiba-tiba…
Creeet… Creeeet… Creeeet… Terasa memekku disiram dengan semburan-semburan hangat dari kontolnya. Aaaah… rupanya Torik begitu bernafsu sampai-sampai sudah keluar sebelum tiba di tujuan. Syukurlah… perawanku selamat.
Cepat kudorong tubuh Torik yang sudah lemas, kemudian segera kubersihkan air mani Torik dengan tissue yang sudah tersedia di mobilnya. Buru-buru kupakai celanaku. Soalnya aku tidak yakin bisa menolak jika nanti Torik minta lagi. Segera aku pindah ke kursi depan menunggu Torik selesai berpakaian. Aku mengajak Torik segera pulang.
***
# Hampir Saja Perawanku Hilang
“Terima kasih ya, pak.” ujarku mengakhiri percakapanku di telepon dengan seorang Manager Hotel di kawasan Sudirman. Karena seringnya perusahaan kami memesan kamar hotel untuk klien-klien kami dan selama ini aku yang selalu berhubungan dengan pihak Hotel, maka pihak Hotel memberi hadiah berupa beberapa lembar voucher untuk menginap gratis di kamar Superior mereka. Lumayan…
Ah… memekku langsung berdenyut saat membayangkan akan mengajak Torik untuk menggunakan voucher ini. Terbayang Kontol besar Torik saat kami bercumbu di ancol beberapa hari lalu. Apalagi aku belum sempat merasakan kontol besarnya secara utuh. Ugh… menbayangkan itu saja aku sudah tidak sabar ingin ngisep kontolnya.
Seperti dugaanku Torik sangat bersemangat saat hal itu kusampaikan padanya ketika kami makan siang. “Ya udah ntar malem aja, Lin.” ucap Torik dengan penuh semangat. Aku tersenyum pengen melihat semangatnya itu.
“Besok aja deh, malem ini gue musti ke rumah tante gue.”
“Yaah… kelamaan nunggunya, Lin. Udah pengen nih.” ujar Torik dengan wajah kecewa. Aku tertawa melihatnya begitu.
“Sabaaar ah. Besok pagi jemput gue ke tempat kost ya. Kan musti bawa baju ganti.”
“Sip. Pagi-pagi gue jemput.” jawab Torik girang.
“Tapi janji dulu.” ucapku membuat Torik memandangku heran.
“Janji apa?” tanya Torik.
“Jangan dimasukin. Gue masih perawan.”
“Iyaaa.. jangan kuatir.” jawab Torik sambil kembali menyeruput kopinya.
***
Pagi-pagi sekali Torik sudah menjemputku di tempat kost. Gila, semangat amat. Untung aku sudah menyiapkan pakaian ganti sejak tadi malam. Jadi bisa langsung berangkat.
Hari ini sepertinya pekerjaan begitu membosankan, Aku sudah tidak sabar untuk segera menikmati kontol Torik di hotel nanti. Brengseknya hari ini justru aku banyak pekerjaan.
Sudah pukul 8 malam lewat sedikit saat aku menyelasikan pekerjaanku. Saat aku sampai di lobby, kulihat Torik masih menunggu dengan wajah bosan. Kamipun segera bergegas menuju Sudirman.
Di perjalanan sepertinya Torik sudah tidak sabar. Tubuhku dirangkul sampai tersandar di perutnya sementara tangannya terus saja meremas toketku dari balik punggungku.
Aku tidak mau kalah, kuremas-remas kontolnya dari luar celana. Terasa sekali kontol itu sudah begitu tegangnya. Besaaar… keraaaas…
Rupanya Torik benar-benar sudah tidak tahan. Dia membuka sendiri kait ikat pinggang dan menurunkan resleting celananya. Tampaklah kepala kontolnya yang sudah menyembul keluar dari celana dalamnya.
Kusentuh kepala kontol itu dengan jari-jariku. Woow… lebar sekali. Kuturunkan celana dalamnya. Kontol besar itu sampai melompat bergoyang-goyang saat terbebas dari celana dalamnya. Gilaaa… gede bangeeet… Dengan gemas kugenggam batang kontolnya dengan kedua tanganku. Uuuh… sudah pakai dua tangan, tapi kepala kontolnya masih nongol. Panjaaaang…
Hhh.. tak sadar aku mendesah. Bukan karena toketku yang terus diremas-remas oleh Torik. Tapi karena tak kuat membayangkan enaknya kontol besar begini.
Kuremas-remas kontol besar itu. Kukocok dengan lembut. Lalu kuusap-usap kepala kontolnya dengan jari telunjuk dan jempolku. Tak lama terlihat cairan bening keluar dari lubang di ujung kontolnya. Bening… tapi kental. Kusapukan cairan itu ke seluruh permukaan kepala kontolnya.
Kontan Torik tersentak dan mengerang “Aaaaaghhh…”
Aku sudah tidak sabar ingin mengemut kontol ini. Tapi baru saja aku akan memasukkan kontol itu ke mulutku, Torik sudah menarik tubuhku untuk bangun.
“Udah dulu sayang… kita udah sampe.”
Aaah… tanggung bener sih… Segera kurapikan celana Torik dan akupun bangkit duduk dengan manis.
Sesampai di kamar, Torik benar-benar seperti Tarzan yang mau perang. Begitu pintu di kunci, aku langsung direngkuhnya dengan ganas. Bibirku dicium dengan bernafsu sekali. Aku sampai gelagapan sulit bernapas. Jilbabku dibuka dengan terburu-buru. Lalu kembali aku diciumi sambil berdiri. Leherku dijilat-jilat dan digigit-gigit kecil.
Lalu bajuku dibuka dengan kasar. Saking kasarnya sampai ada kancing yang copot terpental entah kemana. Bajuku dilemparkan begitu saja, dan tidak menunggu lama langsung tangannya menuju punggungku membuka kait BH. Kembali BH itu terlempar. Tidak seperti biasanya, Torik melewatkan Toketku yang sudah tegang. Tangannya langsung meraih kancing dan resleting celana panjangku. Celanaku dipelorotkan berikut dengan celana dalamnya. Oooh… aku langsung bugil dihadapannya.
Kemudian Torik dengan terburu-buru melucuti seluruh pakaiannya sampai sama-sama bugil. Aku masih saja terbelalak menyaksikan kontolnya yang menakjuban itu. Tiba-tiba aku terkaget karena tubuhku digendong dan dibawa ke ranjang. Torik melempar tubuhku begitu saja ke atas ranjang. Owgh… kasar sekali. Tapi aku suka.
Belum hilang kagetku, Torik sudah melompat menindih tubuhku dan langsung menyerang bibirku dengan ganas. Terasa kontol besarnya bergesekan dengan memekku. Oooghhh… enak sekali permainan kasar begini. Aku belum pernah dipelakukan seperti ini. Ternyata sensasinya sungguh beda. Lebih nikmat.
Tiba-tiba Torik bangkit duduk. Kedua belah kakiku diangkat terlipat, sampai dengkulku menyentuh Toket. Aku benar-benar terkangkang dan memekku terekspos dengan bebas di hadapan Torik. Kemudian Torik mulai berusaha memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Oh gawat! Torik pengen ngentot.
“Jangan… Torik! Jangan…” aku benar-benar panik. Kugoyang-goyangkan pantatku menghidari kontolnya yang ingin menerobos ke dalam memekku. Tapi goyanganku justru membuat kontol itu seperti di gesek-gesek kebelahan memek. Dan rasanya luar biasa nikmat. Aku benar-benar dipersimpangan jalan. Kubiarkan kontol itu masuk dan kehilangan perawan, atau biarin aja. Enaaaaak…
Torik terus berusaha memasukkan kontolnya. Aku semakin panik dan semakin bimbang. Pantatku masih terus kugoyang-goyangkan. Tapi sepertinya bukan lagi untuk menghindar, melainkan untuk mendapatkan rasa enak yang semakin menjalar.
Akhirnya kepala kontol Torik mulai menemukan jalan masuk. Goyanganku justru membuat jalannya semakin terbuka. Ooohhhh… gawaaaaat…
Mungkin karena merasa yakin sudah pasti masuk, Torik langsung merebahkan tubuhnya menindihku dan kembali menjilati leherku. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, kugigit kupingnya dengan keras. Torik terpekik kesakitan dan tubuhnya merenggang. Langsung kudorong tubuh kekarnya sampai terguling ke samping. Dan lepaslah kontolnya dari memekku.
Sebelum Torik marah, segera kudorong Torik sampai telentang, lalu cepat kutindih tubuhnya. Kucium bibirnya. Kususupkan lidahku ke dalam mulutnya. Untung, Torik tidak jadi marah. Dia membalas lilitan lidahku. Memekku tepat diatas kontolnya. Terasa batang kontol itu sampai membelah memekku. Kugesek-gesek memekku maju mundur mengejar nikmat batang kontolnya. Tiap kali Torik berusaha bergerak ingin menggulingkan tubuhku cepat aku mendekapnya erat sambil tetap menggesek-gesekkan kontolnya ke memekku.
”Owwwgggghhhh… nikmatnya…” memekku semakin basah membuat gesekan memekku di kontolnya semakin licin dan lancar. Terus kugesek sampai kepala kontolnya berkali-kali terasa menyundul klitorisku. Uuuuuaaaagghhh… enaaak bangeeeet…
Cepat sekali birahiku menyerbu. Denyutan-denyutan terasa mendera memekku. Tubuhku kejang, dan ooooggggh…. Aku orgasme. Terasa ada yang menyembur-nyembur dari dalam memekku. Aku lemas. Sungguh rasanya tulangku copot semua. Kudekap erat tubuh Torik. Untung aku segera tersadar. Jika tidak cepat bertindak, pasti aku akan diperkosa lagi oleh Torik.
Cepat aku meluncur ke bawah menuju kontolnya. Langsung kumasukkan kontol yang masih belepotan cairan cintaku itu ke dalam mulutku. Kusedot dengan kuat. Torik sampai teriak nikmat merasakan sedotanku. Lalu mulutku mulai naik turun mengocok kontol besarnya. Mulutku sampai terasa penuh menampung batang kontol besar panjang ini.
Saat mulutku naik, kusedot kontolnya dengan kuat sampai kepala kontolnya hampir terlepas. Lalu kuturunkan lagi mulutku. Kuangkat lagi sambil kusedot kuat-kuat. Torik benar-benar kubikin sampai kelojotan dan mengerang-ngerang hebat.
Saat mulutku mulai terasa pegal segera kuludahi kontol itu sampai basah kuyup, lalu ku kocok-kocok dengan tanganku. Begitu kontolnya kering, kulumat lagi kontolnya dengan mulutku sampai pegal. Kuulangi terus berkali-kali.
Sedot…. kocok…. sedot…. kocok….
Memekku sampai gatal lagi. Segera aku rubah posisi dari nungging menjadi telungkup. Memekku kugeser-geser menindih kakinya sampai terasa jempol kakinya menyentuh memekku.
Langsung saja jempol kaki Torik kujadikan pemuas memekku sambil aku terus mengerjai kontolnya dengan mulutku. Uuuughhhh enak banget…. memekku terus kugesek-gesek ke kakinya, sementara mulutku terus bekerja. sedot… kocok… sedot… kocok…
Gelombang orgasmeku kembali menyerbu. Kurapatkan pahaku sambil menjepit jempol kaki Torik. Kusedot kontolnya dengan kuat sambil menikmati gelombang orgasmeku. Sedotanku yang kuat membuat Torik tidak mampu bertahan lagi. Kontonya mendenyut-denyut dan… crooooot… crooot… crooot… air maninya menyembur ke dalam tenggorokanku.
Aku sampai kaget merasakan kencangnya semburan dari kontol Torik. Air maninya begitu banyak sampai tidak tertampung dalam mulutku. Sebagian ku telan saja, tapi tidak bisa semuanya. Masih banyak yang melelh keluar dari bibirku dan mengalir ke dagu dan terus ke leherku. Aaaaah… segarrr… ngisep kontol memang benar-benar nikmat. Cepat kukenakan jas mandi yang sudah tersedia di kamar hotel mewah ini.
“Rik, loe pulang aja deh sekarang.” ujarku pada Torik sambil aku mengumpulkan pakaian Torik dan kulemparkan ke arahnya.
Torik menangkap pakaiannya dengan terkejut. “Lho, kok pulang? Kan kita mau nginep…“ tanyanya dengan bingung.
“Siapa bilang kita mau nginep. Gue mau nginep sendiri. Bukan nginep bareng.” ucapku sambil berdiri dekat pintu, kuatir Torik menolak aku suruh pulang. Maksudku, jika dia menolak aku akan membuka pintu lebar-lebar hingga terlihat dia masih telanjang.
Torik tampak kesal, tapi melihat wajahku yang serius akhirnya dia segera mengenakan pakaiannya dan mengangkut tasnya menuju ke arahku, “Gue gak ngerti sama sekali, Lin. Kenapa cepet sekali berubah…” ucap Torik dengan wajah kaku.
Aku menghela nafas dan menatapnya lembut. “Sorry, Rik. Gue belom siap tidur bareng. Cuma itu aja. Cukup kayak gini aja. Terima kasih Rik. Tadi itu luar biasa enak. Tapi gue belum bisa lebih dari itu…” ucapku pelan. Aku benar-benar tidak yakin bisa bertahan jika Torik tetap menginap malam ini.
Torik meletakkan tasnya di lantai dan berusaha menyentuh wajahku. Aku segera mundur sambil menarik pintu hingga terbuka lebar. Torik menghentikan gerakannya melihat sikapku seperti itu.
“Tapi boleh gak gue jilat memek loe sebentar. Bentaaar… aja!” memekku langsung berdenyut mendengar permintaannya. Aku langsung bimbang.
“Tapi disini aja ya. Jangan di kasur.” jawabku sambil beringsut sedikit berlindung dibalik pintu. Torik menyeringai girang merasa menang. Cepat dia berjongkok di depan memekku dan menyibakkan jas mandiku dimana aku tidak mengenakan apa-apa lagi di dalamnya.
Torik langsung mencium memekku. Ooogh… aku tidak tahan. Kuangkat sebelah kakiku dan kutumpangkan di bahunya untuk semakin memudahkan serangan Torik.
Lidahnya langsung menari-nari di celah memekku. Lidahnya menjilat dari bawah ke atas berulang-ulang. Uuuugh… nikmat luar biasa. Orgasmeku mulai mendekati. Aagggh… cepat sekali aku terangsang.
Torik meneruskan serangannya dengan menyedot keras itilku sambil lidahnya menari-nari di seputar itilku. “Oooooggghhhh… iyaaaaah… itu enak bangeeeet..” Aku lupa bahwa pintu terbuka hingga tak sadar berteriak lumayan keras menikmati jilatan Torik.
Akhirnya kedutan-kedutan nikmat itu muncul juga. Kutekan kepala Torik ke arah memekku dengan kuat. Aku kejang… dan… “Oooogghhhh… sayaaanggg… aaaaakh…” memekku berkedut kencang. Aku lemas. Cepat kuraih daun pintu menjaga agar aku tidak jatuh. Kudorong kepala Torik menjauhi memekku,
“Udah.. udah… Rik! Udah…” ujarku sambil terus kudorong kepalanya.
Torik bangkit lalu dia pergi tanpa pamit lagi. Segera kututup pintu dan kukunci. Lalu kubuka jas mandiku dan kuhempaskan tubuh telanjangku ke atas kasur empuk hotel ini.
Aku terbaring telentang…. telanjang…. ngangkang….
***
# Perjodohan Yang Nikmat
Aku terbangun dengan tubuh agak menggigil kedinginan. Uuuh… pantas saja dingin. Aku masih telanjang bulat. Kuraih jam tanganku yang kuletakkan di meja samping tempat tidur. Ah, masih jam 2 pagi. Aku kembali meringkuk di balik selimut tebal kamar hotel.
Sempat terpikir untuk mengenakan pakaian. Tapi rasanya malas sekali untuk beranjak dari kasur empuk ini. Akhirnya aku terus saja meringkuk sambil kuselipkan tanganku diselangkangan untuk mencari kehangatan. Namun rupanya hal itu malah menimbulkan getar-getar enak di seputar memekku.
Aaaah… terbayang lagi bagaimana Torik menjilati memekku di depan pintu sebelum dia kuusir tadi. Gila, semalaman tadi sudah orgasme sampai dua kali. Sekali saat kugesek memekku ke kontolnya yang luar biasa besar itu, kemudian saat dia menjilati memekku habis-habisan sambil berdiri di balik pintu.
Membayangkan hal itu menyebabkan memekku kembali basah. Kugosok-gosok permukaan memekku dengan tanganku yang masih kuselipkan di antara selangkangan. Aaaah… nikmat. Aku telentang sekarang. Kubentangkan kaki selebar mungkin, lalu kuraba-raba memekku. Kuusap-usap bulu-bulu memekku dengan halus, kemudian perlahan jariku bergerak kebawa sampai hampir menyentuh duburku. Kemudian dengan agak ditekan, kutarik jemariku menelusuri memekku dari bawah sampai ke itilku. Aaaaaah… enaaaak…
Kugosok lagi memekku ke bawah, kemudian kutekan dan kutarik lagi ke atas sampai ke itilku. Sungguh nikmat. Kuulangi terus menerus sambil sebelah tanganku yang lain meremas dadaku sendiri. Puting toketku sudah sangat tegang berdiri mengacung dan keras. Kupelintir-pelintir putingku sambil sesekali kuremas dadaku kuat-kuat. Sementara di bawah sana jemariku terus bermain-main dengan lobang memekku yang sudah semakin licin.
Kugoyang-goyangkan pinggulku dengan hebat sambil terus kugosok-gosok memekku mencari kenikmatan yang terus mendera. Jemariku berhenti sejenak di itilku. Kupermainkan daging kecil itu ke kiri dan ke kanan. Kucolek-colek, kupencet dengan dua jari. Oooooghhhh… nikmatnya…
Kubayangkan lidah Torik menyentil-nyentil itilku. Nafsuku semakin menggelora. Ooooowgh…. pengen di jilaaaatttt… Sempat aku menyesal telah mengusir pulang Torik tadi malam. Seandainya tidak kuusir, pasti sekarang kontol besarnya sedang menggesek-gesek memekku. Oh, kontol itu… terbayang besarnya kontol Torik. Terbayang bagaimana kepala kontolnya yang sepert helm tentara itu masuk ke celah memekku dan menyundul-nyundul itilku.
Terbayang batang kontolnya yang besar dan berurat menggesek-gesek celah memekku. Urat-uratnya begitu terasa seperti polisi tidur menggerus memekku.
Aku semakin hebat bergoyang, menggosok-gosok memek, meremas toket sambil terus membayangkan kontol besar Torik. Dan… aaaaaaahhhhhkkkk… tubuhku kejang… seluruh urat di tubuhku menegang, memekku berkedut-kedut… seerrrrr… srrrr… denyutan-denyutan kencang menerpa bersamaan menyemburnya cairan cintaku membasahi relung-relung memekku. Aku terengah-engah lemas. Tubuhku bagai dihempaskan dari loteng. Aku telentang, kedua tanganku terentang ke kiri dan kekanan, kakiku mengangkang lebar seperti kaki kodok. Nikmaaat… dan akupun jatuh tertidur lagi…
***
HP-ku berdering membangunku dari tidur nikmatku. Kuraih Hp itu dan kubaca nama pemanggilnya. Hhhh… tante Neni? Mau apa dia pagi-pagi begini?
“Assalamualaikum… “ sapaku dengan suara serak akibat nyawa yang belom kumpul semua.
“Waalaikum salaaam. Ya ampuuuun… Lin, jam segini belum bangun? Gimana sih, anak perawan kok males banget.” Tante Neni yang memang cerwet itu terus saja nyerocos ngomel. Aku hanya mendengarkan saja omelannya dengan malas-malasan. Pada intinya dia memintaku untuk bolos kerja hari ini dan harus sudah ada dirumahnya paling telat pukul 9 pagi. Aku lirik jam tanganku yang ada di meja. Jam 6. Buset, masih pagi bener, Pantes males banget bangun.
“Pokoknya kamu pasti suka deh. Orangnya ganteng, bisnisnya juga udah mapan, dan yang pasti orang tuanya kaya. Kalo kamu bisa kawin sama dia, dijamin hiduo kamu gak bakalan susah.” semangat sekali tante Neni mempromosikan anak temannya yang akan dijodohkan denganku. Huh… Jaman gini, masih musim ya jodoh-jodohin orang.
Tapi agar tidak mengecewakan tante Neni akupun menyanggupi untuk datang ke rumahnya dengan syarat tante Neni harus telpon adiknya yang jadi bossku sekarang ini.
Selesai menutup telepon kembali kuhempaskan tubuh telanjangku ke ranjang. Lima menit kemudan barulah aku bangkit. Kusingkapkan selimut tebal yang menutupi tubuh telanjangku, kemudian aku beranjak ke jendela. Kubuka tirai yang menutupi dan Ups! silau sekali saat sinar mentari menyambar mataku yang masih ngantuk.
Kubiarkan sinar mentari pagi meraba tubuhku. Kurentangkan tanganku tinggi-tinggi dan kunikmati hangatnya mentari pagi menyusuri seluruh tubuhku, wajahku, leherku, dadaku, perutku, memekku… lalu… Opss lagi!
Ternyata tirai benar-benar terbuka, termasuk vitrage tipis yang biasanya menjadi pelapis kedua gorden. Artinya, tubuhku benar-benar ter-ekspos di depan kaca. dan pastinya akan terlihat dengan jelas dari luar sana. Kuperhatikan kondisi diuar. Ah, untung aku ada di lantai 5. Agak sulit orang di bawah sana melihat kemari. Paling-paling orang-orang di gedung sebelah yang sejajar dengan kamarku. Biarin deh…
Setelah puas berjemur ringan, aku segera menuju kamar mandi. Mau mandi tentunya…
***
Aku mampir sebentar ke tempat kost untuk meletakkan tas pakaianku, baru aku berangkat ke rumah tante Neni. Bisa bingung dia kalo aku datang kesana sambil bawa-bawa tas pakaian.
Sekitar pukul 10 pagi teman tante Neni datang. Seorang ibu yang kira-kira seusia dengan tante Neni. Kelihatan dari dandanannya memang dia berasal dari keluarga berada. Tapi yang menarik perhatianku adalah cowok ganteng yang datang bersamanya. Gilaaa… ganteng banget. Putih, tinggi dan tubuhnya atletis.
Celana jeans ketatnya memperlihatkan paha yang kuat dan bokong yang kencang. Selera gue banget deh, asli bikin ngences… Setelah basa-basi perkenalan yang membosankan, ibu si Dito, cowok ganteng itu menyarankan agar kami jalan-jalan dulu malam ini.
Supaya tidak terlalu terlihat bahwa aku sudah mupeng, aku minta Dito menjemputku ke kantor besok sore saja. Semuanya setuju dengan usulku. Tante Neni terlihat senang sekali karena aku sepertinya menyambut perkenalan ini. Ya iya laaah… siapa sih yang bisa nolak cowok keren kayak gitu.
***
Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku masih saja duduk di lobi kantor sambil membaca majalah yang baru saja kubeli saat makan siang tadi. Suasana kantor sudah sepi, hanya ada satpam dan beberapa karyawan yang memang akan kerja lembur.
Malam ini aku menunggu Dito yang berjanji akan menjemputku pulang kantor sesuai kesepakatan kami kemarin. Tak lama tampak sebuah sedan memasuki pelataran parkir. Ah, itu pasti Dito. Aku segera bergegas menghampiri mobil tersebut dan langsung duduk di kursi depan. Dia berseri-seri melihatku mengenakan pakaian muslim ketat hingga dia bisa melihat lekuk liku bodyku yang proporsional dan langsung mengundang selera lelaki yang melihatnya.
“Kamu laper gak, kita makan dulu yuk?” ujar Dito.
“Terserah kamu deh, aku ikut aja.” jawabku sambil tersenyum.
Tidak sampai 20 menit kami sudah memasuki kawasan Senayan, dimana banyak pedagang makanan di pinggir jalan berjejer dengan tenda-tenda semi permanen. Memang kantorku tidak jauh dari kawasan Senayan.
Dito memilih parkir yang agak jauh dari keramaian dan cukup terlindung pepohonan hingga suasananya cenderung gelap. Didukung kaca mobilnya yang memang gelap, maka bisa dipastikan tidak ada orang yang dapat melihat ke dalam mobil. Aku tersenyum sendiri menyadari maksud Dito memilih tempat parkir yang sepi begini.
Seorang pelayan berlari kecil menghampiri mobil. Dito membuka kaca mobilnya sambil bertanya padaku. “Kamu mau makan apa, Lin?”
“Minum aja ah, aku belum laper.” jawabku.
“Ya udah, aku juga minum dulu aja deh.” Dito segera meminta pelayan tersebut untuk membawakan 2 botol soft drink.
Sepeninggal pelayan, kami lanjutkan obrolan-obrolan ringan kami. Setelah beberapa lama ngobrol, Dito menghadapkan tubuhnya ke arahku dan meletakkan tangannya di pahaku. Merinding aku merasakan gerak jemarinya di atas pahaku.
Tiba-tiba kurasakan bibirnya sudah menyentuh dahiku, terus menyusur pipiku. Tubuhnya begeser merapat, bibirku dilumat dengan lembut. Kenikmatan menjalar hangat di sekujur tubuhku. Sensasi nikmat yang sudah kutunggu sedari tadi. Di tengah gelora nikmat yang melanda, tiba-tiba terdengar ketukan di kaca mobil.
Kamipun terkejut dan segera melepaskan ciuman. Ternyata itu adalah pelayan yang datang membawa minuman pesanan mereka. Dito segera mengambil minuman tersebut dan menutup kaca mobilnya kembali. Sepertinya Dito sudah tidak perduli lagi dengan minuman yang dipesannya karena botol minuman itu langsung diletakkan begitu saja di lantai mobil.
Selanjutnya tanpa dikomando kembali kami berpagutan. Kali ini ciuman Dito bukan lagi ciuman mesra, namun sudah berubah menjadi ciuman-ciuman panas.
Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangannya meremas lembut toketku yang masih terhalang baju muslim dan terbungkus BH. Ooooh… aku merasa sudah tidak kuat menahan gejolak nafasku, padahal baru awal pemanasan.
Perlahan jemari Dito mulai menjalar ke arah perutku. Dan terus turun hingga pinggulku. Diremas-remasnya pinggulku dengan gemas sambil bibirnya terus menciumi bibirku. Desahanku semakin kuat apalagi saat kurasakan jemari Dito mulai membelai-belai pahaku yang masih tertutup celana panjang.
“Kita pindah ke belakang yuk,” bisik Dito tiba-tiba. Aku hanya mengangguk pelan dan langsung beranjak mengikuti Dito pindah ke kursi belakang.
Di kursi belakang Dito menerkamku dengan lebih ganas. ciumannya semakin gencar menyerang. Lidahnya menari-nari dirongga mulutku. Bibirnya meneruskan jelajahannya, sambil tangannya melepas satu persatu kancing baju muslimku. Maka tampaklah bulatan dadaku yang putih tertutup BH hitamku. Tangan Dito langsung meremas toketku dan menyelusup kebalik BH ku. Pentil toketku dipermainkan membuatku semakin menggelinjang. Kemudian tangannya menjalar kepunggungku dan melepas kaitan BH-ku hingga toketku terbebas dan semakin mudah untuk diremas.
Lalu aku direbahkan hingga terbaring telentang di kursi belakang mobil ini. BH ku diangkat hingga kedua toketku benar-benar terhidang dengan bebas. Bibirnya langsung menelusur di permukaan kulitku.
Dari mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, nafsuku makin berkobar karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. Menyentuh memekku yang pasti sudah basah sekali.
Lama hal itu dilakukannya sampai akhirnya dia kemudian membuka ristsluiting celanaku dan menarik celanaku ke bawah terus melewati kakik kemudian teonggok di lantai mobil. Tinggalah CD miniku yang tipis. Dibelainya celah memekku dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh itilku. Ketika benda itu dielus pahaku otomatis mengangkang agar dia bisa mengakses daerah memekku dengan leluasa. Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya. Aku mengangkat pantatku agar dia bisa melepas pembungkus memekku dengan leluasa.
Jadilah aku wanita muslimah berjilbab dengan baju bagian depan terbuka memperlihatkan toket besar menantang dan kaki mengangkang mempertontonkan memek telanjangku.
Dito mengangkat kakiku hingga terpentang tinggi. Jarinya mulai sengaja memainkan itil-ku. Oh, nikmatnya… bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini diciumnya jembutku yang tipis dan aku rasakan bibir memekku dibuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali memekku dibuat mainan oleh bibirnya, kadang bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir memekku sambil menghisap itilku. Dia benar-benar mahir memainkan memekku.
Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan. Dan.. Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu memekku, rasanya belum puas dia memainkan memekku hingga nafsuku bangkit kembali dengan cepat. Kubuka pahaku lebih lebar lagi untuk menggapai kenikmatan lebih dalam.
Dito kemudian membuka celananya. Aku terkejut melihat kontolnya yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CD-nya, gak kebayang ada kontol sebesar itu. Kemudian dia juga melepas CD-nya. Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap. Kontolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut.
Dan saat dia pelan-pelan menggesek-gesekan kontolnya di memekku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar memekku menunggu kontol extra gede itu. Aku pejamkan mata. Kurasakan bibir memekku mulai tersentuh ujung kontolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir memekku terdesak menyamping. Ohh, benar-benar kurasakan penuh dan sesak liang memekku dimasuki kontolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Gesekan demi gesekan kurasakan memenuhi memekku. Kepala kontol besar itu bergerak ke atas menyentuh klitorisku, turun lagi ke bawah berkali-kali.
Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus… Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Konsentrasi kenikmatanku tetap pada kontol besar yang terus saja di gesek-gesekan ke bagian dalam memekku. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat tak berujung. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar-benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kontol besar itu. Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar remasan tangannya di toketku.
Dengan kontolnya dipepetnya itil-ku sambil digoyang-goyangkan, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. Memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang tiada tara. Ohh, aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan.
“Ditooooo… aku nyampeeeee…” Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku.
Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan.
Kemudian perlahan Dito bangkit dan jongkok di samping kepalaku. Ketika menengadah kulihat kontolnya telah berada persis di depanku. Kuremas kontolnya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kontolnya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kontolnya. Dia makin menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh.
Kurasakan agak sulit ngisep kontol dengan posisi seperti ini. Aku segera bangkit duduk dan kuminta Dito gantian berbaring di kursi. Lalu aku yang gantian jongkok di lantai sambil menghadap kontolnya yang sudah tegak itu. Kusedot-sedot kontol besanya dengan semangat. Kukeluarkan segala kemampuan ngisepku. Sesekali kujilati batang kontolnya dari bawah sampai ke kepala kontolnya. Lidahku menyusuri batang kontol yang putih bersih itu terus menerus. Sempat kujilati kedua biji pelernya. Bahan biki peler itu kumasukkan ke dalam mulutku sambil kuhisap bergantian. Hisap yang kiri, hisap yang kanan, lalu lidahku menjilati batangnya dari batas lubang pantatnya ke biji, ke pangkal batang, batang terus sampai ke kepala kontolnya. Kumasukkan kepala kontolnya ke mulutku sedikit, sambil lidahku berputar-putar menjilati kepala kontolnya. Lalu lidahku menjilati lubang kencingnya. Kubuka-buka lubang kencing itu dengan lidahku. Dito sampai terkejang-kejang saat lubang kencingnya kupermainkan.
Lalu kumasukkan seluruh batang kontol itu ke mulutku. Huaaah… hampir sampai ke tenggorokan. Enak sekali ngisep kontol besar begini. Kunaik-turunkan mulutku di sepanjang kontolnya. lalu kubasahi kepala kontolnya dengan ludahku, kemudian kukocok-kocok dengan taganku. Lalu kumasukkan lagi ke dalam mulutku dan kuhisap-hisap dengan nikmat.
Tiba-tiba tangannya meremas-remas pundakku dengan kuat. Kurasakan kontolnya semakin besar dan penuh dalam mulutku. Tubuhnya mengejang dan menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram kepalaku yang masih tertutup jilbab dan satunya meremas pundakku. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam mulutku, menyembur berulang kali.
Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi mulutku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat. Langsung kutelan semua cairan nikmat itu tanpa bersisa. Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya meraih wajahku hingga mendekati wajahnya. Tangannya meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan perlakuannya terhadapku.
“Lin, kamu luar biasa, memekmu licin, isepanmu nikmatnya bukan main.” Aku tersenyum bahagia mendengarnya sambil terus kugenggam kontolnya yang mulai mengecil.
Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita. Dia tidak langsung bangkit merapihkan pakaian, tapi malah mengajak mengobrol sembari kontolnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai wajahku dan paling suka membelai toketku. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, dia menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya.
Hari-hari selanjutnya kejadian ini selalu kami ulangi dan ulangi lagi. Aku semakin suka dengan kontolnya yang besar dan panjang itu.
***
# Mandi Bareng Yang Nikmat
Sejak kuusir dari kamar Hotel beberapa waktu lalu, Torik semakin menjauhiku. Jika bukan untuk urusan kerja, dia tidak pernah lagi menegurku. Bahkan jika memungkinkan untuk urusan kerjapun dia hanya menitipkan dengan rekan kerjaku. Kecuali untuk pengambilan uang tunai yang memang harus menhadap aku secara langsung.
Apalagi sejak dia mengetahui aku mulai sering jalan bareng Dito. Bisa dikatakan hubunganku dengan Torik usai sudah. Bagiku tidak menjadi masalah. Karena hubunganku dengan Dito jelas jauh lebih menjanjikan.
Sejak aku resmi pacaran dengan Dito yang dideklarasikan saat air maninya menyembur di dalam mulutku di parkiran mobil Senayan beberapa hari lalu, gaya berpakaianku berubah total. Jika biasanya aku selalu mengenakan gaun muslim ketat dengan resleting di bagian punggung hingga bagian depan tubuhku benar-benar tercetak dengan jelas, kini aku selalu mengenakan busana dengan kancing-kancing yang banyak di bagian depan. Begitu juga dengan bagian bawahnya. Biasanya aku selalu mengenakan celana panjang, kini aku selalu mengenakan rok panjang.
Hal itu kulakukan atas permintaan Dito. Dia lebih suka aku mengenakan rok dan busana muslim berkancing depan. Bagiku tidak masalah, toh semua pakaian itu Dito yang membelikan.
Alasannya aku terlihat lebih anggun jika mengenakan busana seperti itu. Padahal aku tahu pasti alasan sebenarnya. Busana dengan kancing depan, tentunya supaya mudah dipreteli. Dan rok panjang, tentunya supaya mudah diangkat tanpa harus diplorotin seperti jika aku mengenakan celana panjang.
Apalagi sekarang ini jika kami akan kencan di tempat parkir Senayan yang sudah menjadi lokasi tetap kami itu, Dito selalu meminta aku untuk tidak mengenakan BH dan celana dalam. Dia selalu memeriksa kondisi ini ketika menjemputku di kantor. Begitu aku duduk di mobilnya, dia langsung meraba toket dan memekku. Jika ternyata aku masih mengenakan pakaian dalam, pasti aku disuruh turun lagi untuk segera melepasnya di toilet kantor.
Pernah usai kencan di mobil sampai dia ngecret di mulutku seperti biasanya, kami lanjut jalan-jalan ke Plaza Senayan. Padahal saat itu aku tidak mengenakan pakaian dalam karena Dito tidak mengijinkan aku mengenakannya. Jadilah aku jalan-jalan di sepanjang mall tanpa pakaian dalam. Selama jalan-jalan itu Dito tidak pernah lepas merangkul pinggangku sambil sesekali meremas pantatku yang telanjang di bagian dalamnya.
Dengan Dito memang aku cenderung jadi penurut. Bukan hanya karena Dito begitu royal dalam memberi hadiah termasuk HP terbaru yang saat ini aku gunakan. Tapi mungkin karena aku sudah yakin bahwa Dito akan menikahiku mengingat hubungan ini memang diawali oleh niat kedua belah pihak keluarga untuk menjodohkan kami. Aku suah sering dibawa berkunjung ke rumahnya untuk bertemu dengan kedua orang tuanya, atau hanya sekedar silaturahmi saja.
Seperti hari ini, dimana aku menghabiskan hari mingguku di rumah orang tua Dito sejak jam 8 pagi tadi. Bahkan untuk datang ke rumah orang tua Dito kali ini aku tidak perlu janjian dengan Dito, dan tidak perlu di jemput. Aku bisa datang sendiri.
Saat aku tiba dirumah orang tua dito di kawasan kemayoran, aku hanya diterima oleh ibunya. Sementara Dito sendiri masih tidur di kamarnya. Sebenarnya ibunda Dito mempersilahkan aku untuk membangunkan Dito di kamarnya. Tapi aku menolak karena rasa tidak enak dan tentunya jaga image sebagai calon menantu solehah, hahaha..
Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, ternyata ibu dan ayah Dito harus pergi berbelanja beberapa keperluan. Aku sempat kecewa dan segera pamit pulang.
Tapi mereka mencegah, malah menyuruhku untuk jangan pulang dulu sampai mereka kembali dari berbelanja nanti. Katanya aku harus bantu mereka merias beberapa kado untuk pernikahan sahabat mereka.
“Emang belanjanya di mana, Bu?” tanyaku ingin tahu kira-kira berapa lama mereka meninggalkan rumah.
“Pondok Indah. Soalnya waktu itu udah coba cari di Senen sama di Kelapa Gading gak ada. Temen ibu bilang sih di Pondok Indah ada. Ya udah, mending yang pasti-pasti ajalah,”
Wah, kemayoran – pondok indah kan jauh. Berarti mereka bakalan lama banget baru pulang. Langsung pikiran jorokku melintas.
“Ya udah, Lin, kita pergi dulu ya. Tolong jagain rumah ya, Lin, pintunya di kunci aja.” Aku hanya mengangguk. Pastilah pintunya akan aku kunci. Supaya kalau mereka kembali aku sempat pake baju dulu.
Begitu mobil mereka hilang dari pandanganku, langsung kukunci pintu. Kemudian aku segera berjalan menuju kamar Dito. Kubuka pintu kamar Dito pelan-pelan karena tidak ingin membangunkan Dito.
Di dalam kamar yang luas ini kulihat Dito tergeletak di kasurnya bertelanjang dada dengan selimut yang hanya menutupi pinggang ke bawah. Kututup pintu pelan-pelan, langsung kubuka seluruh pakaianku sampai aku telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi. Kemudian aku langsung rebah disamping Dito, dan kukecup bibir Dito lembut. Dito hanya menggeliat kecil saat kukecup bibirnya. Kembali bibirnya kukecup pelan sambil tanganku mengusap-usap perutnya.
Perlahan Dito membuka matanya, dan terkejut melihat aku sudah berbaring bugil di sampingnya. “Eh, kamu kok telanjang di sini, nanti ketahuan ibu gimana?” sergah Dito sedikit panik.
“Tenang aja. Semuanya pergi ke Pondok Indah. Rumah sepi kok. Cuma ada pembantu. Mereka gak akan ngadu kan?” jawabku sambil menindih tubuh Dito dan mengeser-geser putting dadaku ke dadanya.
Dito tersenyum sambil merangkul tubuhku dan tangannya meremas pantatku. Kemudian aku digulingkan ke samping hingga aku terbaring telentang. Kemudian gantian Dito yang menindih tubuhku. Dia langsung menyerbu bibirku dengan penuh nafsu.
“Iiih… jorok ah. Belom sikat gigi. Mandi dulu gih sana.” teriakku sambil meronta centil menghindari ciuman-ciumannya.
“Mandiin…” rengek Dito manja.
“Manja deh…” tapi aku tidak menolak.
Kami segera bangkit dari tempat tidur. Aku keluar dari kamar Dito menuju kamar mandi sambil tetap dalam keadaan telanjang bulat. Aku yakin jika pembantu Dito melihatpun tidak akan berani bicara apa-apa pada keluarga Dito.
Di dalam kamar mandi aku langsung menelanjangi Dito yang tinggal memakai celana pendek. Kutarik celananya sambil aku berjongkok di depannya. Kontolnya hampir menampar mukaku saat celana dalamnya kupeloroti. Terlihat kontolnya sudah mulai ngaceng walau belum terlalu keras. Arahnya masih tegak lurus menunjuk mukaku. Belum sampai tegak berdiri. Biasanya kalau sudah ngaceng maksimal, pasti kontolnya akan tegak ke atas. Bukan menunjuk ke mukaku seperti sekarang ini.
Kugenggam pelan kontol Dito sambil kemudian kekocok-kocok pelan. Lalu kukecup ujung kepala kontolnya sambil aku bangkit berdiri. “Ayo, mandi dulu” bisikku seraya mengecup bibir Dito pelan.
Dito segera berbalik menuju Washtafel dan mulai menggosok giginya. Selama Dito menggosok gigi, aku menempelkan tubuhku dari belakang. Kutekan-tekan dadaku ke punggungnya, sementara kedua tanganku bermain-main dengan kontol besarnya. Batang kontolnya kukocok-kocok pelan dan biji pelernya kuremas-remas lembut. Saat Dito membungkuk untuk berkumur, aku meremas biji pelernya dari belakang pantatnya.
Selesai berkumur, Dito langsung mendekap tubuhku dan mengecup bibirku penuh nafsu. Lidah kami langsung saling membelit mengahdirkan rangsang-rangsang birahi yang menghanyutkan. Perlahan Dito mendorong tubuhku sampai dibawah shower. Sambil tetap berciuman tangan Dito membuka keran Shower.
Aku sempat terkaget sedikit saat air mengguyur tubuhku. “Oooghh….” desahku sambil terus menikmati jilatan-jilatan Dito di leherku.
Kontol Dito yang masih belum berdiri tegak terlipat ke bawah menyodok memekku. Kepala kontolnya menggerus-gerus memekku. Terasa sangat kencang karena kontol yang sedang berusaha bangkit berdiri itu tersangkut di belahan memekku. Tangan Dito meluncur dari punggungku terus turun sampai ke pantatku. Bongkahan pantatku diremasnya dengan gemas. Sambil terus menjilati leher dan pundakku, tangannya yang meremas pantatku terus turun sampai ke lobang pantatku. Jemarinya melewati lobang pantat dan menyentuh memekku. Aku tersentak dan otomatis memaju-mundurkan pinggulku.
Kuangkat sebelah kakiku membelit kakinya hingga aku agak terkangkang. Akibatnya kepala kontol Dito semakin leluasa menyodok memekku. “Katanya mau mandiin aku…” bisik Dito ditelingaku sambil daun telingaku di kecup dan ditarik-tarik dengan bibirnya. Aku segera melapaskan pelukanku dan mengambil botol sabun cair dan menuangkannya ke kain busa yang sudah tersedia.
Lalu kogosok tubuh Dito mulai dari dadanya, kemudian turun keperut bawahnya sampai hampir menyentuh batang kontolnya. Kemudian aku berputar ke balik tubuhnya dan mulai menyabuni punggung Dito. Aku merosot turun sampai berjongkok dan lama menyabuni pantat seksi Dito. Kugosok-gosok dan kuremas-remas pantatnya. Kemudian aku terus menyabuni paha belakangnya sampai ke betis dan mata kakinya. Lalu aku meminta Dito berbalik hingga kontolnya kembali menghadap wajahku. Kusabuni paha depan Dito dan bagian dalam paha di dekat biji pelernya.
Aku tidak menyabuni kontolnya karena aku lebih tertarik menjilati kontol yang sudah tegang itu. Kukecup ujung kontol Dito, kuemut-emut kepala kontolnya. Lalu kuhisap kontol Dito kuat-kuat sambil mulutku maju. Kontol itu seolah tersedot ke dalam mulutku sampai pangkal batang kontolnya. Seluruh batang kontol Dito masuk sudah ke dalam mulutku. Lidahku berputar-putar menjelajahi seluruh batang kontolnya. Lalu kembali kusedot kuat sambil mulutku mundur sampai ke ujung kepala kontolnya. Begitu sampai di kepala kontol, aku menghisap lebih kuat lagi lalu kumundurkan mulutku sampai kontolnya terlepas. Kontol Dito sampai terpental dan plak! terdengar suara keras saat kontol itu terpental menyentuh perutnya. Kontolnya benar-benar sudah ngaceng penuh.
Aku sedikit bangkit dan menunduk untuk mengambil kembali kontol Dito dengan mulutku, dan melanjutkan menghisap, menjilat dan mengulum kontol besar yang menggairahkan itu. Kukocok-kocok kontol Dito dengan tanganku yang belepotan sabun. Akibat banyaknya sabun di tanganku, kocokanku pada kontol Dito menjadi licin dan lancar. Kemudian kubiarkan air shower menghapus busa sabun di kontolnya dan kembali aku memasukkan kontol itu ke dalam mulutku, membuat Dito mengerang-ngerang hebat.
Tiba-tiba Dito menggenggam bahuku dan memaksaku berdiri. Gantian sekarang dia yang menyabuni tubuhku. Padahal tadi pagi aku sudah mandi. Tapi mandi kali ini jauh lebih nikmat daripada mandiku tadi pagi.
Dito menyabuni tubuhku dengan telaten. Apalagi saat sampai di bagian dadaku. Lama sekali tangannya berputar-putar di sekitar puting susuku. Kedua tangannya berputar-putar di kedua belah dadaku sambil meremas-remas. Kemudian putaran tangannya semakin mengerucut hingga menyentuh pentil toketku. Lalu pentil toketku di jepit dengan jari-jarinya dan dipilin-pilin kemudian ditarik-ditarik. Setelah itu kembali tangannya berputar-putar menjelajahi dadaku dan terus menjawil-jawil pentil toketku lagi.
Aaaaaghhh… aku benar-benar menikmati permainan Dito. Nikmat sekali dikerjain sambil diguyur shower seperti ini. Dito meletakkan busa ke tempatnya di dinding kamar mandi dan kembali meremas dadaku sampai busa sabunnya benar-benar hilang tersapu air shower.
Lalu gantian lidahnya yang menyerbu toketku. Pentil toketku di sedot dengan kuat sambil lidahnya terus menyentil-nyentil. Bergantian dada kiri dan kananku diserbu oleh Dito. Aku semakin bergelinjang nikmat. Pentil susuku sudah berdiri mengacung dengan tegak. Mulutku hanya mampu mendesis-desis tidak bisa berkata yang lain.
Dito mulai menurunkan tubuhnya sambil lidahnya ikutan turun menjelajahi perutku. Tanpa mampir ke perutku, Dito terus turun dan langsung melahap memekku. Tidak perlu dikomando lagi langsung kuangkat sebelah kakiku. Telapak kakiku kuletakkan di bahu Dito. Posisiku saat ini benar-benar merangsang. Ngangkang lebar sekali.
Dengan posisiku seperti itu lidah Dito menjadi leluasa untuk menjilati seluruh relung memekku. Lidahnya menjilat dari bawah ke atas berkali-kali.
“Ooooohhhhh… Ditoooo… enaaaaak…” aku menggoyang-goyangkan pinggulku mencari kenikmatan. Dito terus saja menjilati memekku dari bawah keatas. Lalu tiba-tiba itilku disedot dengan kuat.
“Aaaaaawww…” aku bukan lagi sekedar mendesah. Tapi aku menjerit sekuatnya. Sedotan Dito pada itilku benar-benar membuat aku tersentak-sentak nikmat. Sepinya rumah membuat aku merasa leluasa untuk menjerit-jert histeris.
Kemudian sambil terus menjilati memekku, Dito membuka memekku dengan kedua belah tangannya. Memekku sampai merekah lebar. Lalu lidah Dito menerobos lebih ke dalam lagi lubang memekku.
“Aaaawwwwhhhh… Dito… diapaiiin ituuu… enak bangeeeet…” aku semakin histeris merasakan lidah Dito yang menerobos ke dalam lubang memekku. Lidah itu tidak hanya menerobos, tapi berputar-putar menjilati dinding-dnding memek.
Aku tidak mampu lagi bertahan. Gelombang orgasme menderu dengan derasnya. Aku berpegangan pada kepala Dito sambil kuremas rambutnya. Memekku kutekan kuat-kuat ke mulutnya mengiringi semburan-semburan nikmat dari dalam memekku. Aku kejang… tegang… lemas…
Tak bisa ditahan lagi, tubuhku meluncur turun sampai aku terduduk di lantai dan bersandar lemah ke dinding kamar mandi. Dito membiarkan aku terduduk lemas dan melanjutkan mandinya. Kulihat perlahan kontol Dito mulai mengecil karena terguyur air dingin. Tapi tidak sampai kecil sekali. Kontolnya hanya mengecil sedikit sampai pada posisi menunjuk ke depan lagi. Setelah selesai mandi dia mematikan shower dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk.
Setelah itu dia mengelap tubuhku dengan handuk. Mulai dari rambutku, wajahku, leher, kemudian dada, perut, memek dan kakiku dikeringkannya dengan handuk. Kemudian aku ditarik hingga duduk tegak agar dia mudah mengeringkan punggungku. Aku merasa tersanjung sekali dengan perlakuannya.
Setelah selesai, aku digendong keluar kamar mandi dalam keadaan kami masih sama-sama telanjang bulat. Saat akan memasuki kamar Dito, kami berpapasan dengan salah seorang pembantu Dito yang langsung menjerit kaget melihat kontol Dito yang mengangguk-angguk. Pembantu itu langsung terbirit-birit ke dapur sambil menutup mukanya. Aku dan Dito hanya cekikikan menyaksikan peristiwa itu.
Sesampai di kamar, Dito menutup pintu kamar dengan cara menendangnya. Kemudian aku direbahkan ke kasur dan langsung Dito menindih tubuhku. Bibirku kembali diciumi denga ganas, sementara kontolnya menggesek-gesek memekku.
Kemudian tiba-tiba Dito bangkit berjongkok di depan memekku. Kedua belah kakiku diangkat sampai mengangkang lebar. Kemudian Dito mulai menggesek-gesek memekku dengan kontolnya.
Aku langsung tegang menerima serangan seperti ini. Aku takut Dito memasukkan kontolnya ke dalam memekku. Tapi aku juga tidak ingin menyuruhnya berhenti.
Rupanya Dito menyadari ketakutanku. Dia menunduk mengecup puting dada kananku kemudian memandangku sambil tersenyum. “Tenang, sayang… aku tahu kamu masih perawan. Aku cuma mau gesek-gesek aja kok. Kamu nikmatin aja ya. Gak usah tegang gitu.”
Aku tenang mendengar janji Dito. Walaupun bisa saja Dito melanggar janjinya dan nekat menerobos masuk. Kembali Dito meletakkan kontolnya di belahan memekku. Kemudian kontol itu digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah. Terkadang dengan bantuan tangannya kontol itu digetar-getarkan dengan kuat di lubang memekku.
“Aaaaawwww… Dito… iyaaa… gitu, sayaaaang… enak bangeeet…” aku menjerit-jerit lagi. Dito terus memainkan kontolnya di memekku. Itilku disundul-sundul menggunakan kepala kontolnya.
Gelombang nikmat kembali menderaku dengan hebat. Seluruh tubuhku menegang, pentil susuku mengacung keras, aku mengangkat pantatku tinggi menekan kontolnya lebih keras lagi. Dan… serrrr… srrrrrr… semburan nikmat terasa melanda dari dalam memekku dengan derasnya.
Pantatku terus terangkat tinggi. Memekku menempel ketat pada kontolnya. Setelah itu aku terjerembab lemas terkangkang di kasur. Dito masih menindih tubuhku sebentar sambil menciumi wajahku. Setelah itu dia bangkit dan duduk bersandar di sebelahku. Kontolnya masih mengacung tegak dekat sekali dengan kepalaku.
Aku berguling kepangkuannya dan langsung menghadap kontolnya. Kumasukkan kontol besar yang full ngaceng itu ke dalam mulutku. Kusedot-sedot, kukocok-kocok dengan mulutku. Lidahku menjilati batang kontolnya mulai dari biji pelernya, naik terus ke batang kontol sampai ke ujung kepala kontolnya. Lubang kencingnya kujilat-jilat dan kubuka-buka dengan ujung lidahku. Kumasukkan lagi seluruh batang kontol itu ke dalam mulutku. Mulutku kutekan sampai menyentuh pangkal kontolnya. Terasa ujung kontolnya hampir menyentuh kerongkonganku. Lidahku bermain-main di dalam sana. Lalu kutarik pelan mulutku sambil menghisap kontol Dito kuat-kuat.
Kuturunkan lagi, kuhisap lagi sambil kutarik keluar, kuhisap lagi, lalu kukocok-kocok dengan mulutku berkali-kali dengan kecepatan sedang. Setelah itu kontolnya kukocok dengan tanganku setelah seluruh permukaan kontolnya kubasahi dengan ludahku. Dito mengerang keras saat tanganku mengocok kontolnya. Sepertinya dia merasa lebih nikmat saat kukocok. Karena teriakannya lebih keras saat kontolnya kukocok dengan tangan dibandingkan saat kuhisap-hisap dengan mulutku.
Menyadari itu aku lebih sering mengocok dengan tangan daripada menghisapnya dengan mulut. Paling-paling saat kontolnya agak kering, aku mengulumnya sejenak untuk membasahi kontonya lagi. Setelah itu kukocok lagi menggunakan tanganku dengan kecepatan tinggi.
Cara ini membuahkan hasil. Dito sampai mendelik sambil mengerang keras. Kontolnya terasa mendenyut-denyut keras. Cepat-cepat kumasukkan lagi kontolnya ke dalam mulutku. Kusedot-sedot dengan kuat. Dan… Crooooooot… croooot…
Terasa tidak kurang dari 6 kali semburan hangat menerpa mulutku. Kutelan semua air mani Dito. Tapi saat kontolnya kulepaskan dari mulutku, ternyata masih ada 2 kali semburan lagi yang langsung menerpa wajahku dan membasahi hidung dan bibirku. Aku sampai terkaget-kaget menerima semburan yang tiba-tiba itu.
Setelah aku yakin semburannya sudah berhenti, kubersihkan kontol Dito dengan mulutku. Kemudian aku berguling telentang.
Aaah… nikmat sekali…
***
# Sebuah Pengakuan
“Iya, sayaaang… isep terussss… isep yang kenceng…” teriak Dito di tengah sibuknya mulutku mengulum kontol besarnya. Kulepaskan kontol Dito dari mulutku lalu kukocok-kocok kontol itu dengan tanganku.
“Aaaaaahh… iseeep lagiiii…” kurasakan kontol Dito semakin keras. Cepat kulahap lagi kontol Dito. Kuhisap kuat-kuat dan… crooottt… crooott… beberapa semburan hangat menerjang tenggorokanku.
Kutelan semua air maninya, kemudian kubersihkan kontol Dito dengan cara menjilati sekujur batang kontolnya. Setelah kontolnya bersih, kurebahkan tubuh telanjangku di sebelah Dito.
Hhh… sudah jam 9 malam. Capek juga. Sudah tiga kali Dito ngecret di mulutku sejak kami check-in sore tadi. Hotel dikawasan Sudirman ini lagi-lagi memberiku hadiah voucher menginap. Kali ini aku menikmatinya bersama Dito. Dan begitu kami masuk kamar kami langsung bertempur hebat dalam keadaan bugil total. Dan sampai saat ini kami belum berpakaian sama sekali. Termasuk saat makan malam tadi, tetap kami nikmati dalam keadaan bugil.
Saat pelayan mengantarkan makanan, aku hanya menutupi tubuh telanjangku dengan selimut tebal sambil berbaring. Sementara Dito hanya melilitkan handuk menutupi kontolnya yang baru saja muncrat.
Dito mengusap kepalaku lembut, kemudian mengecup bibirku pelan. Selanjutnya aku bergeser mendekat dan meletakkan kepalaku di bahunya. “Kamu pinter banget sih ngisep kontolnya, sayang…” ucap Dito sambil mengusap-usap bahuku. Aku diam saja tidak berkomentar. Hanya jemariku saja yang terus mengusap-usap dada bidangnya.
“Emang kamu udah pengalaman ya ngisep kontol?” tanya Dito tiba-tiba. Aku agak tercekat mendengar pertanyaannya.
“Nggak kok… kamu nuduh…” jawabku pelan dan hati-hati. Dito tetap mengusap-usap bahuku.
“Kalo gak pengalaman, kok bisa jago gitu ngisepnya?”
“Ya nggak tau… aku cuma ngikutin naluri aja.” jawabku berdalih. Tidak mungkin aku mengakui bahwa sebenarnya hampir semua mantan pacarku pasti pernah aku isap kontolnya.
“Cerita donk, sayang… aku gak apa-apa kok kalo memang ternyata kamu udah pengalaman. Malah enak kan, punya pacar yang jago ngisep kontol.” Dito terus saja medesak dengan pertanyaannya.
Aku bimbang. Haruskah aku jujur padanya? Bagaimana kalau nanti dia merasa jijik dan malah meninggalkanku. Tapi jika aku tidak jujur, bagaimana jika nanti dia tau dari orang lain? Apalagi jika kami sudah menikah nantinya, tiba-tiba ada mantan pacarku yang cerita. Pasti Dito akan marah besar. Aku benar-benar bingung.
Dito terus saja membujukku dengan kata-kata yang lembut sambil terus mengusap-usap bahuku. Sampai akhirnya aku merasa Dito benar-benar sayang padaku dan mau menerimaku apa adanya.
“Iya emang aku udah pernah sih ngisep kontol sebelum kamu…” ujarku pelan. Sangat pelan malah. Nyaris hanya berbisik. Aku menunggu reaksi Dito dengan takut. Dito meremas bahuku sejenak.
“Nah, kan gitu enak. Gak apa-apa lagi. Gak usah malu-malu. Lagian kan berasa isepan yang udah pengalaman sama yang belom.” Aku tetap tidak berani menatap wajah Dito. Ada rasa malu yang hinggap ketika harus mengaku mengenai masa laluku.
“Udah berapa kontol yang pernah kamu isep?” tanya Dito lagi tetap tanpa ekspresi yang berlebihan. Dia tetap dengan gaya tenangnya sambil mengusap-usap bahuku.
“Iih… udah ah. Jangan bahas yang begituan.” aku menghindar dari pertanyaannya. Sulit bagiku untuk menjawab pertanyaan yang satu ini.
“Gak apa-apa, sayang. Aku pengen tau aja. Gak akan ada pengaruhnya buat aku. Aku tetep sayang kamu kok.” terus saja Dito membujukku untuk mengaku.
“Ya ampir semua mantan pacarku pernah aku isep.” jawabku akhirnya.
“Kamu udah berapa kali pacaran sih?” taya Dito lagi.
“Delapan kali, termasuk kamu.”
“Semuanya pernah kamu isep?” kejar Dito. Sepertinya dia benar-benar penasaran ingin tahu yang sebenarnya.
“Ya nggak lah. Gak semuanya aku isep.” sergahku. Kupererat pelukanku pada tubuh Dito untuk menutupi rasa khawatirku.
“Jadi berapa kontol yang udah pernah kamu isep?” tanya Dito terus-menerus sampai akhirnya aku menyerah.
“Lima, termasuk kamu.” jawabku hati-hati.
“Wooow… dari 8 pacar, 5 orang kamu isep kontolnya? Hebat. Ternyata kamu bener-bener pengalaman soal kontol, sayang…” ujar Dito sambil mengangkat wajahku. Aku begitu malu untuk menatap wajahnya. Tapi melihat senyumnya, akhirnya aku menjadi lega. Dito tidak marah. Dia malah mencium bibirku dengan penuh nafsu.
“Ngebayangin kamu ngisep kontol pacar-pacar kamu, aku jadi ngaceng lagi nih…” Mendengar ucapannya buru-buru kuraba selangkangannya. Oooh… memang benar. Kontolnya sudah keras lagi.
“Ayo, sayang… puasin aku lagi. Keluarin semua ilmu ngisep kontol kamu, sayang…” pinta Dito sambil tersenyum penuh nafsu.
“Beneran kamu pengen diisep?” tanyaku berbasa-basi.
“Iya donk, sayang… percuma punya pacar jago ngisep kontol kalo gak mau di isep. Ayo, sayang, puasin aku.” Dito berkata begitu sambil mendorong kepalaku menuju kontolnya.
Aku segera menggeser tubuhku turun dan menjilati perutnya. Tapi Dito terus saja mendorong kepalaku. “Gak usah mampir di perut. Langsung aja isep kontolnya.” aku mendengar nada yang agak aneh dan tidak biasanya. Tapi buru-buru kuhapus rasa aneh tersebut. Aku langsung merosot menuju kontolnya.
Kugenggam kontol Dito yang sudah ngaceng penuh itu. Urat-urat di batang kontolnya sudah bertonjolan membuat kontol itu tampak begitu gagah. Kujilat pelan kepala kontolnya yang seperti helm tentara itu. Kuputar-putar lidahku di selebar kepala kontolnya. Kubuka-buka lubang kencingnya dengan ujung lidahku. Erangan Dito mulai terdengar agak keras.
Aku tidak ingin buru-buru memasukkan kontol besar ini ke dalam mulutku. Kujelajahi dulu seluruh batangnya dengan lidahku. Mulai dari kedua bijinya, kujilati bergantian biji kiri dan kanan. Kemudian kumasukkan salah satu biji pelernya ke dalam mulutku. Kusedot pelan sambil lidahku bermain-main di seputar biji itu. Lalu kulakukan hal yang sama pada biji satunya lagi. Kumasukkan ke dalam mulut, kuhisap pelan dan kujilati seluruh permukaan bijinya. Lalu kutarik-tarik bulu-bulu di sekitar bijinya dengan bibirku.
Kemudian lidahku menjilati dari biji naik ke atas menyusuri seluruh batang kontolnya. Kujilati dari bawah ke atas berulang-ulang sambil terus kugenggam kontol beras itu dengan tanganku.
Selanjutnya kutekuk kontol Dito sedikit ke arah bawah, sehingga aku bisa menjilati perut bawah Dito. Kutarik-tarik lagi bulu-bulu di perut bagian bawah tepat diatas pangkal kontol dengan bibirku. Kemudian kuciumi permukaan kontolnya sampai ke ujung kepala kontolnya. Barulah setelah itu kumasukkan kepala kontolnya ke dalam mulutku.
Kuisap-isap dan kupermainkan lidahku dipermukaan kepala kontolnya. Lalu kumasukkan seluruh batang kontolnya ke dalam mulutku. Memang terasa batang kontol Dito lebih besar dan lebih keras dari biasanya. Mungkin benar Dito menjadi lebih terangsang mendengar aku sudah banyak pengalaman soal kontol.
Memikirkan itu aku jadi lebih bersemangat. Kugerakkan mulutku maju mundur mengocok kontolnya sambil lidahku terus menjilat-jilat. Kusedot-sedot kontolnya sampai hampir melejit keluar dari mulutku.
Setelah mulutku agak pegal, kukocok kontol Dito dengan tanganku. Kukocok dengan kecepatan tinggi. Dito sampai berteriak saking enaknya. “Uaaaaaahhhhhh… enak banget, sayang….. terus, sayaaaanggg…”
Semakin Dito berteriak, semakin semangat aku mengocok dan menghisap kontolnya. Sampai akhirnya kurasakan denyutan-denyutan kecil di kontol Dito. Menyadari bahwa Dito sebentar lagi akan ngecret, cepat kuhisap kontol Dito sekuat-kuatnya sambil batang kontolnya dibagian bawah kukocok-kocok dengan tanganku.
Akhirnya sampai juga. Dito berteriak histeris menjemput ejakulasinya. Crooooooootttt…!!! semburannya begitu keras terasa menggempur dinding-dinding mulutku. Kuhisap terus, kusedot-sedot sambil aku menelan semua air mani yang ada. Kusedot-sedot terus sampai tidak ada lagi yang keluar dari kontolnya.
Kusedot terus sampai kontol Dito melemas dan mulai mengecil. Terus saja kusedot-sedot sampai kontol itu benar-benar kecil dan lemas.
Dito terkapar nikmat. Matanya terpejam sementara dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang ngos-ngosan. Aku berbaring disebelah Dito sambil mengangkang lebar menunggu serangan Dito selanjutnya. Tapi kutunggu-tunggu Dito tetap memejamkan matanya tak peduli dengan memekku yang sudah gatal ingin dijilati.
Dengan tak sabar kutindih tubuh Dito lalu kukecup bibirnya. Tak ada reaksi, malah terdengar dengkur tipis Dito. Aahh… Dito tidur? Kok curang sih?
Kuhempaskan lagi tubuhku ke kasur dengan sedikit kesal. Tapi setelah kupikir lagi, ya wajarlah Dito jatuh tertidur. Dia sudah 4 kali ngecret semalaman ini saja. Menyadari hal itu kukecup pipi Dito yang masih terlelap itu dengan penuh rasa sayang. Kemudian aku mencoba untuk tidur.
***
# Dia Mulai Berubah
Semenjak Dito tahu bahwa aku sudah biasa ngisep kontol-kontol para mantanku dulu, nafsunya seolah menjadi semakin liar. Jujur sebenarnya aku takut masa laluku yang cukup liar dalam berpacaran membuat hilangnya rasa sayang Dito padaku. Tapi melihat perkembangan hubungan kami setiap hari yang semakin panas, aku menjadi lebih tenang dan yakin bahwa perilaku liarku dimasa lalu tidak akan mempengaruhi hubungan kami.
Namun meski Dito semakin liar padaku, terkadang aku menjadi agak risih dengan keinginannya yang semakin aneh-aneh. Belakangan ini Dito senang sekali memintaku telanjang meski di lokasi yang tidak terlalu aman.
Seperti hari ini, seperti biasa Dito menjemputku ke kantor. Dan seperti biasa aku sudah siap tanpa celana dalam dan BH menghampiri mobilnya. Begitu aku duduk, Dito langsung meremas dada dan memekku sekedar men-check apakah aku mengenakan pakaian dalam atau tidak. Setelah yakin aku polos didalam, Dito tersenyum dan mengecup bibirku perlahan kemudian menjalankan mobilnya.
Belum jauh mobil meninggalkan kantor, Dito memintaku untuk membuka rok panjangku. Aku sempat protes karena saat ini jalanan masih ramai. Baru jam enam sore lewat sedikit. Bahkan masih cukup terang. Tapi Dito tetap memaksa dengan alasan kaca mobilnya sangat gelap sehingga tidak akan terlihat dari luar.
Dengan deg-degan aku melepas rok panjangku dan melemparnya ke kursi belakang. Kemudian cepat aku berusaha menutupi memekku dengan ujung kemeja walau dengan sangat susah payah. Karena sialnya hari ini aku mengenakan kemeja yang agak pendek, hingga aku harus menahan ujung kemeja itu dengan tangan agar tetap bisa menutupi memekku.
Gawatnya Dito segera menepis tanganku. Akibatnya memekku terbuka dengan bebas karena kemejaku tak mampu menutupinya. Aku benar-benar malu saat itu. Rasanya semua mata di jalanan melihat bagian bawahku yang telanjang. Tapi belum sempat aku protes, Dito telah melebarkan pahaku hingga mengangkang dan langsung jemarinya menggosok-gosok memekku. Aku tak mampu lagi untuk protes. Aku hanya bisa menengadah merasakan getar nikmat akibat rabaan jemari Dito di memekku. Untunglah perlahan namun pasti matahari semakin tenggelam. Dengan demikian aku bisa lebih tenang menikmati serangan Dito di memekku.
Dito begitu bersemangat mengubek-ngubek memekku. Bibir memekku di buka-buka dengan dua jarinya. Kemudian jarinya langsung menggosok itilku. Uuugh… nikmatnya. Aku terkapar tak berdaya sambil mengangkat-angkat pantatku mengejar jemarinya.
Tiba-tiba Dito menjepit itilku dengan dua jari, kemudian memelintirnya bolak-balik. “Aaaaaaakhhh… Ditooooo… diapain sihhh, sayaaaang…”
Dito tidak menjawab. Tatapannya tetap konsentrasi pada jalanan di depannya, sementara tangan kirinya terus mengerjai memekku tiada henti. Itilku di pelintir, digosok atas bawah, digosok kiri kanan, Kemudian jemarinya menggosok memekku dari bawah ke atas sampai menyentuh itilku. Lalu tiba-tiba tangannya menggosok bibir memekku dari kiri ke kanan dengan kecepatan tinggi.
“Aoooooowwwwhhh…. Enaaaak bangeeettt…” Aku sudah hampir orgasme ketika tiba-tiba Dito menghentikan kegiatannya. Ah, rupanya kami sudah sampai di Senayan tempat biasa kami berkencan.
Dito langsung memarkir mobilnya di tempat yang agak sepi. Begitu mengaktifkan rem tangan, Dito langsung menarik jilbabku sampai lepas dan serta merta mencium bibirku penuh nafsu. Bibirku disedot dengan ganas. Lidahnya langsung menari-nari dalam rongga mulutku. Nafsuku yang sempat tertunda langsung naik lagi. Apalagi tangan kanan Dito mulai lagi menari-nari di memekku.
Sedang seru-serunya kami ciuman, tiba-tiba terdengar suara ketukan di jendela sebelah Dito. Dengan santai Dito melepas ciumannya kemudian membuka kaca jendela mobil tanpa perduli dengan keadaanku yang setengah telanjang.
“Dito, tunggu…!”. Terlambat. Kaca mobil sudah terbuka dengan lebar. Aku hanya bisa menutupi memekku dengan telapak tangan. Aku yakin pelayan makanan itu pasti puas melihat paha mulusku yang terbuka sambil mendengarkan pesanan Dito.
Sepeninggal pelayan, Dito menutup kembali kaca jendela mobil dan langsung merengkuh tubuhku lagi. Kurasakan ciumannya semakin ganas. Dan kali ini jemarinya dengan tangkas mempereteli kancing kemejaku.
“Nanti aja Dito. Bentar lagi minumannya datang. Bisa repot kalo telanjang sekarang.” bisikku berusaha mencegah tangan Dito yang sedang menelanjangiku.
“Buka kancingnya aja. Bajunya gak usah dulu.” jawab Dito sambil terus mempereteli kancing bajuku satu persatu sampai terlepas semuanya. Setelah itu kemejaku disibakkan ke kiri dan kanan hingga dadaku yang tanpa BH bebas merdeka.
Dito langsung menciumku lagi sambil meremas dada kiriku. Aku risih dengan perlakuan Dito ini, tapi ada rasa nikmat yang lebih dari yang biasa kurasakan. Perlakuan Dito yang sedikit agak ’merendahkanku’ ini justru membuat nafsuku cepat sekali bangkit. Desahanku semakin keras seiring dengan remasan-remasan tangan Dito di dada kiriku.
Dan benar saja…. kembali terdengar ketukan di kaca jendela. Pelayan warung sudah siap dengan 2 buah teh botol di tangannya. Lagi-lagi Dito langsung membuka kaca jendela tanpa menunggu aku selesai merapikan bajuku. Terlihat dari sudut mataku pelayan itu melotot menyaksikan memekku yang tidak sempat kututupi karena kemejaku hanya sempat menutupi dadaku saja. Sementara bagian bawahnya masih terbuka lebar.
Dito segera menutup kembali kaca jendela setelah meletakkan teh botol kami di lantai. Lalu dengan cepat dia melepaskan kemejaku hingga aku bugil total. “Pindah ke belakang aja yuk…” bisikku di tengah serangan. Mendengar permintaanku, Dito menghentikan serangannya dan segera pindah ke belakang mendahuluiku. Aku mengikutinya dengan perasaan was-was takut dilihat orang karena tubuhku sudah bugil.
Sesampai di belakang, Dito langsung menanggalkan seluruh pakaiannya hingga kami sama-sama bugil. Terlihat kontolnya sudah ngaceng sempurna. Dia memintaku untuk duduk dipangkuannya. Aku segera mengangkang dipangkuannya. Tak bisa dihindari, memekku bersentuhan dengan batang kontolnya. Aku merinding merasakan kontolnya menggesek belahan memekku. Kugoyang-goyangkan pantatku maju mundur menikmati gesekan kontolnya disepanjang belahan memek.
Sementara Dito begitu lahapnya menciumi toketku. Toketku dihisap sekuat-kuatnya seperti ingin ditelan seluruhnya. Selanjutnya pentil susuku di sentil-sentil dengan lidahnya sebelum akhirnya di hisap dengan kuat. Erangan dan goyanganku semakin menjadi-jadi. Apalagi tangan Dito mulai meremas bongkahan pantatku dan membantuku memaju mundurkan pantat menggesek kontol Dito ke memekku.
Lalu kurasakan jemari Dito menelusuri bawah pantatku dan bermain-main di pinggiran lobang pantatku. ”Oooooooowwgghhhh… gilaaaaaa… enaaaaaakkk…”
Memekku banjir sudah. Kedutan-kedutannya semakin jelas terasa. Aku semakin menggila menggoyang-goyangkan pantatku dan menggesek-gesekkan memekku ke kontol besar Dito.
Sampai akhirnya… ”Aaaaaakkhhhh…” aku berteriak kuat sambil memeluk kepala Dito kuat-kuat. Orgasmeku memancar dengan derasnya diiringi kedutan-kedutan dahsyat. Lebih sering dan lebih kuat dari biasanya.
Gilaaaa… nikmat sekali. Aku lemas… aku tergolek kesamping, tersandar… Kemudian aku tersadar bahwa kontol Dito masih berdiri tegak menunggu giliran. Tanpa di komando lagi aku merosot ke bawah bersimpuh di depan kontol Dito.
Kugenggam kontol besar yang penuh cetakan urat-urat menonjol itu. Kuusap-usap sambil meratakan cairan cintaku yang membasahi bawah kontolnya. Kukecup pelan ujung kontolnya, kujilati seluruh permukaan kepala kontol yang menjamur lebar itu. Kubuka-buka lubang kencingnya dengan lidahku. Lalu kumasukkan seluruh batang kontolnya ke dalam mulutku. Kubiarkan sejenak batang kontol besar itu di dalam mulutku sambil lidahku bermain-main didalamnya. Baru kemudian kuangkat kepalaku perlahan sampai kontol itu terlepas dari mulutku.
Kujilati kedua biji pelernya. Kutarik-tarik jembutnya dengan bibirku sambil tanganku menggenggam lembut batang kontolnya. Kumasukkan satu biji pelernya ke dalam mulutku, kuhisap pelan sambil lidahku terus menjilati. Setelah itu ganti biji satunya lagi kuperlakukan dengan sama.
Kemudian kutelusuri seluruh batang kontolnya dengan lidahku sambil sesekali kugigit-gigit kecil kulit kontolnya. Sampai di kepala kontolnya lidahku bermain-main di bagian bawah topi helm kontol Dito.
Seluruh permukaan bawah kepala kontolnya kujilati sambil lidahku berputar-putar disekitar kepala kontolnya. Baru kemudian kuhisap kuat-kuat kepala kontolnya. Dan mulailah kumaju-mundurkan kepalaku mengocok kontolnya dengan mulutku.
Kubasahi seluruh permukaan batang kontol Dito dengan ludahku. Lalu kukocok-kocok kontolnya menggunakan tanganku dengan kecepatan tinggi. Pada saat tanganku sampai di kepala kontolnya, kuremas sejenak kepala kontol itu sebelum kembali aku mengocok dengan kencang.
Tak sampai 5 menit aku isap dan kocok, kurasakan kontol Dito semakin membesar dan berdenyut-denyut. Kukocok semakin kuat. Dan saat Dito menegang, cepat-cepat kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku sambil kuhisap dengan kuat. Dan… Crooooot… crooottt… 5 sampai 6 tembakan kurasakan mendera rongga mulutku. Kutelan semua air mani yang terpancar. Air kental asin yang sangat kusuka…
Belum lagi aku istirahat, Dito meminta aku mengambil teh botol yang ada di lantai depan. Segera aku meraih bajuku untuk sekedar menutupi ketelanjanganku. Tapi Dito mencegah.
“Gak usah pake baju dulu. Ambil aja tehnya dulu.” sergah Dito.
“Kaca depannya gak terlalu gelap Dito. Nanti orang diluar bisa liat aku telanjang.” jawabku menjelaskan kenapa aku harus pake baju.
“Udaaah… jangan banyak jawab. Ambil aja minumannya. Gak usah pake baju.” sergah Dito lagi agak keras.
Aku sempat tersentak mendengar nada bicara Dito yang menurutku tidak seperti biasanya. Tidak lemah lembut, tapi agak sedikit membentak. Dengan menahan kecewa aku melangkah ke kursi depan dengan tubuh telanjang bulat. Kubungkukkan tubuhku agar tidak terlihat dari luar. Cepat-cepat kuambil teh botol dan segera kembali ke kursi belakang.
Sesampai di belakang, kulihat Dito sedang membersihkan kontolnya menggunakan jilbabku. Aku kesal sekali melihat perbuatannya. Gak mungkin kan aku pulang dengan jilbab belepotan air mani begitu.
“Kamu apa-apan sih? Itu kan jilbab. Kenapa gak pake Tissue?” bentakku sambil merebut jilbabku dari tangannya.
“Lho… kenapa memangnya?” tanya Dito berlagak bodoh.
“Kok kenapa sih? Nanti aku pulang gimana, masak pake jilbab belepotan mani gini?” aku benar-benar kesal jadinya.
“Yang aku pake kan bagian dalemnya. Gak akan keliatan dari luar.” jawab Dito seenaknya.
“Ya tetep aja ada baunya.” sergahku lagi.
“Nggak lah… gak semua orang apal bau kontol. Kecuali yang udah sering ngisep kontol kayak kamu.”
Seperti di tampar rasanya aku mendengar kata-kata Dito. Aku sedih sekali. “Kita pulang sekarang!” aku segera mengenakan semua pakaianku dan pindah duduk di bangku depan.
Dito mengikuti setelah selesai berpakaian. Setelah membayar minuman, kami beranjak pulang. Disepanjang perjalanan kami hanya diam membisu. Aku benar-benar kecewa dengan ucapan Dito barusan.
Sampai di kamar kostku aku menangis sejadi-jadinya… Sedih… perih… sakit…
***
# Dinginnya Bandung
Hampir seminggu aku mogok kencan dengan Dito. Bukan hanya mogok kencan, bahkan telepon dan smsnya pun tak mau kujawab. Aku benar-benar tersinggung atas kata-katanya padaku.
Tapi Dito terus saja membujukku melalui sms-smsnya. Kata-kata maaf mengalir terus menerus membuatku goyah juga. Akhirnya aku setuju untuk dijemput seperti biasanya, dan kembali bercumbu di mobil seperti biasa. Dito menepati janjinya. Tidak sedikitpun dia menyinggung soal masa laluku yang sudah banyak mengenal bentuk kontol.
Bahkan malam ini percumbuan kami begitu menggairahkan. Setelah kontolnya kuisap sampai ngecret di mulutku, Dito tidak langsung istirahat. Dia malah segera melahap memekku lagi dengan lidahnya. Padahal, sebelum kontolnya kuhisap tadi, dia sudah menjilati memekku sampai aku lemas.
Cepat sekali birahiku mendera. Tubuh telanjangku menggeliat-geliat hebat di kursi belakang mobil Dito. Eranganku tak putus-putus menerima serangan lidah Dito yang terus saja menyeruak belahan memekku.
Dito membuka memekku dengan kedua tangannya hingga lobang memekku menganga lebar. Aku terkangkang hebat menerima perlakuannya. Setelah itu lidahnya menerobos masuk ke dalam lobang yang menganga. Mengaduk-aduk dinding lobang yang telah banjir ini. Kemudian lidahnya bergerak dari bawah keatas berkali-kali sambil sesekali menyentuh klitorisku. Aku benar-benar terlempar-lempar merasakan nikmat yang tiada tara.
Tiba-tiba kurasakan klitorisku dilumat dan disedot kuat-kuat. “Aaauuuuwwwwhhhhh…“ aku menjerit sejadi-jadinya. Dito bukannya berhenti mendengar teriakanku. Dia malah mengunyah itilku dengan bibirnya, membuatku terlonjak-lonjak di kursi.
Aku benar-benar tak kuasa menahan kenikmatan ini. Tubuhku melengkung menyambut semburan dahsyat dari dalam tubuhku yang menyerbu menuju memekku. Kedutan-kedutan deras di memekku tak dapat kubendung lagi. Aku terus melengkung mengangkat pinggulku tinggi-tinggi sampai akhirnya aku terhempas ke kursi dengan tubuh lunglai… lemas… nikmat…
Aku terpejam bersandar. Masih kurasakan belaian lembut Dito pada dadaku, kecupan ringan di puting susuku. Kubiarkan semuanya… aku benar-benar terhempas dalam kenikmatan…
“Sayang… “ bisik Dito di telingaku sambil bibirnya melumat daun telingaku pelan.
“Hmmmmm…” aku hanya menggumam menjawab panggilannya.
“Besok ikut aku ke Bandung ya?” sambung Dito di telingaku.
“Ke Bandung? Jam berapa?”
“Pagi-pagi. Kita nginep semalem.” jelas Dito. Tangannya terus saja meremas-remas dadaku.
“Besok kan aku masih kerja,” aku ragu-ragu antara kepengen dan bingung karena besok masih hari kerja.
“Ya ijin aja lah. Besok telepon aja boss kamu dari jalan. Alesan apa kek…” bujuk Dito lagi.
Akhirnya aku setuju dengan ajakannya. Di depan rumah kost-ku, kembali Dito mengingatkan akan menjemputku pagi-pagi sekali. Dan lagi-lagi dia minta aku tidak mengenakan pakaian dalam. Ah… masih aja dia begitu. Padahal, sekarang pun aku turun dari mobilnya tanpa pakaian dalam.
***
Baru saja aku selesai Sholat subuh ketika kudengar suara mobil parkir di depan rumah kostku. Entah karena masih subuh dan sepi hingga suara mobilnya terdengar jelas, atau karena memang letak kamarku yang lokasinya paling depan. Yang jelas aku langsung keluar buka pintu dan mengajak Dito masuk kamarku sambil menunggu aku merapikan pakaian yang akan aku bawa.
Selesai aku menyiapkan pakaian, aku segera menanggalkan pakaianku. Ganti baju. Soalnya aku masih mengenakan pakaian tidur. Baru saja aku akan mengenakan rokku, Dito cepat mencegah.
“CD-nya buka donk. Ngapain pake CD? BH-nya juga.”
Aku berusaha menolak, “Bandung kan dingin, Dit. Apalagi sekarang masih subuh…”
“Nanti AC mobilnya aku kecilin. Bawa jaket aja.”
Akhirnya aku menurut saja pada permintaan Dito. Segera kutanggalkan CD dan BH-ku. Lalu cepat kukenakan rok panjang dan kemeja serta jilbabku. Kalau kelamaan bisa-bisa aku diserbu. Bisa gak jadi ke bandung nanti.
Di mobil, setelah menyalakan mesin, Dito masih sempat memelukku dan mencium bibirku. Dan tangannya langsung membuka kancing jaket serta kancing kemejaku. Kemudan di bentangkannya jaket dan kemeja itu hingga dada telanjangku terbuka. Setelah itu diangkatnya rok panjangku hingga memekku terlihat. Barulah setelah itu dia menjalankan mobilnya.
Setelah masuk Tol, Dito memintaku untuk duduk menghadap dia. Aku bersandar ke pintu mobil memperlihatkan tubuh telanjangku yang dibungkus kemeja dan jaket yang terbuka. Sebelah kakiku kuangkat ke kursi, hingga praktis aku terkangkang menampakkan memekku dengan jelas.
Sepenjang perjalanan tak henti jemarinya bermain-main di dada dan memekku bergantian. Berkali-kali dia mencubit dan menarik-narik itilku, membuat aku benar-benar banjir.
Sesampai di tempat parkir Hotel, tak kurang sudah 3 kali aku orgasme. Begitu masuk kamar, aku langsung menggila. Kupereteli semua pakaian Dito sampai dia bugil. Kudorong tubuhnya sapai terhempas telentang di kasur. Tidak menunggu lama lagi, kuisap habis kontolnya yang sudah ngaceng. Aku benar-benar tidak tahan menunggu dari subuh tadi. Kulumat kontolnya dengan ganas. Kujilat-jilat kepalanya, kubuka-buka lobang kencing dengan lidahku. Kujilati seluruh permukaan batangnya dari bawah ke atas seperti menjilati es lilin. Aku benar-benar menggila dan liar.
Kumasukkan kontol besar itu ke dalam mulutku. Kusedot-sedot dengan kuat. Bukan hanya kukulum, tapi benar-benar kusedot. Lalu kukocok-kocok dengan tanganku kuat-kuat. Aku bagaikan cewek yang sudah setahun gak ketemu kontol. Aku sendiri heran kenapa bisa begini. Aku begitu lapar akan kontol Dito yang besar.
Sepertinya Dito pun sudah kewalahan dengan keliaranku. Kurasakan kontolnya semakin keras dan berdenyut-denyut. Cepat kuhisap dan kusedot lagi kontolnya. Benar saja… tak lama, croooot… crooott… semburan hangatnya menerpa mulutku. Kutelan semua sambil aku terus menyedot kuat kontolnya.
Sebelum kontol Dito mengecil, cepat kutindih tubuh Dito dan kugesek-gesek kontol yang hampir lemas itu ke memekku. Ingin kuraih lagi kenikmatan yang mulai menghampiriku. Tapi Dito menolak…
“Udah dulu, sayang… aku harus ketemu orang pagi ini.” ujar Dito sambil bangkit dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi.
Aku terhempas kecewa. Tapi kupikir, sudahlah. Dito kesini karena ada kerjaan. Aku tidak boleh egois. Segera aku bangkit menyiapkan pakaian Dito. Sebelum pergi, ia meninggalkan uang tunai 1 juta. Katanya untuk aku belanja-belanja di Factory Outlet yang banyak bertebaran di Bandung. Apalagi kami menginap di kawasan Dago yang banyak sekali FO nya.
Sepeninggal Dito, aku lanjutkan berbaring telanjang di kasur empuk hotel ini. Dan aku terlelap lelah.
Aku terjaga sekitar pukul 1 siang lewat. Perutku lapar. Segera aku mandi dan berpakaian. Kutelusuri Dago dengan berjalan kaki. Kubelanjakan uang 1 juta dari Dito. Senang sekali rasanya dimanjakan seperti ini.
Sekitar jam 4 sore, aku sudah telanjang lagi di hotel menunggu kedatangan Dito. Tapi sampai jam 9 malam, Dito tidak juga pulang. Akhirnya aku tertidur telanjang dibalik selimut.
Di tengah lelapnya aku tertidur, kurasakan ada yang bermain-main dengan memekku. Kurasakan ada benda tumpul yang menggesek-gesek memekku. Saat kubuka mataku, kulihat Dito sedang berjongkok telanjang di depan selangkanganku sambil menggosok-gosokkan kontol ngacengnya ke belahan memekku. Aku langsung kejang merasakan nikmatnya. Dito terus menyodok-nyodokkan kontolnya sampai menyundul-nyundul itilku. Luar biasa nikmatnya. Seandainya Dito nekat memasukkan kontolnya ke dalam memekku, aku yakin aku tak mungkin mampu menolak.
Pinggulku bergoyang-goyang mengikuti irama sodokan kontol Dito. Aku benar-benar tidak tahan lagi. Orgasmeku menyerbu dengan derasnya. Setelah aku terhenyak lemas, Dito duduk bersandar di sebalah kepalaku. Kontolnya berdiri tegak dengan gagahnya. Memandang kontol besar yang indah itu, aku segera berguling ke pangkuan Dito.
Kini kepalaku menghadap langsung kontol ngaceng Dito yang sudah tegak dengan perkasa. Segera kugenggam kontol indah itu dengan kedua belah tanganku. Kukocok-kocok, lalu kujilat-jilat.
Kuhisap dan kulumat kontolnya dengan penuh semangat. Kujilat-jilat kepalanya, kubuka-buka lobang kencing dengan lidahku. Kujilati seluruh permukaan batangnya dari bawah ke atas. Kukocok-kocok lagi dengan tanganku. Begitu terus, isap, kocok, isap, kocok…
Akhirnya kontol di dalam mulutku ini mulai berdenyut-denyut lagi dan… croooot… kurasakan lagi semburan kerasnya.
Dito telentang puas. Aku telentang nikmat…
***
# Akhir Yang Menyakitkan
Aku terbangun karena sinar matahari menerpa wajahku. Ternyata kain gorden penutup jendela terbuka dengan lebar. Kugeliatkan tubuh telanjangku menghapus sisa-sisa kantuk dari tidur nikmatku semalam.
Aku menoleh kesamping. ”Lho, Dito mana?” aku tidur sendirian. Ah, mungkin dia di kamar mandi. Tapi kemudian mataku tertumbuk pada tumpukan uang 100 ribuan di meja kecil samping tempat tidur. Didekatnya ada secarik pesan. Kuambil pesan itu. Dari Dito…
“Lin, sorry aku berangkat pagi-pagi. Kamu pulang duluan aja ke Jakarta. Gak usah nunggu aku. Aku udah tinggalin kamu duit 2 juta. Anggap aja tanda terima kasih karena udah kamu bikin enak semalam. See you, Dito.”
Aku merasa kata-kata dalam surat ini agak kasar. Apakah Dito serius memberiku 2 juta sebagai tanda terima kasih? Bukan karena sayang? Atau Dito cuma bercanda. Ya semoga dia cuma bercanda.
Berpikir seperti itu aku segera bangkit dari tempat tidur dan dengan santainya aku berdiri telanjang bulat sambil menggeliat meluruskan otot-ototku. Tapi oops! Ternyata jendela kamar benar-benar terbuka tanpa penutup kain vitrage sekalipun. Padahal kamar ini ada di lantai dasar dan jendelanya menghadap taman. Akibatnya beberapa tamu hotel yang sedang berjalan-jalan di taman tertegun menatap tubuh telanjangku yang sedang dalam pose menggairahkan. Telanjang, kedua tangan diangkat tinggi-tinggi, hingga dada dan memekku jelas terpampang.
Gila! Dito benar-benar gila! Aku segera berlari menuju kamar mandi. Seusai mandi aku keluar kamar mandi dengan berbalut handuk. Perlahan aku melangkah menuju jendela. Kututup jendela dengan menarik tali di pinggirannya. Ah… aman.
Barulah setelah itu aku berani melepas handuk penutup tubuhku dan segera berdandan. Aku harus checkout pagi ini juga dan langsung pulang ke Jakarta. Seharian aku berputar-putar di kota Bandung sendirian. Baru menjelang malam aku pulang ke Jakarta mengendarai mobil angkutan Cipaganti.
***
Sesampai di kamar kostku di Jakarta, kuhempaskan tubuhku di kasur kamarku. Pikiranku menerawang. Aku memikirkan kejadian-kejadian yang kualami belakangan ini.
Kuraih dompetku. Kukeluarkan sisa uang pemberian Dito. Menginap semalam bersama Dito aku mendapatkan 3 juta. Tapi kenapa hati ini tidak bisa senang. Kenapa aku justru merasa terhina. Apalagi kata-kata Dito dalam pesan yang ditinggalkannya pagi tadi sungguh menyakitkan.
Apa iya Dito hanya menganggapku perempuan bayaran? Ah, tapi tidak mungkin. Dengan 3 juta seharusnya Dito bisa dapat pelayanan penuh dari perempuan-perempuan malam yang siap memberikan kepuasan. Sedangkan dengan aku, Dito tidak bisa menikmati tubuhku sepenuhnya. Artinya, Dito tidak mungkin menganggapku sama dengan para perempuan malam itu.
Lagipula, kami sudah sering membahas rencana pernikahan kami dengan kedua orang tua Dito. Bahkan seluruh keluarga sudah sepakat pernikahan akan dilangsungkan 4 bulan lagi.
Tapi… tetap saja aku merasa tidak nyaman. Apalagi Dito seringkali seolah sengaja mempertontonkan tubuh telanjangku kepada orang lain. Di mobil, dan terakhir pagi tadi di Hotel setelah dengan sengaja membuka tirai Hotel lebar-lebar.
Aku bingung… aku bimbang… akhirnya aku tertidur lelah…
***
Pagi…
Baru saja aku akan berangkat ke kantor ketika kudengar ketukan di pintu kamarku. Kubuka pitu dengan hati bertanya-tanya siapa yang sepagi ini mau bertamu ke kamarku.
Saat kubuka pintu, kulihat Dito berdiri sambil tersenyum tipis. Sebelum sempat kusapa, Dito sudah mendorong tubuhku masuk kembali ke kamar. Kemudian Dito menutup pintu dan menguncinya sekaligus. Setelah itu tanpa berkata apa-apa dia mulai membuka seluruh pakaiannya sendiri.
“Dit, mau ngapain? Nanti aku terlambat.” protesku. Aku agak tersinggung dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan langsung buka pakaian di hadapanku tanpa basa-basi.
“Biarin lah terlambat sedikit. Udah biasa kan?” jawab Dito santai sambil membuka celana dan celana dalamnya sekaligus. Aku ingin protes lagi, tapi mataku tertumbuk pada kontol besarnya yang sudah ngaceng dan berdiri tegak. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi saat Dito memeluk tubuhku dan mencium bibirku.
Aku hanya pasrah saja saat Dito membuka jilbabku dan melemparkannya entah kemana. Aku semakin pasrah ketika lidah Dito menari-nari di telingaku sementara kurasakan kontol kerasnya mendesak-desak perutku. Kuremas rambut Dito sambil meresapi jilatannya di telinga dan leherku.
Dito tidak hanya menjilat leherku, tapi menggigit-gigit kecil sambil dihisap kuat-kuat. Aku yakin gigitannya pasti meninggalkan bekas merah di leherku. Aku tidak perduli. Toh nanti akan tertutup jilbabku. Aku hanya peduli pada kenikmatan yang kurasakan saat ini.
Setelah puas menggarap leherku, Dito berhenti sejenak sambil menatap tubuhku yang masih berpakaian lengkap. Kemudian tiba-tiba dengan agak kasar dan terburu-buru Dito melepas kancing-kancing bajuku dan merenggutnya dengan keras untuk kemudian melemparkannya begitu saja. Lalu tangannya bergerak ke punggungku membuka kait BH ku. Lagi-lagi Dito merenggut BH ku dengan agak kasar dan melemparkannya.
Sejenak dipandanginya dada telanjangku. Lalu diremasnya dengan kedua tangannya. Oooh… kasar sekali. Tapi rasanya justru aku menyukainya. Remasan kasar Dito pada dadaku berhenti saat Dito meluncur turun berjongkok di hadapanku.
Tangannya dengan lincah membuka celana sekaligus celana dalamku dalam satu tarikan. Dan bugil lah aku… Di kecupnya memekku dan dijilat dari bawah keatas. Uuughhh… aku berdiri dengan gemetar merasakan jilatan Dito pada memekku.
Disaat aku sedang menikmati jilatannya, tiba-tiba Dito menghentikan kegiatannya. Dia bangkit berdiri dihadapanku lalu tanpa persiapan sama sekali aku di dorong keras hingga terpental ke kasur.
Aku kaget dengan perlakuan kasar Dito ini. Tapi belum sempat aku berkata apa-apa, Dito sudah menerkam menindih tubuhku. Ciumannya begitu ganas. Lidahnya menerobos membelit-belit lidahku. Pinggulnya bergerak-gerak menekan kontolnya di atas memekku.
Aku benar-benar terhanyut dengan permainan kasar ini. Sensasi dari ketidak berdayaan seolah akan diperkosa ini justru menambah nikmat cumbuan-cumbuan yang kurasakan.
Jilatan Dito mulai turun ke dadaku. Mulutnya melahap dada kiriku dengan penuh nafsu seolah ia ingin memasukkan seluruh daging dadaku itu ke dalam mulutnya.
“Ooooh… Dit… kamu tambah hebat, sayang…” aku semakin meracau tidak karuan dengan perlakuannya ini. Ditambah lagi sementara mulutnya melahap sambil menjilati puting dada kiriku, tangan kirinya meremas kuat dada kananku sambil jemarinya memilin-milih puting susu kananku dengan cepat dan berulang-ulang.
Aku tak tahan menghadapi serang Dito kali ini. Belum-belum memekku banjir sudah. Kugoyang-goyangkan pinggulku mengejar kontolnya yang terus saja menggesek permukaan memekku.
Dito merosot ke bawah. Tangannya menggenggam kedua pahaku dan di bentangkannya lebar-lebar. Lalu kepalanya merangsek selangkangku dengan tiba-tiba.
“Aoooow! Oooooooohhh…!” Aku benar-benar dibuat menjerit. Lidah Dito langsung bermain menjilati lubang memekku. Dengan kecepatan lebih dari biasanya, Dito menjilati memekku dari bawah ke atas berulang-ulang. Lidahnya serasa menggaruk-garuk memekku yang memang sudah gatal sedari tadi.
Lalu Dito melahap sebelah bibir memekku seperti sedang mencium bibirku. Di sedot-sedotnya bibir memekku sambil lidahnya menerobos masuk ke dalam lobang memekku dan menjilati dinding-dinding bagian dalam memekku. Ooowwwh… semoga selaput daraku tidak sampai pecah gara-gara lidah Dito yang bermain sampai ke dalam.
Kemudian kembali Dito menjilati memekku dari bawah ke atas berulang-ulang, Lalu tiba-tiba mulutnya menangkap itilku dan menghisapnya kuat-kuat sambil giginya mengunyah perlahan membuat itilku seperti digiling.
Aku tidak sanggup lagi bertahan. Tubuhku kejang. Pantatku kuangkat tinggi-tinggi mengejar mulut Dito. Tanganku terlempar ke kiri dan kanan sambil meremas apa saja yang bisa kugapai. Punggungku melengkung, kepalaku terdongak ke atas.
Kupejamkan mataku sambil berteriak histeris, “Aaaaaaaaaaagghhhhhh…”
Rasanya cairan memekku bukan hanya mengalir. Tapi benar-benar menyembur dengan kuat. Entahlah, benar begitu atau perasaanku saja. Yang jelas aku benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa.
Lama aku kejang dalam posisi melengkung seperti itu sampai akhirnya aku terhempas hebat ke kasur. Nafasku tersengal dengan keringat yang membasahi tubuhku.
Plak! Dito menampar pahaku tiba-tiba sambi menghempaskan tubuhnya telentang di sampingku. “Ayo gantian. Isep kontolku sekarang.” ujar Dito agak kasar.
Meski masih terasa lemas, aku bangkit duduk menghadap kontol Dito. Kuraih batang kontol yang besar dan berurat itu. Kuremas-remas dengan gemas. Lalu tanpa basa basi lagi kumasukkan batang keras yang hangat itu ke dalam mulutku.
Kumajukan kepalaku naik turun mengocok kontolnya dengan mulutku. Sesekali kuhisap kuat-kuat kontol itu sebelum akhirnya kukocok lagi dengan mulutku. Kujilati kepala kontol Dito, lalu kuhisap. Hanya kepala kontolnya saja yang masuk ke mulutku. Lalu kuhisap-hisap sambil lidahku ikut menjilat-jilat. Kuhisap-hisap sampai kepala kontol itu melejit dan hampir terlontar keluar. Tapi sebelum kontolnya terlepas dari mulutku, segera kumasukkan lagi kepala kontol itu sambil tetap kuhisap-hisap.
Setelah itu kembali kumasukkan seluruh batang kontol besar itu ke dalam mulutku. Kukocok-kocok lagi dengan mulutku sampai akhirnya kubasahi seluruh permukaan kontolnya dengan ludahku.
Selanjutnya giliran tanganku yang bertugas memberikan kenikmatan kepada kontol Dito. Kukocok dengan cepat batang kontol besar ini. Tiba-tiba Dito bangkit duduk dan berdiri diatas kedua lututnya membuat aku ikut terduduk.
“Ayo, isep terus… kocok yang kenceng… aku udah mau keluarrrr…” teriak Dito.
Aku pun semakin bersemangat mengocok kontol Dito. Kurasakan kontol itu semakin keras. Dan mulai terasa kedutan-kedutan pertanda sudah mau keluar. Seperti biasa, aku segera memasukkan kontol Dito ke dalam mulutku supaya bisa ngecret di mulut.
Tapi Dito justru menepis tanganku dan mencabut kontolnya dari mulutku. Lalu dia malah mengocok sendiri kontolnya dengan tangannya di hadapan mukaku, dan… Crooot… Croooot… crooot… tiga semburan menerpa wajahku. Mata, hidung dan mulutku. Dan Dito mendorong tubuhku hingga telentang sambil terus saja mengocok kontolnya. Dengan sengaja Dito mengarahkan semburan kontolnya ke leher, dada dan terakhir ke perutku.
Aku terkapar telentang belepotan air mani di sekujur wajah dan tubuhku. Kulihat Dito bangkit meraih bajuku dan membersihkan kontolnya dengan bajuku itu. Aku ingin protes, tapi lemas sekali rasanya. Kubiarkan saja kelakuannya itu.
Tanpa berkata-kata Dito mengenakan pakaiannya kembali. Sementara aku tetap saja terbaring lemas di kasur. Kupikir sudahlah, aku tidak usah ngantor hari ini.
“Lin, aku mau ngomong…” ujar Dito sambil mengenakan sepatunya. Aku tidak menjawab selain menatapnya heran dengan wajahku yang masih belepotan air maninya itu.
“Mulai hari ini… kita putus!” ucap Dito tiba-tiba.
Aku tersentak bangun. Aku duduk menatap wajahnya yang tampak tanpa ekspresi itu. “Kenapa ?” tanyaku lemah.
“Terus terang, sebenernya pacaran sama kamu itu enak. Nikmat banget. Susah nyari perempuan yang bisa bikin enak kayak kamu, Lin. Masalahnya, kamu cuma enak buat dipacarin. Kalau untuk dijadikan istri, aku mau cari perempuan baik-baik yang belum kenal kontol sama sekali. Bukan yang udah kebanjiran air mani kayak kamu gini… Sorry ya, Lin. Kita sampai disini aja. Terima kasih, barusan luar biasa enak.”
Aku tak mampu lagi berteriak. Aku hanya menatap Dito yang melangkah ke pintu dengan air mataku yang berlinang bercampur dengan air mani yang membasahi pipiku.
Sebelum membuka pintu, kembali Dito berkata “Eh, tapi kalo kamu kangen sama kontol aku, telpon aja ya. Aku siap kok. Oke?“ setelah itu Dito membuka pintu dan berlalu.
Aku membanting tubuhku telentang ke kasur. Dan menangis sejadi-jadinya…
***
# Bertemu Dana
Enam bulan sudah sejak perpisahanku dengan Dito yang menyakitkan. Terlebih lagi jika mengingat hubungan kami sebenarnya sudah sangat serius. Bahkan rencana pernikahan sudah sering dibicarakan diantara keluarga kami. Hubunganku dengan orang tua Dito sudah demikian dekat.
Tak bisa kubayangkan jika Dito menyampaikan kepada orang tuanya alasan dia memutuskan hubungan kami. Bagaimana mungkin gadis baik-baik berjilbab yang mereka sayangi ini ternyata luar biasa binal, bahkan saat putus dengan anaknya pun penuh belepotan air mani.
Untunglah Dito masih punya sisa-sisa kebaikan. Dia cuma bilang bahwa kami sangat tidak cocok.
Well, enam bulan gak ketemu kontol. Enam bulan gak ada yang jilatin memek. Kangennya luar biasa. Tapi untuk memulai hubungan lagi rasanya juga gampang. Trauma dengan sikap Dito setelah menerima kenikmatan dariku membuatku semakin ragu untuk pacaran lagi.
Tapi kemudian semuanya berubah. Aku dipindah tugaskan sebagai staff administrasi khusus untuk event-event seminar wilayah Jakarta. Hal ini menyebabkan aku sering terlibat langsung dengan penyelenggaraan event, bahkan sampai menginap di hotel tempat penyelenggaraan.
Pada saat event-event inilah aku sering bertemu Dana, salah seorang Staff yang biasa mengurus operasional event. Seringnya kami kerja bersama-sama dalam sebuah event membuat kami tambah akrab. Keakraban itu berlanjut tidak hanya di tempat event, tapi juga ke kantorku. Setiap hari kami makan siang bareng, walaupun untuk pulang bareng masih belum menjadi rutinitas.
Dana tidak terlalu ganteng jika dibandingkan dengan mantan-mantanku dulu. Secara fisik hampir tidak ada yang istimewa. Namun wajah teduhnya membuat aku nyaman berada di dekatnya.
Sangat terlihat bahwa Dana belum banyak pengalaman soal perempuan. Seringkali Dana terlihat canggung jika aku mengajaknya bicara yang agak nyerempet-nyerempet bahaya. Wajahnya terlihat tersipu, dan aku tahu itu bukan pura-pura. Satu lagi, Dana sangat sholeh. Aku tidak pernah melihatnya meninggalkan Sholat. Bahkan jika kebetulan aku datang ke kantor agak pagi, kerap aku memergoki Dana sedang Sholat Duha. Melihat kenyataan itu, tipis rasanya harapanku untuk merasakan kontolnya. Tapi di lain sisi, aku berharap Dana bisa menjadi calon suamiku.
Suatu ketika, kembali kantorku menyelenggarakan event seminar. Dan seperti biasanya aku ditugaskan langsung dimulai sejak persiapan.
Saat itu seluruh team yang bertugas diberi fasilitas menginap di Hotel dimana event tersebut diselenggarakan. Tentunya karyawan wanita sekamar dengan yang wanita. Sebaliknya karyawan pria dengan karyawan pria. Dan tidak ada satupun dari kami yang kebagian sekamar sendirian. Sehingga tipis kemungkinan aku bisa tidur bareng Dana.
Dana mendapat kamar di lantai 4 sekamar dengan Baron sedangkan aku menempati kamar dilantai 5 sekamar dengan rekanku Nani yang bertugas sebagai kasir.
Persiapan baru selesai sekitar pukul 9 malam. Saat akan kembali ke kamar, Baron mengajak Dana untuk mencari makan di luar saja. Alasannya makanan di kamar disamping mahal, rasanya juga gak nendang. Aku agak malas untuk makan diluar karena rasanya sudah sangat letih dan ingin segera rebahan untuk istirahat.
Sesampai di kamar aku segera mengganti pakaian dengan daster panjang tanpa lengan dimana di dalamnya aku tidak mengenakan apa-apa lagi. Sebenarnya aku lebih suka tidur telanjang bulat. Namun karena aku tidak sendirian, terpaksa kututupi tubuh bugilku dengan daster panjang.
Rasanya belum lama aku memejamkan mata ketika HP ku berbunyi. Ah.. Dana. Ngapain malam-malam gini telpon?
“Ya, Dan… ada apa?” tanyaku dengan suara agak serak-serak bangun tidur.
“Udah tidur ya. Aku beliin martabak nih. Mau gak?”
“Aku udah kenyang, Dan. Nggak usah deh.” jawabku malas-malasan. Malam-malam gini makan martabak? Bisa gendut aku.
“Yaaah… sayang donk. Ya udah, temenin kita makan aja yuk. Sambil ngobrol-ngobrol.”
Sebenarnya aku masih sangat ngantuk. Tapi ngobrol-ngobrol dengan Dana di kamar? Sayang kalau dilewatkan. “Iya deh. Tunggu sebentar ya.” Aku segera bergegas bangkit dari kasur. Kukenakan kembali Jilbabku. Aku sempat bimbang apakah aku harus ganti baju, pakai celana dalam dan BH, atau gak usah aja. Kupandangi sejenak tubuhku melalui cermin. Rasanya tidak akan terlihat kalau aku tidak pakai celana dalam. Tapi BH? wow, pentil susuku jelas sekali terlihat. Lagipula daster ini tanpa lengan. Bisa rusak imageku nanti.
Akhirnya kukenakan jaket dan kukancingkan rapat untuk menutupi dada serta lenganku yang terbuka. Yup. Cukup tertutup lah. Jadi aku tidak perlu ganti baju.
Yakin dengan dandananku yang cukup tertutup, segera aku keluar menuju kamar Dana di lantai 4.
Sama seperti kamarku, kamar Dana memiliki dua buah tempat tidur yang dipisahkan oleh meja kecil di tengah-tengahnya. Sesampainya aku di sana ternyata mereka sedang makan nasi goreng di atas tempat tidurnya masing-masing. Aku segera menghampiri Dana dan duduk di kasur berdekatan dengan Dana.
Selesai makan kami lanjutkan ngobrol-ngobrol. Dana pindah duduk di kursi sementara Baron tetap duduk di kasurnya. Sedangkan aku dengan santai duduk di kasur Dana bersandarkan bantal yang kususun tinggi.
Jujur saja, isi obrolan sangat membosankan. Apalagi Baron. Omongannya gak ada yang menarik. Jokenya pun garing banget. Seandainya bukan karena Dana, aku pasti sudah balik ke kamar. Tapi kesempatan berdekatan begini sayang rasanya kalau kulewatkan begitu saja.
Untunglah setelah sekitar sejam ngobrol gak jelas, Baron ngantuk dan pamit tidur duluan. Dia langsung masuk ke balik selimut dan tidur miring menghadap tembok. Ah, asiiik…. aku tinggal berdua dengan Dana.
Kutunggu sesaat sampai kira-kira Baron sudah tertidur. Setelah kulihat tak ada tanda-tanda kehidupan, kubuka kancing jaketku hingga tubuh bagian depanku yang terbungkus daster bisa terlihat. Terutama bentuk dada besarku serta putingnya pasti tercetak dengan jelas.
Berkali-kali kulihat Dana menatap dadaku sekilas, kemudian langsung memalingkan wajahnya. Aku yakin Dana bisa melihat bentuk dadaku, dan aku yakin dia tahu kalau aku tidak pakai BH. Terlihat sekali dia canggung dengan keadaan pakaianku. Wah, bagaimana kalau dia tahu aku tidak pakai celana dalam ya?
“Dan, ngobrolnya sini donk. Jangan jauh-jauhan gitu. Kayak musuhan aja.” ajakku ketika kulihat Dana tidak juga mengambil inisiatif. “Ayo sini. Gak akan aku gigit deh. Kecuali kamu yang minta.” ajakku lagi saat Dana tidak juga bereaksi.
Akhirnya Dana bangkit pindah duduk di sebelahku. Terasa sekali Dana sangat canggung duduk berdekatan di atas tempat tidur berduaan denganku. Aku jadi tersenyum geli melihat tingkahnya yang serba salah itu.
Kugeser dudukku lebih dekat dan menghadap dia. Kuusap kepalanya lembut sambil terus ngobrol ngalor ngidul. Saat bercerita, sesekali siku lengan Dana menyenggol dadaku yang tanpa BH. Dana semakin gelisah.
Tidak tahan dengan sikapnya yang pasif, segera kuraih kepala Dana dan kucium bibirnya. Beberapa kali kukecup-kecup bibirnya sampai akhirnya Dana mulai bisa menguasai keadaan. Tangannya mulai meraih pipiku sambil lidahnya bermain-main di mulutku. Kemudian perlahan tangannya turun ke leherku, terus turun lagi sampai ke dadaku. Diremasnya dadaku perlahan. Ah… akhirnya bisa juga dia.
Aku benar-benar tidak tahan. Kudorong tubuh Dana hingga terlentang, lalu kutindih dia. Kuciumi bibirnya dengan penuh gelora nafsu sambil memekku kugesek-gesekkan ke kontolnya yang terasa sudah keras dibalik celana panjangnya.
Sedang seru-serunya kami bercumbu, tiba-tiba …
“Lin, kalo mau pacaran jangan disini. Gue gak bisa tidur dengerinnya…” terdengar suara Baron agak ketus walau wajahnya tetap menghadap tembok.
Aku menghela nafasku yang sudah tersengal-sengal. Duuuuh… ganggu aja deh… Terpaksa kami menghentikan kegiatan nikmat ini. Aku minta Dana untuk mengantarku ke kamar. Di dalam Lift kembali kucium Dana dengan penuh nafsu. Dana memelukku erat. Tiba-tiba tangannya meremas pantatku. Saat itulah dia sadar kalau aku tidak pakai celana dalam. Sayang, pintu lift keburu terbuka. Kami keluar dari lift dengan saling rangkul. Rupanya tangan Dana masih betah berdiam di pantatku. Kurasakan tangannya mengelus-elus pantatku dengan mesra.
Di depan pintu, kembali kami berciuman. Kali ini Dana sangat bernafsu. Tangannya tidak henti meremas dadaku. Kurasakan kontolnya begitu keras menekan atas perutku.
“Dan… besok kita buka kamar aja yuk…” bisikku di telinga Dana dengan nafas memburu. Dana menatap mataku sejenak. Terlihat dia agak ragu. “Aku yang bayar deh. Mau yah… yah… yah…” bisikku lagi setengah memaksa.
Akhirnya Dana mengangguk setuju. Kucium bibirnya lama sebelum akhirnya kulepaskan dan meninggalkannya berdiri di depan pintu.
***
Seharian ini kuikuti kegiatan seminar dengan tidak sabar. Pikiranku sudah tertuju pada rencana malam nanti. Saat break makan siang tadi aku sudah memesan kamar dilantai 8. Agak mahal memang, tapi yang penting terpisah jauh dari teman-temanku yang lain.
Begitu Seminar hari pertama selesai, aku langsung menghilang ke kamar. Kepada Nani teman sekamarku kukatakan bahwa malam ini aku tidak menginap. Padahal sesungguhnya aku pindah ke kamar yang telah kupesan.
Di kamar aku langsung melepas seluruh pakaianku hingga telanjang bulat. Semula aku akan menyambut Dana dengan tubuh bugil seperti ini. Tapi setelah kupikir lagi, rasanya terlalu ekstrim. Akhirnya aku memilih daster yang paling tipis. Setelah siap, kutelpon Dana, memintanya segera menemuiku di kamar.
Tak berapa lama kudengar bel berbunyi. Segera kubuka pintu, dan Dana tertegun memandangku.
Kutarik tangan Dana dan segera kututup pintu. Dana menatapku dengan takjub. Aku yang biasa berpakain serba tertutup kini berdiri di hadapannya hanya mengenakan daster tipis tanpa apa-apa lagi di dalamnya.
Kudorong tubuh Dana hingga tersandar di pintu. Kupeluk dia, kucium dengan ganas. Dana sampai gelagapan menghadapi seranganku yang tiba-tiba. Dengan tergesa dan penuh nafsu kupereteli kancing-kancing kemejanya. Lalu kubuka kemeja itu dan kulemparkan ke lantai. Lidahku langsung menari-nari di lehernya. Kugigit-gigit kecil lehernya. Lalu kujilati mulai pangkal lehernya melewati jakun sampai ke dagunya. Kujilati berulang-ulang. Dana tidak bisa bisa berkata-kata selain ucapan uh-uh yang tidak jelas.
Lidahku meluncur ke dadanya. Kujilat pentil dadanya sambil kutarik-tarik dengan mulutku. Lalu kusedot kuat-kuat bergantian pentil kiri dan kanan. Selanjutnya aku merosot turun berjongkok dihadapannya. Kujilati pusarnya sambil tanganku membuka ikat pinggangnya. Kubuka kancing celananya, kubuka resletingnya lalu kuperosotkan celana panjangnya hingga ke mata kaki. Tampaklah tonjolan dibalik celana dalam putih yang sudah siap untuk dikulum.
Saat aku akan merenggut celana dalamnya, Dana mencegahku. Tubuhku ditarik berdiri, kemudian dia memelukku dengan kuat sambil kembali mencium bibirku. Tangannya meremas-remas pantatku.
Aku benar-benar tidak tahan. Kutarik tangannya menuju tempat tidur. Kudorong tubuhnya hingga jatuh telentang diatas tempat tidur. Kubuka dasterku dan berdiri telanjang bulat dihadapannya. Dana sampai melotot melihat tubuh telanjangku. Tak menunggu lama lagi kutarik celana dalam Dana melewati kakinya dan kulempar entah kemana. Maka terlihatlah kontolnya yang sudah ngaceng sepenuhnya. Berdiri tegak menanti untuk di sedot.
Ukuran kontolnya biasa saja, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Tapi bagiku yang sudah enam bulan tidak ketemu kontol, pemandangan di hadapanku ini menjadi begitu menggairahkan.
Kupanjat tubuh telanjang Dana. Kuciumi bibirnya dengan nafsu membara. Kutekan dadaku ke dadanya hingga gepeng. Lalu kugoyang-goyang pinggulku hingga memekku bergesekan dengan kontolnya. Kugoyang pantatku maju mundur, membuat belahan memekku yang sudah basah meluncur lancar disepanjang batang kontolnya.
Tidak sampai dua menit aku menggesek memek kulihat Dana mengerang keras, dan… Croooot air maninya menyembur membasahi perut kami berdua. Ah… kontol perjaka. Nyesel tadi gak aku isep aja. jadi kan air maninya gak mubazir terbuang percuma begini.
Sedikit kecewa aku beranjak ke kamar mandi membersihkan tubuhku dari semburan air mani Dana. Setelah itu aku kembali ke kamar sambil membawa handuk kecil. Kubersihkan perut Dana dengan handuk kecil yang kubawa. Kubersihkan juga kontolnya yang sudah mulai mengecil.
Setelah itu aku berbaring di samping Dana. Kurebahkan kepalaku di bahunya sambil tanganku terus meremas-remas kontolnya. Aku berharap kontol Dana bisa cepat bangkit kembali.
Dan benar saja, tidak perlu berlama-lama kurasakan kontol itu semakin membesar. Kukocok-kocok terus kontolnya sampai benar-benar ngaceng. Setelah itu aku langsung bangkit menindih tubuhnya lagi.
Aku berjongkok di atas kontolnya. Kuraih kontolnya dengan tanganku, lalu dengan nekat kugosok-gosok kepala kontolnya ke dalam belahan memekku. Aaaah… rasanya luar biasa nikmat. Ingin rasanya kumasukkan seluruh batang kontol ini ke dalam memekku ketika tiba-tiba Dana meronta menghindari memekku.
“Jangan, Lin. Gak boleh. Kita belom nikah…” wajah Dana terlihat tegang. Antara takut dosa dan kepengen dosa.
Kurebahkan tubuhku menindih tubuhnya. Kukecup lembut pipinya. “Iya, aku tau. Aku juga masih perawan kok.” ujarku sambil kemudian kukecup lembut bibirnya. “Tapi kalo main-main dikit boleh kan?” aku tak menunggu jawabannya, tapi langsung melorot ke bawah hingga wajahku berhadapan langsung dengan kontolnya.
Kuraih benda yang sudah lama kurindukan itu. Kuusap-usap, lalu kemudian kujilat dari bawah ke atas. Ooooh… akhirnya… ketemu kontol lagi…
Kusedot-sedot kepala kontolnya sambil lidahku menari-nari diseluruh permukaan kepala kontolnya. Lalu kumasukkan seluruh batang kontol itu ke dalam mulutku. Karena kontol Dana tidak terlalu panjang, tidak sulit aku menelan seluruh batang kontolnya.
Kukocok-kocok kontol ngaceng itu dengan mulutku. Maju-mundur-maju-mundur, kuisap kuat-kuat sambil kutarik sampai hampir terlepas. Lalu kuisap lagi kuat-kuat sambil menelan kontolnya.
Belum lama kontol itu kuisap, kurasakan denyutan-denyutan yang sudah sangat ku kenal. Ah cepat sekali… Langsung kuisap-isap dengan kuat dan cepat, dan… crooot.. crooot.. crooot.. terasa semburan yang sangat kuat menerpa mulutku. Kutelan semua cairan yang menyembur itu sambil terus kusedot-sedot kepala kontolnya dengan kuat. Kontol itu baru kulepaskan setelah menciut jadi kecil dan lembek lagi.
Kutatap wajah Dana. Matanya terpejam puas. Aku berbaring di sebelahnya sambil kubelai-belai rambutnya. Tak lama, Dana tertidur…
Tinggal aku yang terbaring bugil dengan nafsu yang masih menggantung. Tak apalah, lumayan setelah enam bulan nganggur…
***
# Gairah di Pagi Hari
Bangun tidur, aku merencanakan untuk menggoda Dana lagi. Pura-pura mau mandi, aku berjalan pelan di depannya. Aku hanya menggunakan handuk kecil untuk kulilitkan ke tubuhku seadanya. Saat lewat di depannya yang sedang menonton TV, persis di depan matanya, handuk itu kulepaskan hingga jatuh ke lantai, kontan tubuhku yang tidak terbungkus apapun terlihat jelas olehnya.
Dana langsung tersipu malu dan melengoskan pandangannya. Dasar bocah lugu. Sudah menikmati tubuhku semalaman, masih juga malu. Kuteruskan langkahku ke kamar mandi sambil tersenyum tertahan melihat tingkahnya.
Tidak lama di dalam, aku berseru memanggil Dana untuk mengambilkan sabun cair di tas, ”Dan, tolong ambilin sabun yaaa…” kataku.
”Iya, Lin, sebentar…” kudengar dia turun dari ranjang dan melangkah pelan ke lemari, tempat dimana tasku berada. Setelah ketemu, dia mengetuk pintu kamar mandi yang tidak kukunci.
Aku berseru. ”Masuk aja, Dan.”
Dana membuka sedikit pintu itu dan menjulurkan tangannya yang menggenggam sabun. Segera kutarik tangannya ke dalam sambil berkata, ”Tolong dong, sabuni aku. Aku nggak bisa menyentuh bagian belakangku.”
Dana tertegun melihat tubuh telanjangku yang mengkilat karena basah. Terutama payudara dan puting susuku yang tampak makin membengkak besar. Dia sudah tidak melengoskan pandangannya lagi, malah Dana memperhatikan tubuhku yang bugil dan ranum itu dengan muka memerah.
“Heh, kok malah ngeliat gitu sih?” ujarku sambil pura-pura menutupi buah dadaku yang sudah besar dari dulu ini, karena susuku sering diremas dan di rangsang oleh laki-laki. ”Sini, buka bajumu agar gak basah. Kita mandi sama-sama.” segera kulucuti pakaian Dana tanpa menunggu jawaban darinya.
Setelah kubuka celana dalamnya, kulihat kontolnya masih kecil, belum tegang sama sekali. Penasaran banget aku, masa ngeliat tubuhku gini, dia belum ngaceng sih, pikirku. Biar, nanti kuhisap dan kubuat kau ketagihan hisapan mulutku, pikirku mesum.
Kupasang shower dan aku mulai mandi di depan Dana yang juga sudah telanjang bulat. ”Ayo, sabuni aku. Jangan bengong aja gitu.” ujarku. Dia mulai mengusap punggungku dengan tangan gemetar. Wah, asik nih, akan kuajari dia cara menyenangkan perempuan, pikirku.
”Sini, depannya juga. Masa cuma punggungnya aja.” kataku sambil membalikkan badan. Kuberikan bongkahan payudaraku kepadanya.
”Eh, i-iya, Lin….” Dana menjawab dengan gugup. Dia mulai mengusap-usap dadaku, meremasnya pelan, dan memilin-milin putingnya yang mungil menggiurkan. Aku jadi terangsang dengan usapan tangannya. Kunikmati pijatannya sambil merem melek.
Tidak puas, aku juga mulai menyabuninya, ”Sini, Dan… tubuhmu juga harus dibersihkan, biar wangi dan harum.” kataku.
Dana diam saja. Tapi tangannya masih tetap mengusap-ngusap buah dadaku. Dia meremasnya kuat-kuat saat tanganku berhenti di kontolnya dan mengocoknya lembut. Nah, mulai kelihatan aslinya, pikirku. ”Aduh, Lin, geli… geli banget… tapi enak.” katanya takut-takut.
”Udah, kamu diam aja.” Setelah kusiram bersih tubuhku dan tubuhnya, aku jongkok di depannya sambil kugenggam erat kontolnya yang belum terlalu ngaceng itu, masih agak lembek. Sambil melihat wajahnya, kumasukkan kontol itu ke dalam mulutku dan kukemot pelan-pelan. Kulihat mata Dana melotot sambil memperhatikan kontolnya yang keluar-masuk di mulutku, dia mendesah dan menelan ludah.
Pelan kujilati seluruh kontolnya, mulai dari pelirnya sampai ke ujung kepala. Dari situ kumasukkan seluruh kontolnya ke mulutku, lumayan keras meski belum ngaceng sempurna.
Setelah beberapa lama menghisap kontolnya, Dana mulai bergetar. Wah, tandanya dia mau keluar nih, pikirku. Semakin kuperkuat hisapanku, kontolnya kukenyot cepat di mulutku. Saking enaknya, tanpa disadari Dana, pantatnya sampai maju mundur seperti orang ngentot. Dia memperkosa mulutku.
Lin, aduh… aku… Oughh! Enak sekali…” teriaknya, lalu… croott… crooottt… crooooottth…!!! banyak sekali pejuhnya keluar di dalam mulutku, langsung kusedot habis dan kutelan dengan kenikmatan luar biasa. Kulihat wajahnya merah padam pada saat pejuhnya keluar. Dana mendongak ke atas dan oleng ke kiri dan ke kanan.
”Enak nggak, Dan? Kau suka kontolmu kuhisap?” tanyaku nakal.
”He-eh, Lin. Enak sekali.” katanya masih sambil bergetar.
Aku maklum, karena meski ini bukan pejuh pertamanya, tapi tetap saja dia menikmatinya. Pengalaman ini pasti terasa begitu luar biasa bagi orang pemula seperti Dana.
Setelah dia bisa mengatur nafas, kini giliranku yang minta kepuasan. Berbaring mengangkang di lantai kamar mandi, kuminta dia menjilat memekku. Dana melakukannya dengan senang hati.
Total hari itu, lebih dari 12 kali kami moncrot. Pejuh Dana berhamburan di mulutku, juga ke wajah, rambut, dan susuku. Bahkan ada yang ditaruh di atas memekku, sempat membuatku takut juga kalau sampai hamil. Cepat kuseka cairan itu dengan tissue sampai bersih.
Sementara cairanku sendiri mengalir deras membasahi kasur dan sprei. Beberapa ada juga yang menyembur sampai ke lantai.
Sama-sama puas, kami akhirnya terkulai lemas dan berbaring berpelukan. Mataku terpejam, sementara mulutku terbuka mengalirkan pelan pejuh Dana masuk ke dalam perutku.
Aku lelah… tapi juga gembira luar biasa…
***
Sejak itu, hubunganku dengan Dana makin dekat dan intim. Di kantor, kami sudah tidak malu-malu lagi untuk mengakui kalau kami berpacaran. Bahkan bisa lebih dari sekedar pacar, karena kini Dana sudah tidak malu-malu lagi meminta oral kepadaku. Aku juga begitu, horny dikit, aku langsung kontak Dana untuk ketemuan. Pokoknya, asal waktu dan tempatnya terpenuhi, kami akan melakukannya. Tapi meski begitu, satu yang kami pegang, aku mau tetap perawan sampai menikah nanti. Jadi terangsang bagaimanapun, kami harus bisa nahan diri cukup dengan emut atau gesek saja, tanpa tusuk apalagi genjot.
Sama seperti sore ini, jam 17:15 aku datang ke ruangan Dana. Sudah sejak siang, memekku gatal pingin digaruk. Kebetulan seisi ruangan sudah pada pulang semua, tinggal aku berdua dengan Dana. Maka tanpa membuang waktu lagi, kubanting tubuh Dana ke meja kerjanya dan kuciumi dengan penuh nafsu.
Dia yang sudah mengerti akan nafsu gilaku, mengimbangi dengan menyentuh paha mulusku pelan. Kebetulan hari itu aku mengenakan rok panjang longgar, jadi Dana mudah saja menyelipkan tangannya. Dengan cepat jari-jarinya naik, sedikit demi sedikit, menuju pangkal pahaku. Aku mulai merem melek keenakan, sambil tanganku merangkul pundaknya, sementara bibirku tetap menancap di mulut Dana yang tebal.
Aku melenguh saat ujung jari tengah Dana menyentuh selangkanganku dan mengelus pelan sekumpulan rambut hitam yang ada disana, yang masih tertutup oleh celana dalam. ”Ahhhh… Dan, terus…” aku mendesah.
”Kamu memang sangat menggairahkan, Lin.” Dana berkomentar.
Aku cuma menjawab dengan anggukan kecil dan mata makin terpejam rapat. Desahanku terdengar semakin keras. Jari tengah Dana sudah melewati celah celana dalamku sekarang, dia menyentuh bibir kemaluanku, dan mengelusnya. Dana menggesek-gesekkan jarinya di permukaan klitorisku yang sudah menyembul keras. Oughhhh… tubuhku langsung melenting. Aku kegelian, tapi juga enak.
Setengah sadar aku berkata, ”Aduh, Dan… geliii… oughhh… geliii…” terasa sekali memek dan celana dalamku sudah basah berlendir. Tanganku makin rapat memegang pundak Dana, sementara mulut kami terus saling beradu.
Tak mau kalah, tangan kananku merambat ke arah gundukan kaku di selangkangan Dana. Kubuka resletingnya dan kulorotkan celana dalamnya hingga sebatas paha. Tanpabisa dicegah, tersembulah kontol Dana yang sudah menegang dahsyat. Benda itu berdiri tegak, siap untuk diapain aja. Tanpa disuruh, aku segera memegang dan mengelus-elusnya.
Dana yang sepertinya juga sudah nafsu buanget, meraih celana dalamku dan menariknya turun. Sementara rok panjangku cuma ia gulung hingga ke pinggang. Dana lalu mendudukkanku di meja sambil tangannya membuka kancing bajuku satu per satu. Ia juga meraih tali pengait BH-ku dan melepasnya dengan mudah. Maka lengkaplah sudah, aku telanjang di depannya.
Kami saling melumat beberapa saat sebelum akhirnya ciuman Dana turun ke leher dan dadaku. Dia mencucup dan menjilati puncak gunung kembarku dengan rakus. Oughhh… Aku langsung mengerang keenakan. Tanganku makin keras meremas dan mengelus burung Dana.
Setelah agak lama menyusu, dia lalu berbisik. ”Lin, jadi pengen masukin burungku ke sangkarnya…” sambil tangannya menerobos pelan lubang memekku.
Aku yang tidak ingin ngentot, tentu saja menolaknya. ”Jangan, Dan… ingat komitmen kita.” aku masih ingin mempersembahkan perawanku untuknya saat malam pertama nanti.
Dana yang pada dasarnya juga lugu, dengan mudah tersadar. Dia pun tidak berkata-kata lagi. Asyiknya, tangan dan mulutnya tidak berhenti bekerja, dia terus memborbardir pertahananku dengan lumatan dan elusannya yang sungguh-sungguh membangkitkan gairah.
Melihat dia sudah tidak kuat lagi, aku segera turun dari meja dan berjongkok di bawah untuk mengulum burungnya. Dengan perlahan bibirku mengecup ujungnya, kujilati cairan precum Dana yang mulai meleleh keluar. Kemuadian dengan sangat berhati-hati kutelan kontol itu, kumasukkan ke dalam mulutku. Kuhisap kontol itu bervariasi, dengan menjilati batangnya dari ujung lubang kemaluan sampai buah pelirnya, kemudian kuhisap-hisap keras seluruhnya hingga membuatku hampir tersedak, lalu kembali lagi pelan di sekitar ujungnya.
Begitu terus hingga tanpa terasa 15 menit pun berlalu. Kurasakan kontol Dana mulai memanas dan berkedut-kedut. Sepertinya benda itu sudah mau meledak. Aku segera mempercepat kocokanku. Kumasukkan kontol Dana dalam-dalam ke mulutku dan kuhisap kuat-kuat.
Dana menggeram, ”Lin, aku sudah mau keluaaarrr…”
Segera kulepas kontol itu dan kukocok-kocok di depan wajahku. Tak sampai 1 menit, muncratlah air mani Dana membasahi wajah dan payudaraku. ”Ssshh… Lin… Enaknya…” dia mendesah sambil bersandar di kursi.
Aku yang sudah sangat bergairah, segera berbaring telentang di meja. Kubuka kakiku lebar-lebar hingga Dana bisa melihat memek merahku yang sudah sangat basah. ”Ayo… Dan, jilat!” aku meminta.
Dana pun segera membenamkan kepalanya disana…
Begitulah hubunganku dengan Dana yang begitu panas dan menggairahkan.
Hubungan kami terus berlanjut hingga ke tahap yang serius. Aku yakin Dana adalah laki-laki yang tepat untukku. Dia alim sekaligus nakal. Sementara bagi Dana, aku adalah gadis yang telah berjasa membawanya menuju kedewasaan. Kami saling mengisi dan melengkapi.
***
# Malam Pertama Pengantin Baru
Dua bulan kemudian, kami menikah. Setelah lama cuma petting dan oral sex , inilah saat dimana kami akan melakukan yang sebenarnya. Berbekal pengetahuan seks yang kudapat dari internet, aku siap melayani Dana, suamiku.
Wangi harum melati semerbak ke setiap sudut kamar pengantin kami yang dihias warna dominan merah jambu. Berbalut daster tipis yang juga berwarna pink, aku berbaring di ranjang. Jilbabku sudah kulepas sejak tadi. Dana ada di sisiku. Matanya yang bening menatapku penuh rasa cinta, sementara jemarinya yang halus membelai lembut tanganku yang sedang memeluknya.
Malam ini adalah malam pertama kami sah untuk sekamar dan seranjang. Tidak ada lagi rasa takut atau khawatir dipergoki orang, tidak ada lagi rasa terburu-buru, dan juga tidak ada lagi rasa berdosa seperti yang kami rasakan dan alami selama berpacaran.
Suasana yang romantis, ditambah dengan sejuknya hembusan AC, sungguh membangkitkan nafsu. Dana memelukku dan mengecup keningku, lalu mengajakku berdoa pada Yang Maha Kuasa seperti pesan pak Kyai tadi. ”Andaikan apa yang kami lakukan malam ini menumbuhkan benih dalam rahim, lindungi dan hindarilah dia dari godaan setan yang terkutuk.”
Dari kening, ciuman Dana turun ke alis mataku yang hitam dan lebat, lalu berlanjut ke hidung dan terus hingga sampai ke bibirku. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling melumat diikuti dengan desahan nafas yang semakin memburu. Tangan Dana yang tadinya memeluk punggungku, mulai menjalar ke depan, perlahan menuju ke gundukan payudaraku yang cukup besar. Dia memujiku karena sudah pintar memilih daster. Baju ini berkancing di depan dan hanya 4 buah, jadi mudah bagi Dana untuk membukanya tanpa harus melihat. Tidak lama kemudian, baju itu pun terkuak, juga kaitan BH-ku yang melingkar di punggung. Kedua bukit kembar ku pun tersembul keluar. Tampak indah menggoda dengan ukurannya yang besar dan bentuknya yang bulat sempurna, lengkap dengan putingnya yang mungil kemerahan.
Sementara Dana mengelus dan memandanginya dengan kagum, aku juga berhasil membuka kancing piyamanya, melepas singlet dan juga celana panjangnya. Hanya tinggal celana dalam masing-masing yang masih memisahkan tubuh telanjang kami berdua.
Kubisikkan kata-kata cinta padanya. Dana tersenyum dan menatapku sambil berkata bahwa dia juga amat mencintaiku. Dia lalu melanjutkan ciumannya ke leherku, turun ke dada, dan dengan amat perlahan, mendaki bukit payudaraku dengan lidahnya. Saat sampai di puncak, Dana menjilat dan mengulumnya dengan penuh nafsu. Diperlakukan seperti itu, putingku yang sudah mengacung keras, makin menegak tak karuan.
”Oughhh.. Arrgghhhhh…” aku jadi mendesah dan meracau tidak jelas. Mataku terpejam, sementara bibirku yang tebal sensual sedikit merekah. Sungguh sangat menggairahkan sekali.
Sambil terus mencucup, tangan Dana mengelus, meremas dan memilin puting di puncak bukit satunya lagi. Dia seperti tidak ingin buru-buru, seperti ingin menikmati detik demi detik yang indah ini secara perlahan. Mulutnya berpindah dari satu sisi susu ke sisi satunya lagi, diselingi dengan ciuman ke bibirku, membuatku makin berkeringat. Aku cuma bisa membalas dengan mengacak-acak rambutnya liar, bahkan kadang-kadang menarik dan menjambaknya, yang penting birahiku terlampiaskan.
Dengan berbaring menyamping berhadapan, Dana melepas celana dalamku. Satu-satunya kain yang masih tersisa. Perlakuan yang sama kulakukan kepadanya, membuat kontolnya yang sudah sedemikian kerasnya mengacung gagah. Dana membelai kakiku sejauh tangannya bisa menjangkau, perlahan naik ke paha, berputar-putar, berpindah dari kiri ke kanan, sambil sesekali seakan tidak sengaja menyentuh gundukan berbulu lebat milikku.
Sementara aku yang juga sudah tidak sabar, segera membelai dan menggenggam kontolnya. Kukocok benda itu, kugerakkan tanganku maju mundur.
”Ahhhssss…” Dana melenguh nikmat. Walaupun hal itu sudah sering dia rasakan dalam kencan-kencan liar kami selama berpacaran, tetapi kali ini rasanya sungguh lain. Pikiran dan konsentrasi kami tidak lagi terpecah. Kami sudah halal untuk melakukannya.
Melalui paha sebelah dalam, perlahan tangan Dana naik ke atas, menuju ke memekku. Begitu tersentuh, aku mendesah semakin keras. Nafasku juga semakin memburu. Perlahan Dana membelai rambut kemaluanku, lalu jari tengahnya mulai menguak ke tengah, membelai dan memilin-milin tonjolan daging sebesar kacang milikku yang sudah sangat licin dan basah.
Tubuhku langsung menggelinjang, pinggulku bergerak ke kiri ke kanan, juga ke atas dan ke bawah. Keringat semakin deras keluar dari tubuhku yang montok.
Di atas, ciuman Dana menjadi semakin ganas. Ia mulai menggigiti lidahku yang masih berada di dalam mulutnya. Sementara tangannya semakin cepat bermain di atas klitorisku, mengelusnya maju-mundur dengan cepat, hingga tak lama tubuhku mengejang dan melengkung, kemudian terhempas keras ke tempat tidur disertai erangan panjang. Orgasme yang pertama telah berhasil ia persembahkan untukku.
Kupeluk dia dengan erat dan berbisik, “Ohh… nikmat sekali. Terima kasih, sayang.”
Dana yang tidak ingin beristirahat lama-lama, segera menindih tubuhku, lalu dengan perlahan menciumi payudaraku, dan terus ke bawah hingga ke perut, ke bawah lagi, dan terus ke bawah, hingga deru nafasku kembali terdengar berisik disertai rintihan panjang begitu lidahnya mulai menguak lubang memekku. Cairan vagina ditambah dengan air liur Dana membuat lubang hangat itu semakin basah.
Dana memainkan klitorisku dengan lidahnya, sambil kedua tangannya meremas-remas pantatku yang padat berisi. Tanganku kembali mengacak-acak rambutnya, sambil sesekali kukuku yang tidak terlalu panjang menancap di bahunya. Ngilu tapi nikmat rasanya. Kepalaku terangkat lalu terbanting kembali ke atas bantal menahan kenikmatan amat sangat yang diberikan oleh Dana. Perutku terlihat naik turun dengan cepat, sementara kedua kakiku menjepitnya dengan kuat.
Tak tahan, kutarik kepalanya, lalu kucium dia dengan gemas. Dana menatap mataku dalam-dalam, meminta ijin dalam hati untuk menunaikan tugasnya sebagai suami. Tanpa kata, aku mengiyakannya. Akhirnya, tiba juga saat itu. Sambil tersenyum manis, kuanggukkan kepalaku.
Dana memberikan kontolnya untuk kukulum sebentar, sekedar untuk membasahinya, sebelum akhirnya dengan perlahan, mengarahkannya menuju liang kewanitaanku. Dia menggosok-gosoknya sedikit untuk menambah bukaan memekku, kemudian dengan amat perlahan, menekan dan mendorong masuk.
Aku langsung merintih keras, kesakitan. Spontan kudorong bahunya, meminta Dana untuk berhenti sebentar. Air mata meleleh di sudut mataku.
Dana yang tidak tega, segera menarik kembali penisnya. Dia memeluk dan menciumiku. Hilang sudah nafsunya saat itu juga.
”Maafkan aku, sayang..” aku berkata penuh sesal.
”Iya, aku mengerti.” Dana melumat bibirku. ”kita coba lagi nanti.”
Setelah beristirahat beberapa lama, Dana mencoba memulainya lagi, dan lagi-lagi gagal. Dia sangat mencintaiku sehingga tidak tega untuk menyakitiku.
Aku sendiri juga sangat ingin melakukannya. Tapi mau bagaimana lagi, rasanya memang sangat-sangat sakit. Jadilah malam itu kami tidur berpelukan dengan tubuh masih telanjang. Aku meminta maaf kepadanya dengan mengoralnya sampai keluar. Tapi Dana kelihatan tidak begitu puas. Dia ingin memecah perawanku. Aku bisa mengerti kegusarannya.
***
Esoknya, kami berdiskusi mengenai perkosaan. Kalau hubungan yang didasari oleh kerelaan dan rasa sayang saja susah, agak tidak masuk di akal bila seorang wanita diperkosa oleh seorang pria tanpa membuat wanita itu tidak sadarkan diri. Bukankah si wanita pasti berontak dengan sekuat tenaga? Apalagi kalau sampai wanita itu menikmati dan sampai orgasme, itu sangat-sangat tidak mungkin.
Jam 10 malam, kami kembali masuk kamar dengan bergandengan mesra, diikuti oleh beberapa pasang mata dan olok-olok saudara-saudara iparku. Tidak ada rasa jengah atau malu, seperti yang kami alami pada waktu mata Receptionist Hotel mengikuti langkah-langkah saat kami pacaran dulu. Olok-olok dan sindiran dari mulut saudara-saudara ipar, kutanggapi dengan senang dan bahagia.
Seperti biasa, setelah saling merayu dan memuji, kami segera melepas pakaian masing-masing. Dengan tubuh sama-sama telanjang, kami naik ke atas tempat tidur dan berpelukan dengan erat. Setelah berciuman dan saling remas beberapa saat, aku pun segera menghisap penis Dana. Kulakukan sampai dia hampir keluar. Sebelum moncrot, Dana meminta untuk berhenti. Sepertinya dia benar-benar berniat akan mangambil perawanku malam ini.
Dana memintaku untuk berbaring telentang di tempat tidur. Dia menarik lututku hingga aku mengangkang. Telungkup tepat di bawahku, muka dan mata Dana persis berada di depan vaginaku. Dia memelototi bagian dalam memekku yang merah basah, sungguh menggairahkan. Dengan dua jari, Dana membuka dan memperhatikan bagian-bagiannya.
”Baru kali ini aku melihat memekmu dengan jelas.” katanya. Aku tahu, meski sudah sering menjilatinya, tapi Dana melakukannya dengan mata tertutup.
”Aku baru tahu kalau klitoris bentuknya tidak bulat, tetapi agak memanjang. Aku bisa mengidentifikasi mana yang disebut Labia Mayor, Labia Minor, Lubang Kemih, Lubang Senggama, dan yang membuatku merasa sangat beruntung, aku bisa melihat apa yang dinamakan Selaput Dara, benda yang berhasil kau jaga utuh selama ini. Jauh dari bayanganku, selaput itu ternyata tidak bening, tetapi berwarna sama dengan lainnya, merah darah. Di tengahnya ada lubang kecil.” Dia menerangkan.
Tidak tahan berlama-lama, Dana segera mulai menciumi memekku. Dia memainkan klitorisku dengan lidahnya yang basah, hingga membuatku kembali mengejang.
”Arghhhhh…” merintih keenakan, kujepitkan kedua kakiku ke kepalanya erat-erat, seakan tidak rela untuk melepaskannya lagi.
Dana terus memilin, menyedot, dan memain-mainkan klitoris kecilku dengan lidah dan mulutku. Dia semakin liar, bahkan aku sampai terduduk menahan kenikmatan yang amat sangat.
Aku lalu menarik pinggulnya, sehingga posisi kami menjadi berbaring menyamping berhadapan, tetapi terbalik. Kepala Dana berada di depan memekku, sementara aku dengan rakusnya telah melahap dan mengulum batang penisnya yang sudah sangat keras dan besar. Oughhh… rasanya sungguh nikmat tiada tara.
Tapi Dana kelihatan kesulitan untuk melakukan oral terhadapku dalam posisi seperti ini. Jadi dia memintaku kembali telentang di tempat tidur. Dana lalu naik ke atas tubuhku, tetap dalam posisi terbalik. Kami pernah beberapa kali melakukan hal yang sama dulu, tetapi rasa yang ditimbulkan jauh berbeda, karena kami sudah suami istri sekarang.
Hampir bobol pertahanan Dana menerima jilatan dan hisapan lidahku yang hangat dan kasar. Apalagi saat kumasukkan kontolnya ke dalam mulutku seperti akan menelannya, kemudian aku bergumam. Getaran pita suaraku seakan menggelitik ujung kemaluannya, membuatnya menggelinjang keras. Bukan main nikmatnya.
Karena hampir tidak tertahankan lagi, Dana segera mengubah posisi. Wajah kami berhadapan. Kembali dia menatap mataku, membisikkan bahwa dia sangat menyayangiku. Dana juga bertanya, apakah kira-kira aku akan tahan kali ini? Kucium bibirnya dengan gemas sebagai jawaban, kuminta dia untuk melakukannya pelan-pelan.
Dana menuntun kontolnya menuju lubang vaginaku. Berdasarkan pengamatannya tadi, Dana tahu dimana kira-kira letak Liang Senggamaku. Dia menciumku sambil menurunkan pinggulnya pelan-pelan.
Aku langsung merintih tertahan, tapi kali ini tanganku tidak lagi mendorong bahunya. Dana mengangkat lagi pinggulnya sedikit, sambil bertanya apakah terasa sangat sakit. Dengan isyarat gelengan kepala, kukatakan bahwa aku juga sangat menginginkannya.
Setelah memintaku untuk menahan sakit sedikit, dengan perlahan tapi pasti, Dana menekan pinggulnya. Dia memasukkan kontolnya sedikit demi sedikit.
Kepalaku terangkat ke atas menahan sakit. Dana segera menghentikan usahanya saat melihatku meringis. Dia menatap mataku lagi, meminta persetujuan.
Meski ada setitik air mata disana, tetapi sambil tersenyum, aku menganggukkan kepala. ”Lakukan… sayang!” bisikku lirih.
Mengangkat pinggulnya sedikit, Dana kemudian menekannya lagi pelan-pelan. Saat aku sudah tidak menolak, dia lalu mendorongnya kuat-kuat.
”Heggkkhhh…” aku mengerang keras sambil menggigit kuat bahunya. Kelak, bekas gigitan itu baru akan hilang setelah beberapa hari.
Akhirnya, setelah melewati perjuangan keras dan menyakitkan, seluruh batang Dana berhasil masuk ke dalam lubang memekku. Dia tampak bangga dan bahagia telah berhasil melakukan tugasnya. Dana menciumi bibirku dengan mesra, dan menyeka butir air mata yang mengalir dari sudut mataku.
Aku membuka mata. Sebagai istri, aku juga bahagia. Di balik rasa sakit yang kualami, aku juga telah berhasil mempersembahkan satu-satunya milikku yang berharga pada suamiku.
Setelah rasa sakitku sedikit mereda, perlahan Dana menarik keluar kontolnya, lalu menekan lagi, ditarik lagi, ditekan lagi, begitu terus berulang-ulang, tapi tetap dalam tempo pelan, takut membuatku kesakitan. Baru setelah memekku bisa menerima kehadiran kontolnya, dia melakukannya dengan sedikit cepat.
Setiap Dana menekan masuk, aku mendesah. Dan kali ini bukan lagi rintihan penuh kesakitan, tapi desisan dari rasa nikmat yang amat sangat yang menyerang memekku saat kontol kaku Dana menggesek cepat permukaannya yang hangat dan lembut. Menimbulkan rasa nikmat tiada tara yang baru kali ini kurasakan. Rasanya lebih nikmat dari sekedar jilat atau petting. Rupanya, beginilah kenikmatan persetubuhan yang sebenarnya. Oughhh… aku menyukainya. Kurasa, aku bisa ketagihan dan tergila-gila dibuatnya.
Butir-butir keringat mulai membasahi tubuh telanjang kami berdua. Nafsu birahi yang telah lama tertahan terpuaskan lepas saat ini. Kepalaku mulai membanting ke kiri dan ke kanan, seiring kontol Dana yang mengocok lubang memekku semakin cepat.
”Oughhhh… Sshhhh…” aku merintih. Kupeluk erat tubuh Dana sambil sesekali kukuku menancap di punggungnya.
Pijitan dan jepitan erat memekku membuat Dana jadi tidak tahan lagi. Sambil menancapkan batang kontolnya dalam-dalam, ia pun menyemburkan spermanya banyak-banyak ke dalam rahimku. Dana kalah kali ini. Dia memeluk dan menciumi wajahku yang basah oleh keringat, sambil berucap terima kasih.
Mataku yang bening indah menatapnya bahagia. Meski tidak sampai orgasme, tapi aku sangat puas bisa mempersembahkan milikku yang paling berharga kepadanya.
Dana menambahkan, ”Aku titip padamu, jaga baik-baik anak kita bila benih itu tumbuh nanti.”
Aku mengangguk mengiyakan. Kami baru sadar bahwa kami lupa berdoa sebelumnya, tapi mudah-mudahan Yang Maha Esa selalu melindungi benih yang akan tumbuh itu.
Seprai merah jambu sekarang bernoda darah. Mungkin karena selaput daraku cukup tebal, noda darahnya cukup banyak, hingga menembus sampai ke kasur. Itu akan menjadi kenang-kenangan kami selamanya.
Malam itu kami hampir tidak tidur. Setelah beristirahat beberapa saat, kami melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Entah berapa kali, tapi yang pasti, pada hubungan yang ke dua setelah tertembusnya selaput dara itu, Dana berhasil membawaku orgasme, bahkan lebih dari satu kali. Dia yang sudah kehilangan banyak sperma, menjadi sangat kuat dan tahan lama, hingga akhirnya dia menyerah kalah dan tergeletak dalam kenikmatan dan kelelahan yang amat sangat…
***
Saat ini, kami telah memiliki 3 orang anak yang lucu-lucu. Tapi gairah dan nafsu kami seperti tidak pernah padam. Dalam usia kami yang mendekati 40 tahun, kami masih sanggup melakukannya 2-3 kali seminggu, bahkan tidak jarang, lebih dari satu kali dalam semalam. Nafsu yang didasari oleh cinta, memang tidak pernah padam. Aku sangat mencintai dia, begitupun yang kurasakan dari dia.