Oh ya, namaku Soni umur 39 dan tergolong perjaka tua. Aku pingin cepat-cepat punya istri dan Ana adalah tipe wanita idamanku. Oleh sebab itu aku beberapa kali mengajak dan menawarkan dia untuk mau jadi istriku. Namun wanita cantik berjilbab yang alim ini menolak tawaranku. “Mas mau dengan saya? Nggak deh!, “dia berkata dengan angkuh menolakku. “Yah, kita kan sama-sama sudah tua apa salahnya kita menikah?,” tanyaku dengan agak marah. Aku jadi penasaran ingin ngentot dengan gadis berjilbab yang alim ini.
Maka pagi ini aku bertekat ingin mencicipi memek Ana yang berbadan sintal ini. Ada nikmatnya menggagahi wanita baik-baik. Anai melirikku dengan sudut matanya. Pagi itu gaun bawahnya berwarna merah tanah dngan belahan samping hampir selutut, kontolku langsung kejang melihat betis putih kemerahan Ana yg tersingkap. Ana menatapku dg pandangan aneh. Suasana kantor yg masih sepi pada 6.30 pagi membakar birahiku. Kubuntuti Ana yg menaiki tangga secara pelan. Pantatnya begitu montok, celdamnya membekas pada gaunnya, membentuk segi3 yg amat ketat. Celdam yg dipakenya pasti mirip popok.
Ana berhenti beberapa tangga di atasku, hingga aku bisa mengintip bawah gaunnya. Ana seolah merangsangku dg melebarkan kaki hingga 2 batang paha super mulus teronggok menantang. Ana berhenti beberapa saat. Kontolku mengeras. Kutarik risletingku, lalu kukeluarkan kontolku, hampir mengintip dari celah celanaku. Saat itulah Anai membalik ke arahku. Melihat aku birahi, Ana memalingkan muka, bergegas menuju ruangnya. Jalannya yang tergesa membuat kainnya terangkat, betisnya yg mulus tersingkap, hingga pahanya yg mulus tampak jelas bagiku yg berada di bawahnya. Aku memburunya ke ruangan atas tempat kerja. Saat aku masuk, kudapati Ana berdiri menatapku dg sorot mata memendam birahi. Ia berbalik memunggungiku, berjalan menuju jendela. Kupegang tangannya tapi Ana menolakku. Sekali sentak seluruh tubuhnya jatuh dlm rengkuhanku. Ana menggeliat. Perempuan berjilbab ini memang wangi tubuhnya. Dalam dekapku Ana meronta kuat hingga kusudutkan Ana ke tembok. Kutekan kontolku tepat pada selangkangnya hingga membuatnya jengah. Kupaksa Anai menatapku tapi ia memalingkan muka dg mata terpejam & bibir terkatup. Tak ada suara keluar dari mulut tipisnya. Hanya tarikan nafas tertahan menahan malu karena birahi dg lelaki dia tolak. Tiap kutekan kontolku tepat pada selangkangnya, kupastikan kontolku terasa olehnya. Kupaksa Ana menatapku agar tahu birahiku padanya bukan hanya sex semata. Ana menunduk, tapi selangkangnya makin melebar. Ia membiarkanku masuk. Tubuhnya makin terangkat tinggi, kaki kirinya mengangkang hingga sepatu putihnya hampir lepas, menampakkan tumitnya yg montok dg jari kaki bulat lentik dan kuku terawat. Membuat kontolku mengejan makin keras cepat pada selangkangnya. Seperti bersetubuh tapi masih berbaju. Saat mata Ana mulai merem melek merasakan kekenyalan kontolku pada selangkangnya, mendadak kutarik gaun bawahnya ke atas. Tubuhnya kuangkat agak tinggi, lalu kuturunkan celanaku hingga tampak kontolku. Kulorot celdam Ana. Perempuan berjilbab itu menamparku saat kucoba memasukkan kontolku pada kelamin Ana yg mulus dg sedikit rambut. “Jangan kurang ajar ya!,”kata Ana dengan ketus. “Terserah kamu, kamu harus mau melayaniku pagi ini sayang!,” kataku seenaknya tapi penuh gairah terhadap wanita berjilbab ini.
Ana mengatupkan paha kuat-kuat. Kuremasi belakang pantat montoknya, hingga
merabai pahanya. Ana menarik nafas, selangkangnya terbuka langsung kuhunjam kontolku dalam vaginanya. Tak berdaya mempertahankan kehormatannya sebagai gadis alim yg berjilbab, Ana pasrah kuentot. Kudorong kontol ke memek Ana, agak susah dan terasa sesak sebab memek Ana masih rapat dan perawan. Selama ini Ana memang belum pernah pacaran dengan siapa pun. Kembali kudorong kontol ke memek gadis berjilbab ini. Batang pahanya yg putih mulus memacuku. Vaginanya berdenyut menampung batang kontolku. Ana menatapku dg takjub tiap kali kuhentak kuat kontolku dalam kelaminnya, meskipun dia juga merasa sakit karena baru pertama kali ngentot. Makin lama entotanku makin cepat, keras dan kuat. Anafia masih menahan malu meluapkan birahinya. Kupegang kain jilbabnya, kutarik kuat kepalanya ke belakang. Kubenamkan kontolku dalam-dalam di liang kemaluan Ana, lalu maniku muncrat deras. Ana merintih. Kusemburkan maniku beberapa kali, lalu pelan kucabut kontolku sambil menggerakkan kontolku keluar masuk dalam kemaluan perempuan berjilbab ini, memberi Ana sensasi nikmat sexual.
Saat kutarik lepas kontolku, Ana jatuh terduduk lemas. Dia jongkok, berusaha mengeluarkan tumpahan maniku yg bercampur darah perawannya yang sisanya mengaliri vaginanya. Ana menatapku tajam dg pandangan marah tapi suka dg godaan birahiku. Dilemparnya celdamnya yg kurobek.
Kemudian Ana menangis, menyesali kejadian yang sudah berlalu. Aku tersenyum penuh kemenangan. “Gimana mau kan nikah sama aku kan sayang,” bujukku lagi. Ana tidak menjawab, peduli amat, yang penting aku sudah merasakan memek gadis alim berjilbab ini. Aku bergesas ke tempat kerjaku sebab sudah ramai orang yang datang. Sebelum pergi kukecup bibir tipis wanita alim ini. “Nanti Kita ulangi lagi ya sayang.,”kataku. Ana tidak menjawab dia hanya tersenyum sebelum kutinggalkan.